Beranda / Young Adult / Dia-lo-gue / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab Dia-lo-gue: Bab 61 - Bab 70

79 Bab

PART LXI

Aiden akhirnya setuju pada rumah kos yang menjadi rekomendasiku. Sebelumnya, aku juga sudah melalui pencarian panjang tentang rumah-rumah kos yang berada tidak terlalu jauh dari tempat kosanku. Jadi, Aiden hanya memilih dua rekomendasi paling atas dan tidak lama dia sudah bisa langsung memutuskan.“Oke, gue mau yang ini,” putus Aiden.Aku mengedarkan padangan ke segala penjuru ruangan. Ukurannya sedikit lebih kecil dari kamarku. Tidak ada dapur dan pendingin ruangan. Lagi pula aku sendiri jarang menyalakan pendingin ruangan untuk udara Bandung yang sudah dingin ini. Selebihnya cukup bagus dan pas di kantong.“Tapi kosan ini campur. Lo enggak apa-apa?” tanyaku memastikan. Karena rumah kos tempatku tinggal memang khusus untuk wanita saja.Aiden menyeringai mendengar pertanyaanku. “Enggak apa-apa. Bagus malah.”“Heh, berani macem-macem gue gantung lo di pohon mangga,” ancamku begitu menyadari isi dari ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-07
Baca selengkapnya

PART LXII

Suasana festival seni empat tahunan ini sangat meriah. Banyak instalasi seni yang di pajang menyambut kehadiran para pengunjung. Yang paling menarik perhatian adalah instalasi replika dinosaurus yang terbuat dari lempengan seng. Tingginya saja bisa sampai tiga meter. Membuat replika dinosaurus itu menjadi pojok favorit untuk berfoto. Selain itu, ada juga arena pasar karya, tempat para seniman menjual karya mereka. Juga wahana-wahana menarik yang bisa kami nikmati di sini.“Rame banget,” gumam Hugo ketika kami mulai berkeliling.Dia tidak salah. Hari pertama pembukaan pasar seni ini memang menargetkan ratusan ribu pengunjung. Apalagi acara ini di buka oleh Pak Gubernur sendiri. Juga sederet artis yang ikut tampil memeriahkan suasana di dua panggung sekaligus. Membuat kawasan pasar seni semakin padat dan sesak.“Harusnya jangan datang di hari pertama. Biar enggak terlalu berjubel,” ungkapku. Aku sendiri sebenarnya ingin datang pada
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-11
Baca selengkapnya

PART LXIII

“Jadi dia mantan kamu di SMA?” tanya Hugo memecah keheningan yang tercipta semenjak kami berkendara pulang.Aku mengangguk pelan. Jemariku saling bertaut dibawah ujung blus krem yang aku kenakan. “Udah lama putus.”“Pantas kamu keliatan kaget.”Aku tidak berusaha berkilah. Siapa pun yang melihat wajahku tadi sudah bisa menyimpulkan pertemuan tidak terduga itu cukup mengejutkanku. Aku pura-pura memainkan telunjuk pada kaca mobil yang berembun.“Iya lumayan kaget, lama enggak ketemu juga.” ucapku mencoba bersuara normal.Suara rintik hujan di luar mengaburkan getaran yang tercipta dari ucapanku. Aku tidak menduga, kehadiran Jace masih sangat mempengaruhi emosiku. Jarak yang tercipta selama lebih dari dua tahun ini seakan tidak ada apa-apanya. Dadaku masih berdegup keras, lututku masih terasa lemas.Banyak sekali pertanyaan di kepalaku. Tentang sikapnya yang terlalu tenang pada pertemuan pertama k
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-14
Baca selengkapnya

PART LXIV

Hugo tidak bergeming. Dia malah mematung di depan pagar rumah kosku sambil mengawasi kami dari jauh. Seolah ingin memberiku kesempatan untuk menyelesaikan urusanku terlebih dahulu dengan mantanku ini. “Wow.” Decakan pelan yang keluar dari mulut Jace membuatku kembali menoleh padanya. Dia bergeleng dengan senyuman getir yang terbit di bibir. “Dia, abis ngobatin ...,” “Enggak perlu dijelasin, Kat.” Jace memotong kalimatku dengan nada yang sarat akan kekecewaan. Aku menggeleng cepat. Aku memang tidak punya kewajiban untuk menjelaskan situasi ini padanya. Namun, tuduhan itu terbaca jelas di matanya. Aku tidak mau dicap sebagai wanita murahan yang gampang tidur dengan sembarang pria. “Dia adiknya tante gue. Enggak ada hubungan apapun selain kerabat di antara kami.” Aku berusaha meluruskan. “Dia bukan pacar lo?” tanyanya dengan kedua alis yang terangkat. Aku mengangguk cepat. “'Kan gue udah bilang dia adiknya tante gue.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-16
Baca selengkapnya

PART LXV

Ucapan Aiden kembali terngiang-ngiang di telinga. Tentang Jace yang dengan sengaja tinggal di kosan murah berdampingan dengan tempat tinggalku, di saat dia bisa saja tinggal di apartemen mewah di mana pun dia mau. Untuk apa? Bukankah hubungan kami sudah lama berakhir? Kehadiran Jace ini membuat hatiku kembali goyah. Tatapan kecewanya pada pagi itu menghantuiku selama berhari-hari kemudian. Sekuat apa pun aku mengenyahkan bayangan wajahnya, tetap saja saja percuma. Aku tidak mampu melupakannya barang satu detik pun. Pikiranku masih saja melayang  ketika bahuku ditepuk oleh wanita di belakangku. Aku menoleh dan seketika menyadari aku harus melangkah ke depan saat antrian di kedai kopi mulai bergerak. Aku mengucapkan maaf padanya karena membuat antrian terhenti sejenak. “Ngelamun mulu dari tadi,” tegur Arula yang menghampiriku di barisan. Tadinya, aku menyuruhnya duduk dan menungguku membelikan kopi untuknya. Wajahnya yang masih pucat membuatku tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-20
Baca selengkapnya

PART LXVI

“Sakit?” tanyaku.Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut cowok yang masih mengepalkan tangan kirinya. Sedangkan tangan yang lain berada di atas pahaku dengan banyak sobekan kecil di buku-buku jari.Jemariku sibuk membalut jemarinya dengan gulungan kain kasa yang sebelumnya aku beli di apotek. Aku tidak memedulikan darah kering yang tidak sempat aku bersihkan ikut mengotori celanaku. Selesai dengan luka pada kepalan tangan, mataku beralih pada luka-luka lain di bawah bibir dan rahang dekat telinga.“Bisa mendekat?”Jace menoleh mendengar permintaanku. Dia tidak mendekat seperti yang aku pinta, malah betadine yang berada di tanganku kemudian diambilnya.“Gue sendiri aja,” ujarnya. Lalu mulai menuangkan betadine pada bagian yang dirasa nyeri sambil berkaca pada spion tengah.Aku membiarkan dia melakukannya sendiri. Tidak mau berdebat atau membuat keadaan kembali memanas karena perkara kecil. Dadanya yang ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-22
Baca selengkapnya

PART LXVII

Aku terbangun oleh suara alarm yang sebelumnya aku atur pada pukul sebelas siang. Dengan gerakan cepat dan terburu-buru, aku bersiap diri untuk segera pergi ke kampus. Siang ini, ada jadwal kelasnya profesor terkejam seantero fakultas yang akan segera mengetahui jika ada mahasiswanya yang coba-coba titip absen. Aku melewati kamar Arula yang tertutup rapat. Suara orang yang sedang bercakap-cakap di dalam membuatku membatalkan niat untuk mengetuk pintu untuk meminjam motornya. Seperti yang biasa aku lakukan selama sebulan ini. Terpaksa hari ini aku harus mengendari kendaraan umum ke kampus. Namun, niat itu urung terlaksana ketika melihat sedan eropa hitam yang semalam di kendarai oleh Jace sudah terparkir di depan gerbang kosan. “Apa ini?” tanyaku ketika melihat Jace yang sudah rapi sedang bersender pada kap mobilnya. “Bareng gue?” tawarnya. Aku tersenyum kecil ketika berjalan mendekat. “Lo sengaja balik lagi ke sini buat jemput gue?” “Dari pada lo naik angkot,” ujarnya sambil memb
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-26
Baca selengkapnya

PART LXVIII

“Katy, ada yang nyariin di luar.” Seseorang berseru dari arah pintu keluar kelas. Dia teman satu labku, tetapi kami beda angkatan. Kalau tidak salah namanya Rianti. “Siapa?” tanyaku padanya. Rianti menoleh ke balik daun pintu yang menghalangiku dari sosok yang dia bicarakan sedang mencariku tadi. “Masuk aja.” Aku sempat menduga yang mencariku itu Aiden. Namun, ternyata salah. Wajah Alex yang aku temukan di sana. Berjalan mendekat ke tempatku duduk di ujung kanan barisan. “Kat, ada waktu?” tanyanya begitu selesai menarik kursi dan duduk di sana. Aku mengerjap sesaat. Seketika aku teringat pada kejadian malam itu di klub. Tentang perkelahiannya dengan Jace dan tentang pekerjaannya yang masih aku anggap tabu untuk dibahas. Kemudian aku sadar, bahwa aku telah mengetahui sesuatu yang mungkin menjadi rahasia baginya. Apa dia ingin memintaku untuk tutup mulut? “Ada apa?” Aku melihat penunjuk waktu yang melingkari pergelangan tangan. Bersikap seolah aku sedang tidak punya banyak waktu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-29
Baca selengkapnya

PART LXIX

“Lo di mana, Kat?”Nada khawatir sangat kentara terdengar dari suaranya. Aku mengembuskan napas lewat mulut sambil berkali-kali melirik cowok yang sedang duduk dengan lunglai sampingku. Lalu kembali bicara pada orang di ujung telepon.“Di rumah temen, Jace.”“Siapa temen lo? Kenapa sampe tengah malam belum pulang?” cowok yang baru saja memintaku untuk kembali memperjuangkan hubungan kami itu bertanya dengan nada menuntut. Membuatku kebingungan untuk menjawab.Aku baru saja berbaikan dengan Jace. Malam kemarin kami habis makan malam dengan sangat romantis dan menyenangkan. Saling mengucapkan janji bahwa kami tidak akan gampang menyerah. Ironisnya sekarang aku malah harus satu ruangan dengan cowok lain yang sedang berduka.Dari tadi sore, aku menuggu orang lain selain suster Anne yang untuk menemui kami di ruang tunggu kamar jenazah. Tidak ada satu pun yang datang ke rumah sakit ini. Baik itu kerabat Alex, mau pun temannya. Sedangkan suster Anne sendiri tidak bisa berlama-lama di sini k
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-23
Baca selengkapnya

PART LXX

“I love you, Kat.” Tunggu, apa itu? Badanku menegang. Terkejut dan sedikit ragu dengan apa yang baru saja aku dengar. Apa Jace baru saja mengucapkannya? Tiga kata yang selalu aku tunggu itu benar-benar keluar dari mulutnya? Aku menegakan punggung dan melepas penyatuan bibir kami. Berbalik dengan cepat dan menatap netranya yang sendu. “Apa Jace?” Jace tidak menjawab. Dia masih memandangku seolah aku adalah barang berharga yang baru saja dia dapatkan setelah sekian lama mencari. Mata itu jelas menyorotkan kekagumannya padaku. “I love you,” ulangnya dengan suara yang dalam. Jauh lebih seksi dari suara mana pun yang pernah di dengar telingaku “You said that?” Jace mengangguk. Jarinya menyentuh daguku dan mengusap pelan di sana. Matanya yang terbiasa menyorotkan ambisi sekarang berubah teduh. Sendu dan mendamba. Sekali lagi, dia menyatukan kembali dua bibir yang terlalu lama merindu. Keharuan memenuhi dadaku. Aku seperti sedang disiram air pegunungan yang segar setelah sekian lama t
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status