Semua Bab Bingkisan Daster Bekas Mertua: Bab 21 - Bab 30

63 Bab

Bab 21

Bab 21 Persiapan Itu Dimulai     Pagi ini aku sengaja molor. Aku tak ambil pusing dengan kesibukan orang-orang di rumah ini. Toh mereka sibuk untuk diri mereka sendiri. Menyiapkan santapan pun buat sarapan mereka sendiri.     Kulirik jam di layar ponsel, sudah menunjukkan pukul 08.30 pagi.      Oh ya aku lupa kalau hari ini ada jadwal untuk pergi ke salon dan menemui seseorang.     Pikiranku sekarang sudah tidak lagi seperti dulu. Walaupun sedang hamil, tapi kesehatan dan kecantikan tetap harus diutamakan.     Aku bergegas bangun. Menuju ke kamar mandi dan membersihkan tubuh.      "Kiara ...! Kiara ...!" Terdengar sebuah seruan khas.     Seperti biasa sang mertua selalu saja mengganggu ketenangan.     Tidak kupedulikan ia berteriak-teriak di luar sana.     "Kiara
Baca selengkapnya

Bab 22

Bab 22 Kiat Pertama Calon Istri Muda     "Mas, asyik ya, kalau begini. Bisa berduaan, santai tanpa ada yang nengganggu. Coba kalau di rumah kamu, si Kiara itu selalu saja merusak suasana," Celine menyandarkan kepalanya pada pundak Galih.     Galih tersenyum senang sekaligus bangga.     'Beruntung sekali aku bisa mendapatkan Celine. Wanita yang jauh lebih cantik dari pada Kiara. Huuh ... mengapa pula si Kiara bisa sejelek itu sekarang. Bikin mood ku hilang ajah,' Galih berpikir dalam hati.     Sementara bibirnya mengumbar kebahagiaan, tangannya membelai rambut panjang kecoklatan milik Celine. Harum semerbak rambut Celine yang terawat, membangkitkan moodnya.     "Mending dekat-dekat sama Celine, baunya wangi, kulitnya halus dan lembut. Senyumnya, haduuuh... Kalah jauh Kiara mah,' Galih tersenyum sendiri memikirkan nasib baik yang sedang berpihak padanya.&nbs
Baca selengkapnya

Bab 23

Bab 23 Iri Bilang Bos      "Terimakasih ya, Mas. Mas dan Bu Farah baik sekali sama saya," Celine menerima sebuah benda tipis dari tangan Galih.      Dalam hati, wanita itu membatin, 'akan kubelikan tas dengan merk di atas tas yang di pakai Kiara pagi tadi,' Kiara tersenyum tipis.      "Iya sama-sama, Sayang. Aku dan Ibu sayang sama kamu," balas Galih.     "Maaf, saya jadi merepotkan," ujar Celine kembali dengan ekspresi sedikit sayu.     "Nggak, kamu sama sekali tidak merepotkan kami," jawab Galih.     "Apa Kiara tahu jikalau Mas menyerahkan ATM Mas sama aku?" tanya Celine.     "Kiara tidak perlu di kasih tahu, Sayang. Kalau dikasih tahu, malah bisa jadi repot. Kamu tahu sendiri bagaimana sifat wanita bar bar seperti dia. Dia tidak segan-segan untuk bermain kekerasan," sahut Galih.     "Mema
Baca selengkapnya

Bab 24

Bab 24 Rencana Busuk          "Terimakasih, Mbak! Semoga terus menjadi pelanggan setia butik kami," petugas kasir membungkukkan badannya setelah menyerahkan benda pipih kepadaku.     Aku menganggukan kepala. Aku melangkah membawa barang-barang yang baru saja kubeli keluar dari toko.    Eit, baru aku keluar dari butik, seseorang mencegah langkahku.     "Kiara ...!" Suara seorang wanita dengan nada yang tak bersahabat.     Aku mengernyitkan dahi.     "Celine? Ada apa kamu menguntitku kemari?" tanyaku.      "Siapa juga yang menguntitmu? Aku bukan orang kurang kerjaan yang mengikuti langkahmu kesana kemari," jawabnya ketus.     "Kalau begitu kenapa kau menghampiriku disini?"     "Hey, aku kesini ingin memberitahumu, mulai sekarang kau tidak bisa secara bebas membelanj
Baca selengkapnya

Bab 25

Bab 25 Kiat Celine     Tengah menata meja, Celine memikirkan sesuatu,     Clink...     Sebuah ide muncul di kepalanya,     'Aku menemukan cara jitu!' batin Celine.     'Akan kubuat kau melahirkan sebelum pada waktunya,' akal licik Celine bereaksi.     Mulut wanita itu tersenyum penuh dendam.     "Bu, sepertinya Kiara sedang sakit. Kasihan sekali dia," ucap Celine.      Bu Farah memandang Celine dengan ekspresi penuh keheranan.         "Kalau menurut saran ibu, tidak usah pedulikan dia, Nak. Tidak usah lah memikirkan hal-hal yang tidak penting. Pikirkan saja masa depanmu bersama Galih. Jika kau memikirkan Kiara, maka itu adalah sesuatu yang sia-sia dan tidak berguna," tutur Bu Farah.     wanita paruh baya tersebut terlihat tidak suka dan tida
Baca selengkapnya

Bab 26

Bab 26 Apa Ini Jebakan?      Aku tertegun tatkala dalam mobil kulihat Celine ikut serta. Buat apa dia mengikuti kami. Kehadirannya merusak pemandanganku saja.Ia     "Kasar dari mananya, Mas? Perasaan biasa-biasa saja,"      "Dibilangin masih aja nyolot. Seharusnya kau berterima kasih sama Celine," pukas Galih.     "Berterima kasih buat apa?" imbuhku.     "Hei asalkan kau tahu, bahwa Celinelah yang berinisiatif untuk membawamu memeriksakan kesehatan. Demi kau dan janin di perutmu," ujar Galih.      Aku terkhenyak.      "Jadi Celine yang ingin mengajakku ke klinik? bukan kamu? Baiklah kalau begitu berhentikan aku disini. Sudah kubilang tadi aku bisa pergi sendiri,"      "Tidak usah banyak belagu. Kalau kau bisa sendiri mengapa tidak sedari tadi," kembali Galih berujar kasar.
Baca selengkapnya

Bab 27

Bab 27           "Pa, tolong tidak usah kemari. Begini saja, oke aku akan lebih berhati-hati. Besok aku akan menemui Papa. Tapi Papa jangan ke sini dulu malam ini,"     Bagaimanapun aku tidak ingin rahasiaku terbongkar dulu. Biarkan keluarga ingin mengetahui siapa aku sebenarnya pada saat yang tepat.     Besok aku akan menemui papa dan membicarakan hal penting padanya terkait dengan tawarannya padaku beberapa waktu yang lalu.***    "Mas, mulai hari ini aku akan bekerja!" Ucapku pada Mas Galih.     Suaraku mengejutkan semua orang yang sedang menikmati santapan sarapan pagi di meja makan.     "Uhuk ... uhuk ...!" Mas Galih terbatuk.     Ia menghentikan makannya sejenak lalu menoleh ke arahku.     "Apa? Kamu ingin bekerja? bekerja di mana?" Mas Galih tersen
Baca selengkapnya

Bab 28

Bab 28     Degup jantung ini tidak bisa lagi ku atur sempurna. Katakutan, gelisah dan ragu berbaur menjadi satu.      Takutku apabila Papa berbuat sesuatu yang akan berakibat pada sesuatu hal yang tidak di inginkan.       Keraguanku, bisakah Papa bertindak tanpa melibatkan emosi yang berujung pada adu otot? Aku benci masalah yang di hadapi dengan kekerasan.       "Percaya saja sama Papa  Kiara, Papa bukan orang bodoh!" Dalam hati aku menghibur diri sendiri.     Akankah kedokku terbongkar di sini? Akankah Papa membuka semua rahasia yang sudah sejak lama  kusimpan dengan rapi ini?         Belum sempat aku berpikir lebih jauh,terlihat seorang laki-laki yang masih terlihat gagah, meski di usianya yang tak lagi muda, keluar dari mobil dan berjalan menuju ke arahku.     Dialah Papa
Baca selengkapnya

Bab 29

Bab 29     "Nanti dulu ....!" Teriakku.     "Kiara, sudah cukup kau hidup teraniaya di rumah mereka!"      Semua yang hadir di sana dan melototkan mata tidak percaya atau pun bingung dengan ucapan Papa.     "Sabar, sabar, Kiara mohon ...! Semua masalah ini tak akan selesai dengan emosi... Please dengarkan Kiara!" aku memohon dan memelas pada Papa. Aku tidak memanggil beliau dengan sebutan Papa agar orang-orang di rumah ini tidak mengetahui kenyataan yang sebenarnya.     Mendengar aku bicara, Papa nampaknya bisa meredam emosinya yang tadi nampaknya sudah di ubun-ubun.     "Ada apa ini, Kiara ...? Apa kau sudah saling kenal sama Pak Alfath? Bagaimana Bisa?" Bu Farah  berbicara  kebingungan.     Dalam hati, tentu saja aku sudah kenal bahkan sangat dekat dengan Pak Alfath. Toh beliau adalah Papa kandungku.
Baca selengkapnya

Bab 30

Bab 30     Seonggok buntalan pakaian bekas yang ia berikan pada Kiara beberapa waktu lalu tergeletak begitu saja.     Mata Bu Farah terpaku pada  lembaran kertas putih yang ada di atas onggokan buntalan tersebut.     Penasaran, Bu Farah membaca tulisan yang di toreh di sana.     (Ini, aku kembalikan semua pakaian bekas yang ibu berikan padaku. Silakan kasih ke menantu baru ibu saja. Si Celine. Bukankah ibu bilang akan memberi pakaian itu pada menantu ibu untuk mengurangi pemborosan? Barangkali Celine mau memakainya. Aku ikhlas mewariskan semua ini padanya. Karena Alhamdulillah aku udah punya pakaian-pakaian yang jauh lebih baik dan layak)     "Pakaian bekas? Apaan ini, Bu? Kok Kiara ingin memberikannya padaku?" Sebuah suara yang terdengar kesal berasal dari belakang Bu Farah.      Bu Farah menoleh.     Di san
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status