Home / Fiksi Remaja / AKU VS IBUMU / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of AKU VS IBUMU: Chapter 31 - Chapter 40

44 Chapters

Bab 31. Salah Paham

Salah PahamPagi ini aku dan Vera kembali ke kota Kisaran. Kota dimana aku dan Bang Faiz pernah mengukir kenangan indah. Walau hati ini sudah mengikhlaskan kandasnya hubungan kami, namun, entah mengapa masih ada rasa yang mengganjal di hati. Rasa itu meninggalkan perih di sini.Kepergianku dari rumah itu bukan semata atas keinginanku. Aku masih merasa ada sesuatu yang menghimpit hati ini. Bang Faiz mengusirku dengan sebuah alasan yang dia sendiri belum tahu kebenarannya. Walaupun sebenarnya, sikap Bang Faiz sudah dapat dijadikan pegangan, kalau ternyata lelaki yang bergelar suamiku itu sudah tak dapat lagi dipertahankan, karena dia sendiri sudah tak percaya kepadaku. Namun, aku masih belum terima difitnah seperti itu."Rat! Ngelamun lagi? Masih mikirin Faiz lagi?" Pertanyaan Vera membuyarkan lamunanku."Nggak!" jawabku seraya mengedipkan mata ini agar butiran-butiran bening yang sedari tadi sudah menggantung di kedua kelopak mata ini, tak jatuh di depan Vera."Apaan! Tuh, matamu ber
Read more

Bab 33. Berpisah

BerpisahAku harus cari Bik Surti. Aku harus tanya, siapa lelaki yang bersamanya kemarin. Ada hubungan apa dia dengan lelaki itu? Apa Bik Surti juga ikut dalam fitnah keji ini? Aku berbalik dan melangkah gontai menuju mobil yang sedang terparkir di seberang jalan. Kutatap nanar ke arah rumah Bang Faiz. Perih, hatiku sangat perih mengingat perlakuan Bang Faiz tadi. Dia menganggap, seolah-olah aku ini pelac*r murahan, hingga aku tak boleh membawa dan merawat anakku sendiri. "Kita kemana, Bu?" Pertanyaan Pak Kardi membuyarkan lamunanku. "Ke toko yang menjual alat-alat jahit, Pak. Jalan aja sambil saya arahkan," jawabku sembari menyapu sisa air mata yang membekas di pipi ini.Pak Kardi melajukan mobil ke arah yang sesuai dengan instruksi yang kuberikan. Tak lama kami tiba di depan toko yang dituju."Permisi, Pak. Apa Bik Surti masih bekerja di sini?" tanyaku pada salah seorang pekerja yang kebetulan sedang membersihkan mesin jahit di depan toko."Bik Surti? Kayaknya gak ada yang namanya
Read more

Bab 32. Menjemput Keysha

Menjemput Keysha"Gimana? Jadi kita ke rumah Faiz?" tanya Vera sembari menyapu sudut bibirnya dengan tisu."Kayaknya aku berubah pikiran. Biar besok, aku sendirian ke rumah Bang Faiz.""Kamu yakin, Rat? Gak mau aku temenin?" tanya Vera."Yakin. Aku takut kalau kita datang bertiga, Bang Faiz malah tak mengizinkan aku bertemu dengan Keysha. Dia pasti menduga aku ada hubungan dengan Andi." "Ya udah, kalau maunya begitu. Tapi, kalau ada apa-apa, cepat hubungi aku ya, Rat! Sekali lagi aku minta maaf atas kejadian tadi," ucap Andi dengan raut wajah penuh penyesalan. Aku mengangguk.Kami segera pergi meninggalkan kafe dan berpisah dengan Andi di pelataran parkir.*"Halo Mbak-Mbak semua, apa kabar?" sapaku kepada para wanita hebat yang telah banyak mbantu usahaku hingga sesukaes ini."Eh, Mbak Ratna. Kok gak ngomong-ngomong mau ke sini?" ucap Mbak Wiwin sembari bangkit dari kursi jahitnya lalu menyambut kedatanganku dan Vera."Iya, Mbak, mendadak soalnya. Ini ada oleh-oleh untuk Mbak-Mbak
Read more

Bab 34. POV Faiz

POV FaizPerjalanan biduk rumah tanggaku bersama Ratna kembali mengalami ancaman, yang datang dari istri ke duaku. Ya, Chintya, istri yang sebenarnya tak pernah kuharapkan hadir di antara aku dan Ratna. Aku teraksa menerimanya sebagai istri kedua, karena dia melahirkan seorang anak perempuan yang wajahnya mirip sekali denganku. Aku juga merasakan ada sebuah ikatan yang sangat dalam antara aku dengan Keysha, anak yang dilahirkan Chintya. Seiring waktu berjalan, tampaknya Chintya memanfaatkan kedekatan dan perhatianku terhadap Keysha. Aku tak bisa membantah apapun yang diminta Chintya. Karena, jika aku menolaknya apalagi sampai menceraikannya, dia mengancam akan membawa Keysha sejauh mungkin. Aku yang sudah sangat sayang dan dekat dengan Keysha terpaksa menuruti kemauan Chintya, termasuk mengizinkannya tinggal satu atap dengan Ratna.Aku tahu, Ratna sangat terluka. Mungkin sebenarnya berat menerima kenyataan ini. Namun, Ratna memang benar-benar wanita yang tabah dan penyabar. Dengan
Read more

Bab 35. POV FAIZ 2

POV Faiz (2)Sabar dulu, Pak! Tahan emosi! Saya tidak ingin mencari keributan di sini," ucapnya tenang. Semakin membuatku bertambah geram. Gemuruh di dalam dada sudah tak tertahankan lagi. Darahku seperti mendidih. Dia yang menyebabkan rumah tanggaku hancur. Mungkin dialah Ayah dari janin yang dikandung Ratna sekarang ini. Kuayunkan kepalan tangan ini ke arah wajahnya. Tapi sayang, dia dapat menangkisnya. "Sabar, Pak! Dengarkan saya dulu! Bisakah kita bicara baik-baik?" "Apalagi yang ingin kau bicarakan, hah? Kau inginkan Ratna? Ambillah! Aku sudah mencampakkannya!" seruku lantang."Aku hanya minta waktu untuk bicara sebentar saja. Setelah itu aku akan pergi. Tapi, tolong! Tahan emosi anda!" "Baiklah! Apa yang ingin kau bicarakan? Cepat katakan! Aku tak punya banyak waktu untuk berbicara denganmu."Aku duduk kembali di kursi dan mempersilahkannya untuk duduk di kursi satunya lagi. Jarak kami kini terpisah oleh meja kecil.Aku memandang lurus ke depan, sembari menunggu lelaki itu
Read more

Part 36. POV Ratna

Ratna POVKabar baik baru saja kuterima dari Bik Surti. Lukman, adik Bik Surti sudah bersedia menemui Bang Faiz dan menceritakan kejadian sebenarnya kepada Bang Faiz. Aku tak tau bagaimana pendapat Bang Faiz. Entah dia percaya atau tidak, yang penting kebenaran itu telah disampaikan kepadanya. Dan aku sebagai pemilik nama yang dituduhkan telah berbuat tidak senonoh ternyata hanyalah korban dari sebuah fitnah keji yang telah disusun oleh Mama mertuaku sendiri bersama maduku, istri ke dua suamiku. Untung saja Lukman itu mata duitan. Tidak seperti Bik Surti yang menolak materi dan rela kehilangan pekerjaan karena rasa perikemanusiaannya. Lukman ternyata sangat mudah berkhianat. Dengan tawaran satu kali lipat dari bayaran yang diberikan Chintya kepadanya, dia berpaling dan mengkhianati Chintya. Dia mau jujur atas perbuatannya kepada Bang Faiz. *Hari ini aku dapat bernafas dengan lega. Perempuan itu yang telah merebut Bang Faiz dariku dan menorehkan luka yang begitu dalam di hati in
Read more

Part 37. POV Chintya

Chintya POV"Apa? Bang Faiz menikahi gadis kampung itu?" ujarku ketika Kak Intan mengabarkan lewat panggilan telepon, kalau Bang Faiz akan menikahi Ratna, gadis kampung itu. "Iya, Chin! Kami gak bisa melarangnya lagi. Faiz mengancam akan pergi dari rumah kalau kami menghalanginya," sahut Kak Intan. Hatiku serasa hancur. Semua angan dan mimpiku untuk menikah dengan Bang Faiz kandas sudah. Bang Faiz lebih memilih Ratna. Gadis kampung yang sok lugu itu. Padahal, kalau secara fisik, aku lebih dari Ratna. Aku juga berasal dari keluarga kaya, dan tentunya sepadan dengan keluarga Bang Faiz. Susah payah aku menuruti semua kata-kata Tante Mayang dan Kak Intan. Semua sudah kulakukan. Namun apa? Bang Faiz tetap menikahi dia."Pokoknya, aku tak terima, Bang Faiz harus jadi milikku!" Aku berkata sendiri sembari mengepalkan tangan ini lalu memukulkannya ke meja rias di depanku.*Diawal pernikahan Bang Faiz dengan Ratna, tante Mayang seperti menghilang. Aku tak mendapat kabar apa-apa. Mungkin T
Read more

Part 38. Rumah Baru

Rumah Baru"Wow! Rumahnya besar juga, ya, Mbak. Taman bunganya masih tertata dengan rapi," ujar Mirna. Kami sedang berada di depan sebuah rumah yang baru kubeli dua hari lalu."Ya, Mir. Mudah-mudahan kita betah di rumah ini, ya!" sahutku dengan senyum penuh bahagia. Akhirnya aku bisa membeli rumah dengan hasil keringatku sendiri."Kelihatannya rumah ini sangat nyaman, Mbak," ucap Mirna lagi."Mudah-mudahan begitu. Ini semua untuk Keysha dan calon adiknya nanti," ujarku sembari mengusap perutku yang sudah mulai membuncit.Aku memutuskan untuk membeli sebuah rumah yang letaknya tak begitu jauh dengan ruko konveksi. Kondisiku yang sudah tak memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh, bolak-balik dari rumah Bapak ke sini, mendorongku untuk membeli rumah ini.Ya, perutku sudah semakin membesar. Rasanya sudah semakin berat untuk ke sana kemari. "Kita masuk, yuk!" ajak Mirna sembari menggendong Keysha. Aku mengikuti langkah kaki Mirna dari belakang. Kubuka pintu rumah ini dengan mengucap
Read more

Part 39. Keysha Sakit

Keysha Sakit."Mungkin sebaiknya, Faiz tidur di sini untuk malam ini. Aku khawatir, nanti Keysha terbangun dan mencari papanya lagi," ujar Vera memberi saran. Bang Faiz menatap ke arahku meminta persetujuan.Aku sebenarnya ragu memberi izin kepada Bang Faiz untuk menginap di sini. Tapi, kasihan juga d ngan Keysha. Kalau dia terbangun tengah malam dan mencari papanya, bagaimana? "Kalau Bang Faiz mau, aku tidak keberatan. Kasihan Keysha, mungkin dia rindu pada papanya," jawabku setuju. Biarlah Bang Faiz menginap di sini untuk malam ini. Toh, di rumah ini aku tidak sendiri. Ada Mbak Mirna dan Vera. "Makasih ya, Rat," sahut Bang Faiz."Iya, Bang. Kami ada di luar, kalau Keysha bangun panggil aku ya!" pesanku kepada Bang Faiz. Aku dan Vera beranjak meninggalkan kamar Keysha. Lalu tidur di sofa ruang tamu yang tak jauh dari kamar itu.Sebenarnya aku ingin sekali tidur di samping Keysha, menemaninya sembari merawatnya. Namun ada rasa tak nyaman di hati ini kalau bersama-sama dengan Bang
Read more

Part 40. Perceraian

Perceraian"Ma—maafkan, Abang, Rat. Abang tak ingin melanjutkan gugatan itu. Abang menunggu persetujuanmu. Abang mohon, berilah kesempatan kepada Abang untuk menebus semua kesalahan Abang kepadamu. Izinkan Abang merawat anak-anak kita bersamamu. Abang menyesal, Rat. Sungguh, Abang sangat tersiksa dengan semua ini. Abang ingin kita seperti dulu lagi."Aku diam dan mencoba mencerna kata demi kata yang telah diucapkan oleh Bang Faiz. Apa katanya tadi? Dia ingin kembali? Dia ingin aku menerimanya lagi? Dia minta kesempatan itu? Sudah hilangkah rasa malunya?"Maaf, Bang. Aku rasa, aku sudah cukup memberimu kesempatan dulu. Aku sudah memohon kepada Abang agar mencari tau dulu tentang kebenarannya. Tapi apa? Abang tak mau percaya kata-kataku. Abang tak memperdulikan permohonanku. Abang tetap kekeh d ngan tuduhan Abang," ujarku sedih. Aku masih ingat setiap jengkal kejadian itu. Luka karenanya masih menganga lebar dan terasa peri."Abang tau, Rat. Abang sudah menyadari kesalahan itu. Abang be
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status