Home / Fantasi / Kesatria Mawar / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Kesatria Mawar: Chapter 61 - Chapter 70

98 Chapters

Bagian 61

Gulzar Heer tercengang, lalu termangu, mencoba mencerna apa yang terjadi. Seingatnya, dia baru saja terlelap di gua setelah mereka menuruni tebing. Namun, saat membuka mata, tak ada lagi pemandangan hutan. Gulzar Heer malah disambut oleh pedesaan yang tak asing, Alvaz.Namun, bukan hal itu yang mengejutkannya, melainkan banjir besar yang memakan banyak korban jiwa. Gulzar Heer mencoba menolong, tetapi seperti kejadian saat kembali ke masa lalu, dia tidak bisa menyentuh apa pun. Tubuhnya bahkan tidak basah meski terendam air bah."Ada apa sebenarnya?" gumam Gulzar Heer sambil menyusuri banjir.Dia terus berjalan ke satu arah karena merasakan tekanan energi yang sangat besar dari sana. Saat tiba di tempat tujuan, Gulzar Heer semakin tercengang. Dilihatnya Pangeran Heydar tengah menusuk jantung korban-korban banjir. Aliran energi yang aneh menyelimuti pedang hitam di tangannya.Gulzar Heer seketika melotot. Dia mengenali pedang itu. Ya, pedang yang dulu digu
last updateLast Updated : 2022-02-23
Read more

Bagian 62

Bagian 62Gulzar Heer segera menghampiri Putri Arezha dan Alizeh. Dia mencoba memperjelas maksud dua gadis itu. Ternyata, barang-barang mereka memang telah dicuri. Kantung-kantung penyimpanan pemberian Kayvan tak bersisa satu pun, begitu juga dengan barang bawaan Alizeh, hanya pedang suci yang selamat. Itu pun mungkin dikarenakan para penjahat itu tak bisa menyentuhnya.Pintu tiba-tiba diketuk. Gulzar Heer membukanya. Wajah frustrasi Pangeran Fayruza menyembul dari balik pintu. Sang pangeran masuk ke kamar sambil menekan kening.“Apakah barang-barangmu juga dicuri, Fay?” tebak Gulzar Heer.“Di sini juga?”Gulzar Heer mengangguk.“Hanya pedang suci yang selamat,” tukasnya.Putri Areza tiba-tiba menjerit histeris. Alizeh sampai hampir melepaskan panah angin karena kaget. Gulzar Heer juga mengenggam gagang pedangnya. Sementara Pangeran Fayruza menyalurkan manna bermaksud memer
last updateLast Updated : 2022-02-24
Read more

Bagian 63

Bagian 63 Tatapan-tatapan tajam seperti ujung pedang yang menodong. Gulzar Heer segera memberi isyarat untuk membentuk formasi. Pangeran Fayruza dan Alizeh mengambil posisi. Mereka bertiga membentuk lingkaran kecil dengan Putri Arezha berada di tengah-tengah. Tanpa benda sihir pemberian Kayvan, nyawa sang putri bisa saja terancam. Belasan anak panah para pencuri melesat. Gulzar Heer menebaskan pedang untuk mematahkannnya dengan mudah. Sementara Alizeh mencoba menjauhkan dengan embusan angin kencang. Anak-anak panah itu pun tertancap di berbagai tempat, dahan pohon maupun tanah berlumpur. “Mereka hanya rakyat yang menjadi korban ketidakadilan. Sebisa mungkin kita tidak melukai mereka!” perintah Gulzar Heer. “Bagaimana caranya? Nyawa kita terancam, Nona Kesatria!” ketus Alizeh yang tampaknya sedikit tidak terima. Gulzar Heer berpikir keras sembari terus menangkis serangan anak panah. Dia memahami pemikiran Alizeh. Orang-orang di
last updateLast Updated : 2022-02-26
Read more

Bagian 64

 "Anda benar-benar kesatria suci, Ratu. Jika bukan kesatria suci, Anda tidak akan bisa menyentuh pedang suci, seperti halnya tetangga kami yang hendak mencuri pedang itu," jawab Tetua Avyan."Tapi, kenapa saya bisa terkena sihir hitam?" "Tunggu sebentar ...."Tetua Avyan memejamkan mata. Tubuhnya bersinar terang untuk sesaat. Darah tiba-tiba menetes dari lubang hidungnya."Kakek! Kakek!" seru Ava. Dia hampir menggendong sang kakek."Aku baik-baik saja, Ava," sergah Tetua Avyan."Tapi, hidung Kakek ...."Tetua Avyan mengangkat tangan, memberi isyarat agar sang cucu bersikap tenang. Selanjutnya, dia menatap Gulzar Heer dengan sorot mata iba. Helaan napas beratnya terdengar samar-samar."Apa Anda pernah terkena sihir hitam sebelum usia 7 tahun?""Beberapa saat setelah saya lahir, peri yang bersekutu dengan iblis mengutuk saya akan membunuh ayah sendiri ...," Gulzar Heer mengepalkan tangan dengan kuat hingga terlihat b
last updateLast Updated : 2022-02-27
Read more

Bagian 65

Pangeran Heydar merasa sedikit kecewa. Sebenarnya, dia datang ke kamar Ghumaysa karena ingin bermesraan dengan sang kekasih. Sejak mereka membebaskan pedang hitam dari segel, sikap gadis itu perlahan berubah. Hangatnya pelukan dan lembutnya bibir Ghumaysa sudah sangat jarang dirasakan. Pangeran Heydar sangat haus kasih sayang.“Heydar, apa yang membuat wajahmu menjadi semuram ini?” tanya Ghumaysa dengan sorot mata iba. “Seseorang menganggumu?”Pangeran Heydar mendekap erat Ghumaysa. Dia terus mendorongnya, hingga mereka terguling ke kasur. Tangan yang kokoh menyentuh lembut wajah cantik sang kekasih. Namun, saat bibir mereka hampir tak berjarak, Ghumaysa mendorong Pangeran Heydar menjauh.“Sudah kubilang untuk bersabar, kan, Heydar?”“Sampai kapan, Ghumaysa? Dulu, kita tak bisa bebas karena statusmu sebagai pelayan Kak Arezha. Sekarang, kita berkuasa. Tapi, kau bahkan menolak untuk dinikahi!”Napas Pa
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more

Bagian 66

Sejak suara-suara misterius yang terasa tak asing sering menggema di telinganya, Pangeran Heydar benar-benar bimbang. Dia mulai meragukan semua rencana bersama Ghumaysa. Kadang, tidurnya pun dihantui wajah-wajah korban ritual. Sudah terhitung delapan orang persembahan dikorbankan setelah gadis yang mereka culik seminggu lalu. Berarti, ritual akan lengkap dengan satu korban lagi.Menurut Ghumaysa, ritual akan dilakukan dalam tiga kali purnama. Pangeran Heydar duduk di altar dan dimandikan dengan darah para korban persembahan. Energi akan mengisi tubuhnya dan pedang hitam, sehingga akan menjadi petarung tak terkalahkan.Kini, Pangeran Heydar bahkan tak yakin sanggup melakukan ritual yang terdengar mengerikan dan menjijikkan itu. Entah kenapa Ghumaysa menjadi sedikit menyeramkan di matanya. Dia juga takut dengan diri sendiri saat teringat pernah mengayunkan pedang membunuh orang-orang tak berdosa.“Ada apa denganku? Kenapa aku bahkan merasa asing dengan diri
last updateLast Updated : 2022-03-01
Read more

Bagian 67

Pangeran Heydar tiba di ruang persembahan tepat saat matahari terbenam. Ghumaysa menyambutnya dengan senyum semringah. Dia meminta sang pangeran untuk duduk di atas altar, lalu memutar rubi yang menempel di dinding batu. Atap ruang persembahan berderak dan membuka perlahan. Purnama terlihat bersinar indah di hamparan hitam penuh kerlipan bintang.“Kau siap, Heydar?” tanya Ghumaysa.Dia telah memegang cawan berisi darah para korban. Pangeran Heydar mengangguk pelan meskipun hatinya digayuti keraguan. Aroma amis yang tercium dari cawan seolah meneriakkan kesakitan para korban persembahan.“Baiklah, ritual pertama akan kumulai. Rasanya, mungkin sangat sakit, bertahanlah hingga purnama merah kembali menjadi putih.”Pangeran Heydar mengerutkan kening. “Purnama merah?”“Iya, Heydar. Ketika aku membaca mantra purnama di atas sana akan menjadi merah, dan nanti kembali putih jika ritual telah selesai.”
last updateLast Updated : 2022-03-02
Read more

Bagian 68

Tepat sebelum kabut hitam mencapai Gulzar Heer, panah api menghadang dan membakarnya. Ledakan terjadi, menyebakan goncangan kecil. Gulzar Heer memang selamat dari serangan sihir kegelapan, tetapi tubuhnya oleng, lalu meluncur menuju kawah.“Tidak, Gulzar!”Pangeran Fayruza refleks berlari. Namun, kakinya tersandung sesuatu dan jatuh terguling-guling, baru berhenti saat terantuk akar pepohonan. Tak peduli dengan tangan yang masih meneteskan darah, juga tubuh penuh memar, dia langsung bangkit dan kembali menuju kawah.“Gulzar! Gulzar!” panggilnya dengan putus asa.Dia mengedarkan pandangan ke seluruh bagian kawah. Tak ada tanda-tanda Gulzar Heer, hanya letupan lava yang mengerikan.  Pangeran Fayruza menggeram marah. Tangannya mencengkeram tanah berbatu, membuat lukanya semakin menganga.“Tenanglah, Hai Pemuda, dia sudah saya selamatkan!”Seruan dari arah belakang membuat Pangeran Fayruz tersentak. Dia c
last updateLast Updated : 2022-03-03
Read more

Bagian 69

Alizeh melesat cepat di antara pepohonan. Dengan kemampuan pengendalian anginnya, dia terlihat seperti terbang. Hanya dalam waktu singkat, gadis itu telah tiba di Kerajaan Arion. Dia langsung menuju ruang persembahan. Ghumaysa sudah menunggunya dengan tak sabar. Sementara itu, Pangeran Heydar berbaring di altar dengan mata terpejam. Begitu tiba di hadapan Ghumaysa, Alizeh langsung bersimpuh dan melakukan salam pernghormatan. Kepalanya menunduk takzim. Ghumaysa mengangkat tangan, memberi isyarat agar gadis pengendali angin itu kembali berdiri. “Bagaimana dengan tugas yang kuberikan? Aku tidak mau mendengar kegagalan lagi.” Alizeh membungkukkan badan sejenak, lalu berkata dengan takzim, “Anda tenang saja, Nona Ghumaysa. Tugas yang Anda berikan sudah saya lakukan. Kesatria suci bodoh itu sedang terluka. Manna di tubuhnya mengalami kekacauan dan akan merusak dari dalam. Hanya keajaiban yang bisa membuatnya bertahan.” “Bagus, kau memang orangku ya
last updateLast Updated : 2022-03-04
Read more

Bagian 70

Saat membuka mata, hanya lorong gelap yang tertangkap pandangan Pangeran Heydar. Dia mencoba bangun. Aneh, tidak ada lagi rasa sakit, padahal sebelumnya dadanya di tusuk dengan sadis.“Kemarilah, Anakku!”Suara familiar itu terus menggema. Bisikan misterius yang selalu mencoba menghentikan tindakan-tindakan kejam Pangeran Heydar. Asal suara berada lurus di depan. Pangeran Heydar mendongak. Dia seketika tersentak. Ada cahaya berkerlipan di ujung lorong, padahal tadinya hanya diisi kegelapan.“Ikuti jalan yang kuberikan, Anakku,” bisik suara lembut itu lagi.Kunang-kunang mendadak muncul di sekeliling Pangeran Heydar. Mereka tampak ingin mengajaknya pergi. Mengingat bisikan misterius itu selalu berlawanan dengan kehendak Ghumaysa, Pangeran Heydar pun memutuskan untuk mengikutinya. Lawan Ghumaysa berarti kawan untuknya.Pangeran Heydar mengatur napas sejenak. Kunang-kunang berdatangan semakin banyak. Lorong gelap kini menjadi t
last updateLast Updated : 2022-03-10
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status