“Surat perjanjian itu… kamu setujui ya.” Keesokan harinya, tepatnya ketika aku baru saja sampai di lantai medis setelah susah payah menanjak mengendarai sekuterku selama kurang lebih 3,5 jam, aku mendapat kabar kalau Lizo telah sadar dari komanya. “Uwoohh!! Rasanya memang agak asing… tapi ini keren sih, keren banget!” teriak Lizo kegirangan sambil menggerak-gerakkan tangan, kaki, beserta tubuh barunya itu. Kuakui suara barunya juga terdengar sama persis seperti suara aslinya. “Dan, dan, coba pukul aku!” “Ehhh? Untuk apa??” “Haish, kamu ini…” Buk! Lizo meninju pipinya sendiri. “Wah, benar-benar tidak terasa sakit…” lanjutnya. “Hey bocah, walaupun tidak terasa sakit tapi bukan berarti tangan barumu itu tidak bisa copot!” ucap Kak Megan. Kemudian tidak berapa lama sampai-sampai si dokter koplak yang satu itu datang bersama dengan…. aku tidak yakin, tapi sepertinya kemarin paman itu dipanggil ‘Sean’? Seperti yang kuantisipasi, pria berpakaian formal itu lalu mewakili atasannya, Miste
Read more