Semua Bab Ternyata Aku Madunya: Bab 21 - Bab 30

63 Bab

Staycation

 Usai sarapan, Fina dan rombongan berangkat jalan-jalan. Di dalam mobil sudah banyak camilan untuk menemani perjalanan. Itu semua sudah disipakan Rama sebelum ia pulang. Di dalam mobil, Ali yang duduk di bangku depan dipanguan Fina, menceritakan banyak hal kepada sang Ayahnya.Sambil konsentrasi dengan kemudianya, Rama juga mendengarkan celotehana jagoannya. Ia merasa sangat ketinggalan dengan perkembangan sang buah hati. Jagoannya itu kini sudah tumbuh besar dan cerdas. Belum lagi, sebentar lagi ia juga akan di daftarkan ke taman kanak-kanak.“Ayah, temen-temen Ali tuh udah banyak yang punya adik, Ali kapan punya adik, Yah?” pertanyaan polos Ali membuat Rama dan Fina saling berpandangan. Begitupun dengan Safa dan Laras di bangku belakang.“Kata ate Safa, kalau Ali pengen punya adik, Ayah harus sering pulang. Supaya Ali cepat punya adik, itu benar, Yah,” pertanyaan kedua Ali langsung membuat Fina dan Rama menoleh ke belakan
Baca selengkapnya

We Miss You

  Tahun ini menjadi tahun ke 6 pernikahan Rama dan Fina. Fina sangat bersyukur bisa menjaga keluarganya sejauh ini. Pernah ia mendengar ujian pernikahan itu akan ada di lima tahun pertama. Dengan penuh syukur, Fina bisa melalui lima tahun itu dengan semua cerita di dalamnya. Tahun ini Ali sudah mulai masuk taman kanak-kanak. Fina dan Rama memutuskan agar Ali sekolah di sekolah swasta tak jauh dari rumahnya. Keputusan itu ia ambil karena ia ataupun Rama tidak bisa menemani Ali bersekolah. Lagi-lagi Ibu Hana yang menjadi garda terdepan yang menemani Ali bersekolah. Dua hari lagi, Laras akan menikah. Semua keluarga besar sudah sibuk membantu persiapan. Fina yang tak bisa mengambil cuti lama, ia hanya bisa mengikuti acara waktu hari h. Lagi pula ia juga merasa malas jika harus berkumpul dengan tetangga lainnya. Pasti ada banyak hal yang mereka kepo dari kehidupannya. Apalagi seminggu sebelumnya ia sudah memberi tahukan mengenai hal itu kepada Rama.
Baca selengkapnya

Mual-Mual

 Setelah kepulangan Rama dua bulan lalu yang cukup lama berada di rumah. Pagi ini Fina merasakan ada yang berbeda dengan dirinya. Ia merasa lebih sensitif, apalagi kalau suaminya tak cepat membalas pesannya. Sebenarnya ia tidak begitu heran dengan satu sifatnya ini, biasanya sifat ini muncul saat menjelang haid.“Ali, kalau Mama bilang nggak boleh, nggak ya!!”Sepagi ini Ali sudah membuatnya sedikit menarik urat-uratnya. Dua hari lalu, Ali bilang giginya sakit, dan benar saja setelah diperiksa ke doktor gigi, ada lubang digigi susunya. Karna hal itu, Fina melarang Ali memakan makanan yang manis. Terutama permen, karena kali ini Ali ketahuan makan permen di belakang Fina.“Ini permen dapat dari mana? Kalau ditanya Mama, jawab ya, yang jujur nggak boleh bohong,” ucap Fina dengan nada suara ynag terdengar tinggi. Ali tidak menjawab, justru ia merajuk dan ingin menangis.“Mama nggak suka kalau Ali nggak dengerin Ma
Baca selengkapnya

Second Pregnant

 “Serius hamil?”  Balasan pesan dari Rama membuat Fina sedikit bingung. Mengapa seolah ia bingung dengan kehamilannya. Fina mengirimkan foto testpecknya kepada Rama. Setelah Fina melihat dua centang biru pada gambar yang ia kirimkan. Seketika panggilan video masuk dari Rama.Terlihat raut wajah Rama bahagia. Kebahagian itu tak hanya ia yang merasakan, tapi juga suaminya. Rama sedikit bercanda dengan mengoda Fina. Ternyata tinggal beberapa hari dengan Fina dua bulan lalu membuahkan hasil yang sempurna.“Jaga kesehatan kamu ya,” ucap Rama kemudian menutup panggilannya.Fina tersenyum bahagia. Karena masih berselancar di dunia chatting. Ia terlebih dahulu menghubungi dokter kandungannya untuk membuat janji. Setelahnya ia melanjutkan aktivitasnya untuk bersih diri. *** Setelah pemeriksaan Fina ke dokter kandungan. Berdasarkan pemeriksaan ia sedang mengandun
Baca selengkapnya

Photoshoot

 Diusia kehamilan yang sudah memasuki minggu ke 32. Fina ingin mengabadikan momen kehamilan keduanya ini dengan melakukan foto maternity. Ia sudah menghubungi salah satu studio foto untuk membuat janji.Fina juga sudah menyiapkan dres berwarna hitam yang sekarang ia kenakan. Dengan make up tipis karyanya ia tampil cantik dengan rambut tergerai. Ditemani oleh Safa ia datang ke studio foto. Iya, Safa, bukan Rama. Fina sudah kesal meminta suaminya untuk meluangkan waktu bersamanya.Hampir tiap kali telefon dengan Rama ia selalu ribut. Jika nanti waktu persalinan Rama tak menemaninya, lengkap sudah perjalanan kehamilan ke dua Fina tidak didampingi oleh sang suami. Sengaja Fina tak mengajak Ali untuk ikut foto. Aneh rasanya kalau ia foto bersama Ali juga tapi tidak dengan suaminya.“Suaminya nggak ikut, Kak?” tanya fotografer.“Belum nemuin waktu yang pas, jadi aku berangkat sendiri dulu aja, ntar kalau ditunda-tunda keburu dia
Baca selengkapnya

Kabar Burung

 Suara tangis bayi kini menguasai ruang inap Fina. Beberapa jam yang lalu, ditemani Rama dan Ibu Hana, kembali ia berjuang untuk kehadiran anak keduanya. Alhamdulillah, suaminya bisa menemani proses bersalin. Meskipun ia datang disaat Fina sudah pembukaan penuh. Disaat kontraksi awal, ia hanya ditemani ibu dan Safa.Ali masuk ke dalam ruangan bersama Safa. Ia sangat senang melihat adiknya sudah terlahir dengan selamat. “Tuh, adiknya ganteng kayak Mas Ali,” ucap Ibu Hana.“Udah disiapin namanya belum?” tanya Pak Yadi.“Udah pak, namanya Muhammad Al Fatih Ardana,” jawab Rama.Fina tersenyum mendengar nama yang diberikan oleh sang suami. Kemaren ia berdiskusi dengan suaminya, galau dua pilihan nama yang akan menjadi naman panggilan buat anak keduanya. Akhirnya Rama memutuskan Al Fatih, nama yang juga menjadi pilihan pertama Fina.“Panggilnya apa? Alfa atau Fatih?” tanya Safa.&ldquo
Baca selengkapnya

Kabar Perselingkuhan

 Pikiran Fina seketika kacau, bahkan bibirnya kelu. Ia bingung harus menanyakan informasi apa lagi terkait itu. Belum lagi ia sudah telat pulang. Ia kepikiran dengan anaknya di rumah.“Emm, Sin. Pikiran aku lagi kacau banget nih, boleh nanti aku kirimin foto itu ke aku. Kita lanjut obralan ini via chat atau besok lagi. Aku kepikiran sama anak aku di rumah, aku pulang dulu ya, maaf banget. Makasih juga udah kasih tau soal ini,” ucap Fina.Sebelum pergi, terlebih dahulu Sindi memberikan pelukan. Sebenarnya Sindi ada cerita yang ingin ia sampaikan ke Fina saat itu juga. Tapi melihat Fina yang tak tenang seperti itu, memang baiknya ia menunda perbincangan itu.“Hati-hati ya, aku minta maaf kalau buat kamu jadi kepikiran,” ucap Sindi melepas pelukannya.“Its okey, kita lanjut nanti, aku pingin tau semua yang kamu tau,” balas Fina.Fina pulang mengendarai motor maticnya. Selama dalam perjalanan pulang, s
Baca selengkapnya

Mencari Bukti

 Setelah kegelisahan selama sepekan ia rasakan sendiri. Hari ini, Fina meminta Sindi untuk menemaninya bertemu dengan Rini, sepupu Sindi. Fina sengaja berangkat pagi agar ia tak meninggalkan anaknya terlalu lama di rumah. Apalagi weekend adalah waktunya bersama anak-anak.Sepekan ini, Fina juga berusaha bersikap biasa kepada suaminya. Laki-laki yang sangat ia hormati sepanjang pernikahannya. Ia selalu berharap apa yang sepekan pikiran buruk mengenai suaminya tidak benar adanya.“Ada acara apa ke Lamongan?” tanya Ibu Hana saat Fina sibuk memompa asinya untuk stok kebutuhan Alfa hari ini.“Ada interview penting yang harus Fina lakukan. Ini nggak terikat sama waktu, jadi kalau interviewnya selesai, Fina bisa cepet pulang. Fina nggak enak kalau harus ninggalin Alfa lebih dari jam kerja biasanya,” jawab Fina.“Kesana ada teman kantor kamu juga kan?” Fina menganggukkan kepalanya. Dalam hati tak ingin sekalipun ia
Baca selengkapnya

Bersama Istri Pertama

 “Aku kenal Mas Rama, saat aku baru masuk kuliah. Dari segi usia kita memang terpaut cukup jauh. Tapi Mas Rama selalu nyambung dengan obrolannya sama aku. Setelah mendengar kabar dari temen aku yang merupakan sepupu Mbak Rini, mengenai Mbak yang katanya istri Mas Rama dari puluhan tau lalu. Aku mulai tersadar dengan beberapa hal yang menganjal selama delapan tahun pernikahan,” ucap Fina. Ana fokus membaca berkas yang diberikan Fina kepadanya.Pertama, Rama datang melamarnya tanpa kehadiran sang ibu mertua. Pernikahan pun digelar secara terburu-buru. Selama pernikahan, Rama hanya sekali berkunjung ke rumah mertuanya. Disana pun ia menemukan beberapa baju perempuan di lemari kamar Rama.“Disana aku menyimpan baju-baju aku. Hubungan aku sama Mama memang juga tidak baik, tapi setiap tahun ataupun ada acara keluarga, aku pasti tinggal disana, sekalipun Mas Rama sibuk dengan pekerjaanya,” ucap Ana.Ana mulai mendengarkan apa yang d
Baca selengkapnya

Terbongkar Semua

 Rama langsung mengejar Ana yang masuk ke dalam kamarnya. Ia merangkul istrinya dan tak henti meminta maaf. Ia mengaku salah karena tak meminta izin padanya kemudian menikahi Fina. Ia sangat mencintai Ana, dari awal bertemu hingga sekarang. Bertahun-tahun mengarungi bahtera rumah tangga bersamanya.Tak ada balasan ataupun perlawanan yang Ana berikan pada Rama. Pelukan itu selalu ia rindukan tatkala ia jauh dari suaminya. Disisi lain, pelukan itu juga suaminya berikan kepada perempuan lain. Ana perempuan biasa, ia juga kecewa dan hancur dengan apa yang dilakukan suaminya. Sama kecewa dan hancur seperti apa yang dirasakan oleh Fina.“Selesaikan urusanmu dengan Fina. Baru kamu selesaikan urusanmu dengan aku,” tegas Ana kemudian melepas pelukan Rama dan pergi ke kamar mandi.Rama benar-benar tak menyangka, semua akan berakhir juga. Bangkai yang ia sembunyikan bertahun tahun akhirnya tercium juga. Kebohongan kecil yang ia lakukan di awal, ber
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status