Aku masih mengingat dengan jelas ingatan pertamaku. Saat itu, tubuhku terasa sangat amat ringan, seperti sedang melayang. Ketika membuka mata, pandanganku perlahan-lahan menjadi jernih seiring dengan suara-suara yang semakin terdengar jelas di telingaku. Saat mataku kubuka sepenuhnya, barulah aku menyadari kalau ada dinding-dinding kaca yang mengelilingiku. Dari balik dinding cekung yang transparan itu, aku melihat empat orang dewasa sedang menatap ke arahku. Dua di antaranya mengenakan pakaian yang seragam, sedangkan dua yang lainnya tidak. "Dia membuka matanya!" ujar seorang lain yang mengenakan pakaian berwarna cerah. Beliau lah orang yang selanjutnya aku sebut sebagai ibu, sementara seorang yang lain kusebut sebagai ayah. Berdiri tepat di samping ibu, beliau hanya menunjukkan senyum hangatnya. Kemudian, aku merasa sangat lelah. Aku pun kembali tertidur. . . . "I..bu, i, bu." "..bu! bu..!" teriak Da
Baca selengkapnya