All Chapters of Wildflower: Chapter 41 - Chapter 50

52 Chapters

Chapter 41

Lily turun dari ojek online, dan terheran-heran saat melihat mobil hitam milik mertua laki-lakinya sudah terparkir manis di garasi. Tidak sari-sarinya mertuanya itu pulang kantor secepat ini. Papa Tristan dan Heru itu sama-sama workoholic. Kalau belum pukul 18.00 WIB, biasanya mereka berdua belum sampai di rumah."Selamat sore semuanyaaa... Lily syantikk menantu papa mama sudah pulangggg!" jerit Lily lantang. Awal-awal dia tinggal di pondok mertua indah ini, Tristan dan Widya memang sempat stress melihat kelakuan ajaibnya. Tetapi setelah dua minggu ini mereka pun akhirnya menyerah dan membebaskannya untuk berbuat sesukanya. Toh delapan bulan itu tidak lama, pikir kedua mertuanya."Lho Papa kenapa? Kok pucat gitu Lily lihat mukanya? Dan tumben deh Papa jam segini juga udah pulang. Papa sakit?" Lily duduk di samping kiri Pak Tristan dan memperhatikan lebih seksama wajah mertua laki-lakinya."Papa pulang cep
Read more

Chapter 42

Melihat Lily yang menangis sesenggukan, membuat Radja dan Bima kebingungan. Apalagi pipinya tampak memar lumayan parah. Sebagian besar laki-laki akan sangat mumpuni jika disuruh merayu perempuan. Tapi coba suruh mereka membujuk perempuan yang sedang menangis, pasti mereka kelimpungan dan mati gaya. Begitu juga Radja dan Bima. Bukannya membujuk rayu Lily, mereka berdua malah saling bertatapan penuh makna yang seolah-olah berkata mampuslah kita ini! Mau dipeluk, bini orang. Didiemin aja kok malah nggak tega ya? Kalau saja ada pasal-pasal yang mengatur bahwa tidak boleh menangis, pasti sedari tadi Bima akan membacakannya ayat-ayatnya. Masalahnya ya memang tidak ada kan? Keterdiaman dua lelaki macho di depannya ini membuat Lily berpikir kalau Radja tidak mau memaafkannya. Hal itu membuatnya semakin sedih. Apalagi ditambah denyutan parah pada pipi kirinya, menjadikannya baper tingkat dewa. Lily pun menggas suara tangisnya pada level nada tertingg
Read more

Chapter 43

"Oh jadi kamu sekarang sudah benar-benar mencintai suamimu ya, Jalang? Kamu sudah lupa dengan semua janji-janji kita dulu? Bahkan Axel itu pun anak kita berdua kan? Bukan anak si Manusia serakah tidak tahu diri ini! "Kamu tahu, Pierre. Axel itu anak saya dengan Aimee. Aimee sudah mengandung anak saya saat kamu menikahinya. Kamu tidak tahu kan?" "Saya tahu. Saya bukannya tidak bisa berhitung. Saya mencintai Aimee apa adanya. Bahkan janin yang ada di perutnya juga saya terima dengan lapang dada. Yang hanya saya tidak tahu itu, kamulah bapaknya. Buat saya tidak masalah dia itu anak siapa, karena bagi saya pribadi, Axel itu tetap anak saya. No offense." "Karena itulah saya jadi semakin membencimu, Keparat! Saya ingin melihat kamu lenyap dari muka bumi ini! "Jadi kamu ingin membunuh saya begitu?" "Membunuh kamu? Hah! Saya tidak mau mengotori tangan saya untuk membunuh manusia serakah
Read more

Chapter 44

"Kita mau makan malam kemana sih ini, Mbak?" Lily bingung mengikuti mbak Clara yang katanya sih ingin makan malam untuk merayakan ulang tahunnya. Tapi ini kok malah masuk ke dalam club malam coba? "Mbak minta maaf karena membohongi kamu ya, Ly? Tapi kepala Mbak lagi mumet banget ini setelah lihat photo beginian di salah satu IG mantan Bang Anton. Mbak takut mereka ngapa-ngapain di club itu dan Mbak nggak kuat melihatnya. Makanya Mbak ajak kamu. Mengenai hari ulang tahun Mbak, Mbak kan memang ulang tahun hari ini." Mbak Clara yang biasanya tegas, ceria dan tempat curhat semua umat di kantor, tampak begitu sedih dan galau hari ini. Lily mengerti. Istri mana yang tidak galau kalau suami ketemu mantan pacar di club coba? Mungkin kalau boleh masuk bawa golok ke club, udah bawa golok berikut teman-temannya kali itu si mbak Clara. Suasana semarak langsung memasuki telinga Lily, saat memasuki salah satu club papan atas itu. Dia
Read more

Chapter 45

Sudah seminggu Bang Gultom berpulang ke rahmatullah. Sudah seminggu ini juga Lily terus berfikir untuk mulai menata hidupnya kembali. Dia sudah tidak takut lagi dengan gertakan Heru tentang flash disk yang berisi tentang daftar kejahatan Bang Gultom. Karena Bang Gultom sekarang kan sudah tidak ada lagi di dunia ini. Heru mau melaporkan flash disk itu ke mana coba? Apa emang ada jalur khusus untuk membuat laporan dan menemui Yang Maha Kuasa di atas sana? Itu artinya si Herder itu juga harus mati dulu kan ya? Ya mana mau lah dia. Secara dosanya juga masih seabrek-abrek. Kan dia juga takut kalau mati nanti bakalan masuk neraka? Ye kan? Ye kan? Sambil melamun Lily pun mulai memasuki sebuah gerai es krim populer. Lily memang mempunyai kebiasaan makan es krim di saat galau. Sepertinya anak dalam perutnya juga kepengen makan es krim sejak dari tadi pagi. Tetapi baru kesampian sore ini karena pekerjaannya yang terus menumpuk seakan tiada habisnya. Banyaknya kasus percer
Read more

Chapter 46

Heru mengendarai mobilnya dengan kecepatan 160km/jam. Itu adalah rekor ngebut tergilanya di saat-saat jam-jam sibuk orang-orang yang akan pulang bekerja. Heru berdecak kesal saat jalan menuju kompleks perumahannya ditutup karena ada hajatan pernikahan. Sambil memukul geram setir mobil yang tidak bersalah, Heru pun segera melambaikan tangannya, ketika mengenali salah seorang SATPAM yang bertugas di kompleks perumahannya sedang lewat. Heru memanggil sang SATPAM untuk mengendarai mobilnya sementara dia sendiri berlari pulang ke rumah demi menghemat waktu. Setelah berlari sekencangnya tanpa henti selama kurang lebih dua puluh menit, Heru pun akhirnya tiba di depan rumahnya dengan nafas ngos-ngosan dan keringat bercucuran. Saat membuka jas hitamnya, kemeja putihnya pun seakan lengket bagaikan kulit kedua akibat keringat yang membanjir. "Lily mana Pa, Ma?" "Dia sudah pergi, Ru." Pak Trustan dan Bu Widya ta
Read more

Chapter 47

Dua bulan sudah berlalu. dan Heru sama sekali tidak mendapati jejak Lily dimanapun. Axel mengerahkan seluruh jaringannya untuk menjelajahi setiap sudut negeri ini, bahkan sampai keluar negeri. Tetapi hasilnya masih nol besar! Begitu juga Heru. Setiap hari dia sudah seperti orang gila. Mengukur jalan centi demi centi. Memeriksa rumah sakit setiap hari, mendatangi rumah-rumah kontrakan sampai kost-kostan di seluruh penjuru kota ini. Rutinitas itu sudah dia jalani selama hampir dua bulan terakhir ini. Tetapi hasilnya tetap saja nihil! Dimulai dengan pencarian manual sendiri sampai mulai menyewa detektif professional. Semua sudah dilakoninya. Tetapi tetap belum menampakkan hasil juga. Namun dia tetap tidak putus asa. Selama napasnya masih ada, dia akan terus berusaha mencari istri dan calon anaknya bahkan hingga keujung dunia. Heru juga sudah menegaskan pada Raline, bahwa dia sama sekali tidak ingin bercerai dari istrinya. D
Read more

Chapter 48

"ASTAGA LILY?!!" Lily kaget saat melihat Heru ada di depan matanya. Antara percaya nggak percaya dia-nya sih. Mau ngucek-ngucek mata juga kagak bisa. Secara tangannya 'kan megang nampan full minuman para pelanggan. Lily cepat-cepat meletakkan minuman-minuman itu di meja. Lebih baik begitu sih, biar aman. Lily tidak mau bereaksi seperti sinetron-sinetron di televisi yang kalau kaget suka menjatuhkan minuman. Terus tangan dipakai untuk menutup mulut, mata berkaca- kaca dan bibirnya bergetar. Menyebut nama orang yang mengagetkannya. Lantas wajah di zoom bolak balik dengan backsound musik jreng jreng! Lily mah sumpah kagak mau begitu. Norak coeg! Sudah rugi waktu, capek berkali-kali mengaduk- aduk minuman, eh rugi gelas yang pecah lagi. Itu kan namanya auto oon. Ye kan? Ye kan? Lily mah kalo disuruh drama-drama seperti itu sumpah kagak bisa dia! Mana ini Mas suami diem aja kayak patung sambil natap Lily kayak orang linglung lagi, kan syerem!
Read more

Chapter 49

"Apa maksud kamu membuka pintu rumah dengan keadaan setengah telanjang begitu hah? Apa kamu memang terbiasa untuk membuka pintu dengan begitu saja tanpa mengintip dulu, atau minimal bertanya siapa yang datang? Kamu ini ceroboh sekali, Perempuan?! Untung ada Mas di antara mereka tadi. Kalau Mas nggak ada, apa jadinya coba? Jangan-jangan kamu bakal di rame-ramein oleh mereka berdua!" Heru sangat emosi mengingat moment tadi. Pak Kades dam Pak RW seketika melotot dengan ekspresi mupeng. Mereka menatapi tubuh istrinya yang tambah bohay akibat proses kehamilannya. Dua orang tua bangka itu bahkan tidak mau bergerak saat Heru menyeret mereka untuk menjauhi pintu rumah. Kalau saja mereka berdua tidak seusia dengan ayahnya, pasti sudah bonyok mereka menerima bogem mentahnya. Heru sedang lelah lahir batin saat ini. Setelah menghajar Gilang habis-habisan dan mengancam Fahri sengan SP1, dia juga memecat dengan tidak hormat Seno Prasetyo dan semua anak bu
Read more

Chapter 50

Heru tengah menghitung berapa kubik yang akan di cor dengan menggunakan sistem readymix, saat salah seorang pekerjanya mengetuk pintu ruangannya dengan tergesa-gesa. Wajahnya tampak cemas dan bingung. "Ada apa Denny? Kenapa kamu tidak ke lapangan saja membantu yang lain memelester?" "Anu eh itu. Sebaiknya Bapak pulang dulu ke rumah eh warung." Denny menjawab takut-takut. Heru mengernyitkan alisnya. Ada sesuatu yang tidak beres ini. "Ada masalah apa di warung Den? Apa ada orang usil yang mencoba mengganggu istri saya lagi?" Heru langsung berdiri. "Bu-bukan mengganggu Neng Bu-eh Bu Heru. Tapi mereka menghancurkan rumah Bu Heru dengan dua excavator sampai rata dengan tanah. "Apa?" Heru pun langsung berlari sekencang mungkin menuju rumahnya. Oh Tuhan semoga istri dan anak dalam kandungannya dalam keadaan baik-baik saja! Sementara itu Lily ber
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status