Semua Bab Pandu Kesatria Genda Yaksa: Bab 61 - Bab 70

130 Bab

Rencana Baik dari Sang Raja

Ketika Senapati Pandu dan ratusan prajurit sudah meninggalkan istana, Wira Karma, Jalamangkara, dan Damara langsung berangkat menuju ke ladang yang sedang mereka garap yang berada di belakang barak prajurit.Seperti hari-hari biasanya, mereka melakukan aktivitas sebagai petani yang menggarap sebidang tanah yang berada di area barak prajurit yang sengaja disediakan oleh sang raja untuk aktivitas mereka agar mereka tidak merasa jenuh selama tinggal di area istana.Hasil dari pertanian tersebut, akan dibeli oleh pihak kerajaan untuk bahan makanan para prajurit kerajaan. Wira Karma tidak harus repot-repot menjual hasil pertanian yang ia garap bersama Jalamangkara dan juga Damara."Apakah kalian tidak mendengar kabar terbaru dari istana?" tanya Wira Karma mengarah kepada Jalamangkara dan Damara yang sudah memulai pekerjaannya mencangkul tanah yang hendak mereka tanami jagung."Kabar tentang apa, Wira?" tanya Damara menghentikan aktivitasnya sejenak. Ia berdiri sambil mena
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-12
Baca selengkapnya

Rangga Wihesa dan Radipati

Rangga Wihesa dan gurunya–Ki Durkakira telah mendengar kabar kematian tiga orang prajurit kerajaan tersebut dari seorang prajurit kerajaan yang bertugas di wilayah kademangan tempat tinggal mereka.Rangga Wihesa tampak gusar mendengar kabar itu, sehingga langsung meminta pendapat kepada sang guru, apa yang mesti ia lakukan untuk membantu kakaknya–Prabu Surya Darma Wihesa dalam mengatasi pergerakan para pendekar dari kelompok pemberontak yang semakin meresahkan rakyat dan para prajurit kerajaan."Aku rasa, kau harus segera menemui rakamu. Karena itu sangat penting, kau ini bagian dari keluarga kerajaan Genda Yaksa, sudah sepantasnya ikut andil dalam persoalan yang tengah dihadapi oleh kerajaan!" ujar Ki Durkakira berkata penuh kelembutan kepada murid satu-satunya itu."Iya, Guru. Aku pun berpikir demikian, ingin rasanya segera ambil bagian dalam melakukan pencegahan terhadap pergerakan para pemberontak itu," sahut Rangga Wihesa menjura hormat kepada s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-13
Baca selengkapnya

Radipati Menjumpai Rasyudita

Radipati pun berpikir bahwa dirinya harus menemui Rasyudita saat itu juga, sebelum ia berangkat ke istana bersama Rangga Wihesa. Ia tampak penasaran dan ingin memastikan apakah pelaku pembunuhan tersebut adalah Rasyudita?"Aku harus menemui Rasyudita sekarang. Aku yakin, saat ini dia ada di rumahnya," desis pemuda itu.Radipati berkeyakinan kuat bahwa Rasyudita masih berada di kediamannya. Hanya dirinya yang mengetahui tempat tinggal pendekar itu.Dengan demikian, ia pun segera bersiap hendak berangkat menemui Rasyudita yang ada di desa sebelah. Seperti yang ia ketahui bahwa Rasyudita memiliki rumah di dekat hutan yang jauh dari pemukiman warga lainnya, dan rumah tersebut menjadi persembunyian yang aman bagi pendekar itu.Radipati langsung berpacu menunggangi kuda miliknya menelusuri jalan setapak menuju tepi hutan yang ada di desa sebelah.Menjelang sore, ia sudah tiba di tempat tujuan. Tampak beberapa orang tengah berkumpul di rumah tersebut, ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-13
Baca selengkapnya

Tugas Pertama untuk Reksa Pati

Menjelang sore, Senapati Pandu dan rombongan para prajurit yang dipimpinnya sudah tiba di tengah hutan yang ada di wilayah Kademangan Suradana. Tepatnya mereka berada di Alas Sura yang sebentar lagi akan memasuki wilayah kepatihan Turi Yaksa Mekar."Jalan ini cukup mudah dilewati, karena tidak terdapat banyak rintangan. Tapi, kenapa sepi? Aku tidak melihat para penduduk yang melewati jalur ini. Apakah yang mereka takutkan, sehingga tidak ada yang berani melewati jalan ini?" desis salah seorang prajurit menghentikan langkah kudanya tepat di sebelah kuda yang ditunggangi oleh kawannya."Hutan ini bukan hutan biasa, di sini terdapat banyak bahaya yang sudah banyak memakan korban dari kalangan para penduduk yang ada di wilayah ini," sahut kawannya."Pantas saja jalanan ini sangat sepi sekali," ucap prajurit itu.Senapati Pandu dan keempat prajurit pengawal, saat itu sudah turun dari kuda mereka dan bersiap untuk segera beristirahat di tempat tersebut.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-13
Baca selengkapnya

Tugas untuk Rangga Wihesa

Ketika rombongan prajurit yang dipimpin oleh Reksa Pati sudah melewati sebuah lembah yang ada di kedalaman hutan tersebut. Tiba-tiba saja, mereka langsung diserang oleh sekelompok orang tidak dikenal. Hingga pada akhirnya, para prajurit itu langsung melakukan perlawanan terhadap orang-orang tersebut."Mereka adalah para perampok yang tengah kita cari. Binasakan mereka!" seru Reksa Pati menghunus pedangnya dan langsung bergerak cepat melakukan perlawanan terhadap orang-orang tersebut.Dengan demikian, pertempuran itu sudah tidak dapat dihindari lagi. Serangan ganas dari para perampok itu semakin gencar.Trang! Trang! Trang! Terdengar nyaring senjata-senjata dari kedua belah pihak saling berbenturan.Beberapa orang dari kelompok perampok sudah mulai berjatuhan. Selain itu, ada sekitar empat orang prajurit yang sudah tumbang akibat sabetan pedang dan golok dari para perampok tersebut."Panah mereka! Jangan biarkan mereka kabur dari tempat ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-14
Baca selengkapnya

Keangkuhan Wiriatami

Ketika mereka sudah mendekati sebuah desa yang ada di wilayah kadipaten Citra Marga, Rangga Wihesa sedikit memperlambat derap langkah kudanya. Ia berpaling ke arah Radipati."Kita cari warung, dan makan siang dulu! Nanti kita lanjutkan kembali perjalanan menuju padepokan-padepokan silat yang ada di desa Bolak!" kata Rangga Wihesa lirih."Apakah ini sudah masuk wilayah desa Bolak?" tanya Radipati meluruskan pandangannya ke sahabat baiknya itu."Iya, ini desa Bolak yang kita tuju," jawab Rangga Wihesa.Tanpa berkata apa-apa lagi, Radipati terus memacu derap langkah kudanya mengikuti langkah kuda yang ditunggangi oleh Rangga Wihesa.Setelah masuk ke dalam wilayah desa Bolak, Rangga Wihesa langsung memperlambat laju kudanya dan langsung masuk ke halaman sebuah warung makan yang ada di pinggiran jalan utama desa tersebut."Kita makan siang di sini! Sekalian beristirahat dulu!" Rangga Wihesa langsung menghentikan laju kudanya, kemudian turun dan s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-14
Baca selengkapnya

Rangga Wihesa dan Radipati Berada di Desa Bolak

"Kami sudah memaafkanmu, sebaiknya kau segera pergi dari hadapan kami!" usir Radipati. "Kau ini bersikap sangat kasar, tidak seperti kawanmu ini," jawab Wiriatami sedikit berpaling ke arah Rangga Wihesa. Rangga Wihesa tersenyum lebar, dan langsung duduk kembali di tempat semula. "Pendekar tampan! Aku pamit," pungkas Wiriatami mengarah kepada Rangga Wihesa. Rangga hanya tersenyum dingin sambil menganggukkan kepalanya. Kemudian, ia langsung memanggil sang pemilik warung makan tersebut, "Ki! Kemarilah!" Pria paruh baya itu bergegas melangkah menghampiri Rangga Wihesa. "Ada apa, Den?" tanya pria paruh baya itu. "Mohon maaf atas kegaduhan yang telah kami buat, Aki tenang saja! Semua kerusakan ini akan aku ganti. "Iya, Den." Dengan demikian, Rangga Wihesa langsung memberikan beberapa keping uang kepada pemilik warung. Setelah itu, ia dan Radipati langsung pamit dan berlalu dari warung tersebut. "Kita akan akan singgah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-15
Baca selengkapnya

Senapati Pandu dan Pasukannya Sudah Tiba di Wilayah Perbatasan

Di barak prajurit yang ada di wilayah perbatasan antara wilayah kerajaan Genda Yaksa dengan wilayah kerajaan Purba Yaksa, Panglima Durga dan para prajuritnya sudah bersiap menyambut kedatangan para prajurit kerajaan Genda Yaksa yang dipimpin oleh Senapati Pandu.Diperkirakan mereka akan tiba di barak tersebut pada sore harinya. Dua orang prajurit utusan Senapati Pandu, saat itu sudah lebih dulu tiba di barak tersebut. Mereka menyampaikan permintaan Senapati Pandu kepada Panglima Durga agar segera memerintahkan para prajuritnya untuk menyiapkan tempat bagi ratusan prajurit yang akan segera tiba di barak itu."Aku rasa, barak yang ada di ujung timur cukup untuk menampung ratusan prajurit," ujar Panglima Durga di sela perbincangannya dengan dua orang prajurit utusan Senapati Pandu."Menurut Senapati Pandu, jika barak tidak cukup tidak apa-apa. Para prajurit yang baru datang nanti bisa mendirikan perkemahan di sekitar halaman barak, Panglima," kata prajurit itu bers
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-15
Baca selengkapnya

Pertarungan di Pinggir Kuta Duri Kepa

Senapati Pandu dan Panglima Durga serta beberapa orang prajurit senior terus berbincang-bincang hingga menjelang senja. Setelah itu, Panglima Durga mengajak Senapati Pandu dan para prajurit pengawalnya untuk makan bersama. Makanan tersebut telah disediakan oleh para pelayan yang bekerja di barak tersebut. "Mohon maaf, Senapati. Sebaiknya kit makan dulu! Para pelayan sudah menyiapkan makanan untuk kita," kata Panglima Durga. "Baiklah, Panglima. Terima kasih sebelumnya." Panglima Durga hanya tersenyum, lalu bangkit dari duduknya. Begitu juga dengan Senapati Pandu, ia bangkit dan langsung mengajak keempat prajurit pengawalnya untuk ikut makan dengannya. Usai makan, Senapati Pandu mengajak Panglima dan keempat prajurit pengawal pribadinya untuk menengok para prajurit yang sudah menempati barak yang ada di ujung timur dari barak utama para prajurit kerajaan Genda Yaksa. Setibanya di barak yang dituju, Senapati Pandu langsung meminta kepada para pra
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-16
Baca selengkapnya

Tiba di Kuta Duri Kepa

Demikianlah, maka Reksa Pati langsung mengurungkan niatnya untuk membunuh dua orang pria tersebut. Ia pun segera mundur beberapa langkah ke belakang."Sebaiknya kalian pergi dari hadapanku!" usir Reksa Pati. "Jika tidak, maka aku akan segera membinasakan kalian!" sambung Reksa Pati penuh ancaman."I—iya, Ki Sanak. Kami akan segera pergi dari tempat ini," jawab salah seorang dari mereka.Dua orang pria itu langsung bangkit, kemudian lari meninggalkan tempat tersebut. Mereka tampak ketakutan sekali terhadap Reksa Pati yang sudah menaklukkan mereka dalam pertarungan tersebut.Setelah jauh dari lokasi keberadaan Reksa Pati dan Senapati Pandu, kedua orang itu menghentikan langkah mereka."Aku pikir mereka adalah para pendekar biasa. Ternyata, mereka memiliki ilmu bela diri yang sangat tinggi. Kita hampir dibunuhnya," desis salah seorang dari kedua pria itu, napasnya terengah-engah."Iya, beruntung pendekar yang duduk di kudanya masih bersik
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status