Home / Romansa / Kehormatan Yang Terenggut / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Kehormatan Yang Terenggut: Chapter 31 - Chapter 40

77 Chapters

Artis Pulang Kampung

"Ibu!" seru Aisyah.Wanita paruh baya yang tengah menyapu halaman menoleh ke arah asal suara. Ia tak percaya dengan apa yang di lihatnya. "Aisyah!" Ia langsung menjatuhkan sapunya dan memeluk putri tercintanya.Aisyah melepaskan ramgkulan ibunya dan mencium punggung tangan Marni. "Bagaimana kabarmu, Nduk?""Baik, Bu. Seperti yang ibu lihat, Aisyah sehat-sehat saja.""Ayo masuk dulu, kamu pasti sangat lelah dari Jakarta," ucap Marni."Ini toko kelontong ibu?" tunjuk Aisyah. Sebuah toko kelontong bangunan permanen yang terletak di depan rumah menyita perhatiannya."Iya, Nduk. Lumayan, kangen ibu sama kamu jadi teralihkan karena ada toko itu," tutur Bu Marni.Sesampainya di dalam rumah, Aisyah melihat ke sekeliling. Tidak ada yang berubah sama sekali. Mulai dari perabotan dan penataan ruangannya."Kamu mau mandi dulu, atau langsung makan?" tanya Bu Marni."Mandi dulu, Bu. Nggak tahan badan udah keringetan dari
Read more

The Power Of Artist

Aisyah tidak tahu jika Ariel mengejarnya ke kampung karena pria itu tidak bisa sehari pun berjauhan dengannya. Dalam pandangannya Ariel adalah artis play boy, jadi Aisyah tidak pernah memasukkan dalam hati rayuan Ariel."Kapan pulang ke Jakarta?" tanya Ariel. "Yah, baru sampai kok di suruh pulang," jawab Aisyah cemberut. "Bukan begitu, kamu tidak bisa tinggal lama-lama di sini. Aku banyak kerjaan," kata Ariel pelan agar tidak terdengar Bu Marni yang tengah sibuk di toko depan rumahnya."Iih, aku pingin lama di sini. Bos cari penggantiku saja. Marini kayaknya lebih cocok menggantikan pekerjaanku. Jadi ... kalian bisa tambah lengket kemana-mana bareng terus," goda Aisyah."Marini tidak bisa aku kerjain. Kalau kamu kan_,""Aku kenapa? Nah, benar kan dugaanku, bos itu sukanya menyiksaku. Sepertinya ada kebahagiaan tersendiri kalau berhasil membuatku menangis," sahut Aisyah."Bukaaan, aku tuh tidak bisa jauh sehari pun darimu,"
Read more

Kelaparan

"Terima kasih, Bu sudah menyajikan berbagai makanan pada saya hari ini. Dan, ini akan saya bawa semua ke Jakarta, oleh-oleh dari ibu," tutur Ariel. Ia dengan berat hati tidak bisa tinggal lebih lama lagi karena tuntutan pekerjaan. "Ibu senang, Nak Ariel mau singgah di gubuk ibu ini. Tolong titip Aisyah, sebenarnya ibu berat melepasnya jika harus kembali ke Jakarta lagi. Tapi, melihat bosnya adalah Nak Ariel, ibu jadi lega," kata Bu Marni.Aisysh pun berpamitan dengan Bu Marni. Mereka saling memeluk satu sama lainnya. Tak terasa air mata Aisyah menetes membasahi pundak wanita paruh baya itu."Jangan nangis, Nduk. Ibu selalu doakan agar kamu jadi orang sukses. Tidak usah kamu pikirkan ibu," Bu Marni menepuk pundak Aisyah penuh kasih sayang.Ariel pun mencium punggung tangan Bu Marni. "Tolong, jaga Aisyah ya, Nak," kata Bu Marni."Tentu, Bu."Ariel dan Aisyah pun masuk ke dalam mobil sport, tak lupa Aisyah melambaikan tangannya. Warga kam
Read more

Mesum

"Drrrtzzt!" Bunyi suara telepon mengagetkan Ariel yang masih bergulat dengan guling kesayangannya. Apalagi nada dering teleponnya sangat keras sekali. "Berisik, tidak tahu masih ngantuk apa," gerutu Ariel. Ia menutup ponselnya dengan bantal. Aisyah kelihatan gelisah. Tangannya menggenggam ponsel itu sudah sedari subuh tapi yang di hubungi tidak juga mengangkat teleponnya."Bos, gimana sih. Katanya mau syuting subuh-subuh, tapi kok belum bangun," gerutu Aisyah. Tak ada cara lain, Aisyah naik taksi dan bergegas untuk pergi ke apartemen Ariel untuk membangunkan bosnya. Untung saja jaraknya tidak terlalu jauh sehingga langsung cepat sampai.Aisyah sudah tahu passcode apartemen Ariel. Setelah berhasil membuka pintu utama, ia berjingkat-jingkat mengetuk pintu kamarnya Ariel. "Bos, bangun sudah saatnya syuting sekarang," ucap Aisyah dari luar pintu. Tak ada sahutan sama sekali.CeklekAisyah memberanikan diri m
Read more

Cerewet Sekali

Syuting berjalan dengan lancar, hampir saja sang sutradara marah besar karena keterlambatan Ariel. Namun, cara akting Ariel yang memuaskan meluluhkan hati sutradaranya.Di bawah pohon Aisyah duduk termangu melamunkan kejadian waktu di apartemen Ariel. Ia masih tidak habis pikir dengan tingkah Ariel yang hampir saja menciumnya. Ia sendiri tidak mengerti dengan perasaannya. Di hati kecilnya tak ada keberanian untuk memiliki perasaan terhadap bosnya. Ia tahu batasan dirinya. Apalagi Aisyah tahu dengan jelas Ariel adalah pacar sahabatnya.Dari kejauhan Ariel menatap punggung Aisyah yang tampak sendirian duduk di bawah pohon besar. Ia mencoba menerka-nerka apa yang ada dalam pikiran gadis cantik itu. "Sudah melamunnya?""Apa kau pikir aku membayarmu hanya untuk enak-enakan melamun di sini," kata Ariel ketus. Lelaki itu tiba-tiba saja muncul di belakang Aisyah."Bu ... bukan begitu, Bos," ucap Aisyah gugup. Dalam hati ia merutuki perkataan bosnya y
Read more

Lamaran Ariel

"Tuan, Nona Aisyah sudah selesai," kata pelayan. Ariel terpana melihat kecantikan Aisyah berbalut baju pesta yang indah. Aisyah tidak kalah cantiknya dengan para artis papan atas. Bahkan aura kecantikan alaminya jauh terpancar. "Bos, kok pakai baju seperti ini? Memangnya mau kemana sih?" tanya Aisyah."Kenapa? Tidak suka?" serobot Ariel."Bukan begitu, Aisyah tidak terbiasa saja. Ini terlalu bagus," tutur Aisyah polos. Ia mengamati detil "Saya ambil yang ini, tolong nanti di bungkus ya," kata pada pelayan."Baik, Tuan."Aisyah ingin sekali menolak, tapi sepertinya wajah Ariel menunjukkan tidak menerima penolakan. Akhirnya ia memilih diam membiarkan para pelayan itu membungkus pakaian pesta itu ke dalam box paper. Terlihat Ariel memberikan atmnya, lalu ia menyelesaikan pembayaran.Keluar dari butik, Aisyah kembali masuk ke dalam mobil. Ia tahu jika bosnys itu sudah keluar uang cukup banyak untuk membayar gaun t
Read more

Jawaban Aisysh

"Bagaimana, apakah kau menerima lamaranku?" tanya Ariel penuh harap.Semua penonton menunggu jawaban yang akan di katakan Aisyah. Marini dari jauh menatap tanpa berkedip. Ia merasa Aisyah terlalu beruntung Ariel sampai tergila-gila padanya. Tak tahan melihat semua itu, Marini kemudian bangkit mau meninggalkan tempat duduknya."Mau kemana sayang?" tanya affairnya."Ke toilet," jawab Marini. Tak mungkin ia bertahan melihat Ariel melamar Aisyah. Hal itu sangat menyakiti hatinya. "Aisyah, aku menunggu jawabanmu," kata Ariel.Meskipun Aisyah belum yakin dengan perasaannya. Tapi, ia juga tidak ingin mempermalukan bosnya di depan umum jika ia menolak lamaran itu. Aisyah bimbang. Ariel memang tampan, di gandrungi banyak wanita. Namun, Aisyah tidak yakin menjalin hubungan dengan pria semacam itu. Lagi pula bagaimana jika setelah menikah nanti Ariel tahu dia tidak virgin lagi."Aisyah, aku menunggu jawabanmu," kata Ariel. Ia takut jika gadis itu
Read more

Hampir Saja Mengatakannya

"Aku tidak akan membiarkan kau bahagia, Aisyah!" kata Marini. Ia mengamuk, seluruh alat make upnya yang semula tertata rapi jatuh berantakan. "Aisyah, kupikir kau wanita biasa, tapi ternyata kau tidak bisa aku remehkan," gumam Marini. Rasa cintanya terhadap Ariel membutakan mata hatinya. Ia bersikeras akan merebut Ariel. Bagaimanapun caranya. Aisyah adslah sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai saudara sendiri, namun karena saking cintanya pada Ariel membuat hatinya buta. Marini segera meraih tasnya, ia tahu kemana langkah kakinya harus berada. Hatinya bergemuruh menahan tangis. Ia menyetir mobilnya sendiri. Dengan kecepatan yang terbilang di atas rata-rata Marini sudah tidak peduli dengan keselamatannya. Untung saja ia sopir yang handal, bisa berkelit dengan mobil yang hampir menyalipnya. Air matanya tidak berhenti menetes, baru kali ini ia merasakan cinta bertepuk sebelah tangan.Memang tidak ada kata putus dari Ariel, karena selama i
Read more

Permintaan Bertemu

"Apa kau akan membiarkanku berdiri membeku di sini?" Ariel berharap Aisyah menyuruhnya masuk ke dalam."Silahkan kalau mau masuk, lagi pula ini memang apartemenmu. Tapi, aku mau pergi dari sini," ujar Aisyah."Kau tidak serius kan?" Ariel mencekal tangan Aisyah. Ia tidak ingin perempuan itu pergi meninggalkannya. Ia memang bodoh telah membungkam bibir Marini dengan bibirnya. Saat itu ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Marini agar tidak nyerocos terus. Bisa-bisa rahasianya selama ini terbongkar."Maaf, sepertinya tak ada yang perlu di perdebatkan lagi." "Aku berdoa semoga kalian segera menikah, sehingga bukan orang lain yang jadi sasaran pertengkaran kalian," kata Aisyah berjalan tergesa-gesa meninggalkan Ariel di depan pintu kamar apartemennya.Menyadari Aisyah sudah pergi menarik kopernya keluar. Ariel berpikir apakah dirinya memang sudah bersikap keterlaluan? Sampai Aisyah tidak mau memaafkannya.Ia terlalu bodoh untuk memaham
Read more

Kebenaran

Ponsel Aisyah tidak berhenti berdering. Dengan malas Aisyah mengambilnya. Nama Ariel tertera di sana, ia hanya mengambil nafas kasar lalu kembali meletakkannya. Ia bingung harus mengangkat telepon itu atau tidak. Tapi, Aisyah juga butuh ketenangan.Ia memang tidak pulang kampung, tapi tinggal di sebuah hotel yang tidak di ketahui Ariel. Mana mungkin Aisyah berani pulang kampung. Bukankah tidak lama ia baru pulang kemarin. Apa kata ibunya? Pasti ibunya akan cemas jika mengetahui putrinya pulang lagi. Membayangkannya Aisyah bertambah pusing.Bekerja sebagai make up artis sebenarnya upahnya lumayan tinggi. Aisyah bisa membantu ibunya dan juga menabung. Namun tingkah bosnya yang mudah berubah moodnya membuat Aisyah sering kelimpungan. Apalagi kejadian lamaran kemarin. Rasanya seperti mimpi, dan Aisyah berusaha untuk melupakannya. Ia tidak ingin kege-eran seolah Ariel mencintainya. Aisyah cukup tahu diri.  Ciuman Ariel terhadap Marini membuktikan yang sebe
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status