“Serius hamil?”
Balasan pesan dari Rama membuat Fina sedikit bingung. Mengapa seolah ia bingung dengan kehamilannya. Fina mengirimkan foto testpecknya kepada Rama. Setelah Fina melihat dua centang biru pada gambar yang ia kirimkan. Seketika panggilan video masuk dari Rama.
Terlihat raut wajah Rama bahagia. Kebahagian itu tak hanya ia yang merasakan, tapi juga suaminya. Rama sedikit bercanda dengan mengoda Fina. Ternyata tinggal beberapa hari dengan Fina dua bulan lalu membuahkan hasil yang sempurna.
“Jaga kesehatan kamu ya,” ucap Rama kemudian menutup panggilannya.
Fina tersenyum bahagia. Karena masih berselancar di dunia chatting. Ia terlebih dahulu menghubungi dokter kandungannya untuk membuat janji. Setelahnya ia melanjutkan aktivitasnya untuk bersih diri.
***
Setelah pemeriksaan Fina ke dokter kandungan. Berdasarkan pemeriksaan ia sedang mengandun
Diusia kehamilan yang sudah memasuki minggu ke 32. Fina ingin mengabadikan momen kehamilan keduanya ini dengan melakukan foto maternity. Ia sudah menghubungi salah satu studio foto untuk membuat janji.Fina juga sudah menyiapkan dres berwarna hitam yang sekarang ia kenakan. Dengan make up tipis karyanya ia tampil cantik dengan rambut tergerai. Ditemani oleh Safa ia datang ke studio foto. Iya, Safa, bukan Rama. Fina sudah kesal meminta suaminya untuk meluangkan waktu bersamanya.Hampir tiap kali telefon dengan Rama ia selalu ribut. Jika nanti waktu persalinan Rama tak menemaninya, lengkap sudah perjalanan kehamilan ke dua Fina tidak didampingi oleh sang suami. Sengaja Fina tak mengajak Ali untuk ikut foto. Aneh rasanya kalau ia foto bersama Ali juga tapi tidak dengan suaminya.“Suaminya nggak ikut, Kak?” tanya fotografer.“Belum nemuin waktu yang pas, jadi aku berangkat sendiri dulu aja, ntar kalau ditunda-tunda keburu dia
Suara tangis bayi kini menguasai ruang inap Fina. Beberapa jam yang lalu, ditemani Rama dan Ibu Hana, kembali ia berjuang untuk kehadiran anak keduanya. Alhamdulillah, suaminya bisa menemani proses bersalin. Meskipun ia datang disaat Fina sudah pembukaan penuh. Disaat kontraksi awal, ia hanya ditemani ibu dan Safa.Ali masuk ke dalam ruangan bersama Safa. Ia sangat senang melihat adiknya sudah terlahir dengan selamat. “Tuh, adiknya ganteng kayak Mas Ali,” ucap Ibu Hana.“Udah disiapin namanya belum?” tanya Pak Yadi.“Udah pak, namanya Muhammad Al Fatih Ardana,” jawab Rama.Fina tersenyum mendengar nama yang diberikan oleh sang suami. Kemaren ia berdiskusi dengan suaminya, galau dua pilihan nama yang akan menjadi naman panggilan buat anak keduanya. Akhirnya Rama memutuskan Al Fatih, nama yang juga menjadi pilihan pertama Fina.“Panggilnya apa? Alfa atau Fatih?” tanya Safa.&ldquo
Pikiran Fina seketika kacau, bahkan bibirnya kelu. Ia bingung harus menanyakan informasi apa lagi terkait itu. Belum lagi ia sudah telat pulang. Ia kepikiran dengan anaknya di rumah.“Emm, Sin. Pikiran aku lagi kacau banget nih, boleh nanti aku kirimin foto itu ke aku. Kita lanjut obralan ini via chat atau besok lagi. Aku kepikiran sama anak aku di rumah, aku pulang dulu ya, maaf banget. Makasih juga udah kasih tau soal ini,” ucap Fina.Sebelum pergi, terlebih dahulu Sindi memberikan pelukan. Sebenarnya Sindi ada cerita yang ingin ia sampaikan ke Fina saat itu juga. Tapi melihat Fina yang tak tenang seperti itu, memang baiknya ia menunda perbincangan itu.“Hati-hati ya, aku minta maaf kalau buat kamu jadi kepikiran,” ucap Sindi melepas pelukannya.“Its okey, kita lanjut nanti, aku pingin tau semua yang kamu tau,” balas Fina.Fina pulang mengendarai motor maticnya. Selama dalam perjalanan pulang, s
Setelah kegelisahan selama sepekan ia rasakan sendiri. Hari ini, Fina meminta Sindi untuk menemaninya bertemu dengan Rini, sepupu Sindi. Fina sengaja berangkat pagi agar ia tak meninggalkan anaknya terlalu lama di rumah. Apalagi weekend adalah waktunya bersama anak-anak.Sepekan ini, Fina juga berusaha bersikap biasa kepada suaminya. Laki-laki yang sangat ia hormati sepanjang pernikahannya. Ia selalu berharap apa yang sepekan pikiran buruk mengenai suaminya tidak benar adanya.“Ada acara apa ke Lamongan?” tanya Ibu Hana saat Fina sibuk memompa asinya untuk stok kebutuhan Alfa hari ini.“Ada interview penting yang harus Fina lakukan. Ini nggak terikat sama waktu, jadi kalau interviewnya selesai, Fina bisa cepet pulang. Fina nggak enak kalau harus ninggalin Alfa lebih dari jam kerja biasanya,” jawab Fina.“Kesana ada teman kantor kamu juga kan?” Fina menganggukkan kepalanya. Dalam hati tak ingin sekalipun ia
“Aku kenal Mas Rama, saat aku baru masuk kuliah. Dari segi usia kita memang terpaut cukup jauh. Tapi Mas Rama selalu nyambung dengan obrolannya sama aku. Setelah mendengar kabar dari temen aku yang merupakan sepupu Mbak Rini, mengenai Mbak yang katanya istri Mas Rama dari puluhan tau lalu. Aku mulai tersadar dengan beberapa hal yang menganjal selama delapan tahun pernikahan,” ucap Fina. Ana fokus membaca berkas yang diberikan Fina kepadanya.Pertama, Rama datang melamarnya tanpa kehadiran sang ibu mertua. Pernikahan pun digelar secara terburu-buru. Selama pernikahan, Rama hanya sekali berkunjung ke rumah mertuanya. Disana pun ia menemukan beberapa baju perempuan di lemari kamar Rama.“Disana aku menyimpan baju-baju aku. Hubungan aku sama Mama memang juga tidak baik, tapi setiap tahun ataupun ada acara keluarga, aku pasti tinggal disana, sekalipun Mas Rama sibuk dengan pekerjaanya,” ucap Ana.Ana mulai mendengarkan apa yang d
Rama langsung mengejar Ana yang masuk ke dalam kamarnya. Ia merangkul istrinya dan tak henti meminta maaf. Ia mengaku salah karena tak meminta izin padanya kemudian menikahi Fina. Ia sangat mencintai Ana, dari awal bertemu hingga sekarang. Bertahun-tahun mengarungi bahtera rumah tangga bersamanya.Tak ada balasan ataupun perlawanan yang Ana berikan pada Rama. Pelukan itu selalu ia rindukan tatkala ia jauh dari suaminya. Disisi lain, pelukan itu juga suaminya berikan kepada perempuan lain. Ana perempuan biasa, ia juga kecewa dan hancur dengan apa yang dilakukan suaminya. Sama kecewa dan hancur seperti apa yang dirasakan oleh Fina.“Selesaikan urusanmu dengan Fina. Baru kamu selesaikan urusanmu dengan aku,” tegas Ana kemudian melepas pelukan Rama dan pergi ke kamar mandi.Rama benar-benar tak menyangka, semua akan berakhir juga. Bangkai yang ia sembunyikan bertahun tahun akhirnya tercium juga. Kebohongan kecil yang ia lakukan di awal, ber
Tidak ada tanda Rama akan datang kerumahnya. Fina memberanikan diri untuk menghubungi mertuanya dan berniat untuk bertemu. Begitupun Fina mengirim pesan untuk menemui dirinya di rumah orangtuanya. Rama tak memperlihatkan itikad baik kepada keluarganya. Bahkan setelah kejadian itu, Rama tak pernah sekalipun menghubunginya.Siang ini, mobil Fina dan keluarga sudah sampai di kediaman orangtua Rama. Disana Fina bisa melihat mobil suaminya. semua berkumpul di ruang tamu. Ingin sekali Fina memaki Ayah mertuanya, tapi emosi itu berusaha ia tahan.“Saya rasa, Bapak dan keluarga tau kehidupan Rama lebih baik daripada saya. Saya rasa, anda dan keluarga tentunya tau posisi Fina akan berstatus apa setelah menikah dengan Rama. Saya memang bukan dari keluarga kaya raya, tapi untuk urusan harga diri keluarga saya, itu akan tetap saya pertahankan.” Yadi mengatakan hal itu dengan suara berat. Tak sekalipun ia memandang lelaki yang sudah membohongi keluarganya.
Fina barusaja menerima surat cerai yang dikirimkan ke rumahnya. Pada akhirnya kisah cintanya berakhir sampai di lembar pernyataan cerai. Sebuah kisah yang tak pernah ada di dalam benaknya. Selembar kertas itu mengharusaka ia tetap kuat menjalani hidup kedepannya.Pengajuan hak asuh anak jatuh ke tangannya. Seperti apa yang sudah ia katakan, ia akan membersarkan anaknya sendiri. Ia akan menjadi ibu sekaligus Ayah untuk kedua anaknya. Kenyataan pahit itu membuatnya belajar banyak hal dalam memaknai hidup. Semua yang ada pada dirinya hanyalah titipan. Kapanpun sang pemilik harus memintanya kembali, hanya mengikhlaskan yang bisa Fina lakukan.Hubungannya dengan Rama, masih berjalan sebagaimana mestinya orangtua ada untuk anak-anaknya. Statusnya kini bukan suami istri lagi. Rama adalah mantan suaminya, begitupun sebaliknya dnegan Fina yang sebatas mantan istri.Tapi tak ada istilah manta Ayah dan Ibu juga mantan anak. Posisinya dan Rama masih sama menjadi orangtua un
Setelah beberapa waktu berlalu, hari ini Denias mendapat pesan masuk dari Rama yang tidak lain adalah ayah kandung dari anak-anak sambungnya. Denias tau betul konflik yang masih berkelanjutan antara istrinya dan mantan suami. Denias tidak bisa langsung menyalahkan sikap Fina, karena bagaimana pun tidak mudah berada di posisi istrinya tersebut. Begitupun dengan Rama, sikap Fina kepadanya adalah konsekuensi dari perbuatannya dimasa lalu."Sorry Den, aku Rama, ayah dari Ali dan Alfa. Kalau nggak keberatan apa bisa kita bertemu?" pesan Rama pada Denias melalui aplikasi chat.Sebenarnya Denias sudah menerima pesan tersebut dari tadi, hanya saja ia baru memiliki jawaban untuk pesan tersebut. Ia berusaha untuk tenang menyikapi pesan tersebut. Denias juga tidak buru-buru menceritakan hal tersebut kepada Fina."Iya Ram, boleh, kapan?" balas Denias langsung.Tidak butuh waktu lama, pesan tersebut langsung dibalas oleh Rama."Malam ini kalau bisa, kebetulan sekarang masih ada di Malang," balas R
Sebenarnya Fina sudah sangat lelah dengan masa lalunya itu. Setelah ia membangun rumah tangga baru, ia kira hidupnya akan lepas dari bayang-bayang masa lalu, namun nyatanya tidak. Rama masih saja mengusik hidupnya. Andai saja perpisahan dirinya dengan Rama tidak meninggalkan luka, mungkin Fina sudah berdamai dengan Rama. Ia bisa mengesampingkan egonya demi anak-anak. Tapi nyatanya tidak, perpisahannya dengan Rama hanya menyisakan luka, air mata dan trauma bagi Fina.Bagaimana tidak, sepanjang pernikahan pertamanya, ia tidak diterima di keluarga Rama. Jangankan diterima, restu saja tidak ia peroleh, bahkan di hari pernikahannya, sang ibu mertuanya tidak hadir. Saat pertama kali datang ke rumah mertuanya tersebut, ia seolah tidak dianggap, tidak diterima dengan baik. Bahkan selama menikah dengan Rama, status dirinya bukanlah istri pertama, melainkan istri kedua tanpa sepengetahuannya.Masa lalu seperti itu yang bisa Fina terima? tentu tidak. Fina sudah cukup menderita selama pernikahan
"Fin, ikut gabung makan siang sama kita yuk, kita mau makan di kafe belakang kantor," ajak Dita, teman kantor Fina."Sorry, lain kali aja deh kayaknya, aku masih ada kerjaan urgent nih, kebetulan aku juga bawa bekal, kalian duluan aja," balas Fina menolak ajakan Dita."Projeknya sama Pak Aris ya?" tanya Dita memastikan.Fina hanya menganggukan kepalanya sembari tersenyum. Ekspresi senyum Fina membuat Dita seolah paham, perempuan itu sedang butuh disemangatin. Dita sudah pernah turut mengerjakan projek dari Pak Aris yang orangnya super duper teliti, banyak mau dan perfeksionis."Semangat sayang, jangan lupa makan siang ya," ucap Dita memberikan semangat kepada Fina."Sekarang mau kemana? keluar?" lanjut tanya Dita."Iya nih, barusan Pak Aris ngabarin Reno ngajak ketemuan untuk bahas progressnya, dan Reno lagi ada meeting sama klient lain, jadi karna aku yang lagi free, jadi aku yang berangkat," jelas Fina."Udah dulu ya, liat nih, udah di telfon mulu sama Pak Aris, aku berangkat dulu,"
Fina merasa hidupnya kembali sempurna, hari-harinya selalu diselimuti perasaan bahagia. Anak-anaknya tumbuh dengan baik. Sekolah mereka juga berjalan dengan lancar. Perkerjaan Fina dan Denias juga alhamdulillah berjalan dengan baik. Semua terasa indah dan sempurna. Jika mengingat beberapa waktu lalu, rasanya kebahagiaan ini seolah tak akan menghampiri dirinya. Tapi Allah selalu memiliki rencana yang lain. Rencana yang selalu indah, di luar perkiraan yang selalu ia takutkan.Belajar dari pengalaman hidupnya selama ini, Fina selalu ingat bahwa kebahagiaan akan selamanya ada, dan kesedihan juga tidak akan selamanya menghampiri. Hidup yang telah ditentukan oleh sang pencipta selalu seimbang. Saat kebahagian datang menghampiri, pasti akan selalu ada kesedihan yang bergantian akan menghampiri. Untuk itu, Fina tidak ingin terlalu terlena dengan kebahagiaan yang kini ia rasakan. Karna mungkin saja, sebentar lagi kesedihan akan menghampirinya.Pagi ini, seperti biasa, sebelum berangkat kerja,
Menikah dengan Denias merupakan suatu hal yang sangat Fina syukuri dalam hidupnya. Hari-harinya kini selalu dihiasi dengan perasaan senang dan bahagia. Namun kini Fina tengah bingung untuk mengambil keputusan dimana ia dan suami akan tinggal. Selama hampir sebulan ini, ia dan suami masih hrus bolak balik dari rumah Fina ke rumah Denias. Anak pertama Fina masih harus menyelesaikan sekolahnya di dekat rumah Fina. Kemudian anak keduanya juga sangat dekat dengan sang nenek, setiap kali jauh dari neneknya, Alfa selalu bingung mencari sang nenek. Itu sebabnya Fina masih belum bisa tinggal menetap di rumah Denias.Begitupun sebaliknya dengan Denias. Jika ia sering tinggal di rumah Fina, ia tidak tega jika harus selalu menitipkan anak-anaknya kepada sang ibu. Terutama Adit yang masih SD, ia juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang penuh darinya. Tidak jarang, mereka harus pulang ke rumah masing-masing. Mereka seperti itu mungkin untuk beberapa bulan ke depan, mengingat Ali sebentar lagi lu
Fina segera meninggalkan Denias yang masih setia menatap langit malam. Ia masuk ke dalam kamar hotel. Tidak lupa menekan tombol yang secara otomatis menutup tirai jendela besar yang memisahkan kamar hotel dengan balkon. Denias yang dengan cepat menangkap sinyal yang diberikan oleh istrinya segera masuk ke dalam kamar hotel. Ia tidak mendapati Fina di dalam sana.Denias memilih menunggu Fina dengan duduk dipinggir ranjang sambil menikmati secangkir minuman yang ia bawa dari balkon. Tidak butuh waktu lama, ia melihat Fina berjalan menuju arahnya menggunakan ligerai seksi yang telah ia pilihkan sebelumnya."Sempurna," gumam Denias saat menatap Fina berjalan ke arahnya.Jalan Fina yang melikuk, membuat Denias ingin sekali segera menerkam dan memangsa habis-habisan istrinya itu. "You look so beautyfull, honey," ucap Denias sambil meletakkan dagunya di atas bahu Fina.Seperti biasa, aroma parfum apel milik Fina membuat Denias semakin tergoda. Ia menghirup aroma tersebut, menyusuri setiap in
Fina keluar dari ruang ganti menggunakan bikini beksi berwarna hitam dengan tali berwarna coklat muda. Potongan kain tipis itu hanya bisa menutup bagian puting dan bagian vaginanya saja. Sungguh minim, terlihat jelas lekuk tubuhnya yang masih terlihat seksi. Apalagi bikini yang ia kenakan merupakan pilihan sang suami yang sangat menyukai dirinya menggunakan warna hitam. Mengingat sedari tadi pakaian yang Denias berlikan selalu berwarna hitam. Dari kejauhan Denias melihat Fina berjalan ke arahnya membuatnya penuh gairah. Ia segera melepas pakaiannya. Meninggalkan bokser mini yang menutup kemaluannya. Ia segera memeluk Fina saat perempuan itu berdiri tepat dihadapanya. Terlihat lebih seksi dari pada sebelum-sebelumnya. Karena ini bukan kali pertama melihat tubuh seksi Fina. Tapi kali ini istrinya sunggu sangat berbeda. Apalagi dengan rambut yang dikuncir asal membuat istrinya terlihat seksi dengan leher jenjang. Membuat ia ingin sekali mengendus disana. "Kamu terlihat
Bahagia, satu kata itu yang kini menggambarkan perasaan Fina. Setelah musibah yang menimpanya beberapa waktu lalu. Ia mengira bahwa tidak akan pernah kembali merasakan kebahagiaan bersama pasangan. Tapi Tuhan masih sangat baik kepadanya. Tuhan mengirimkan sosok lelaki yang kini resmi menjadi suaminya. Laki-laki yang berhasil menjadi penawar disetiap luka yang pernah ia rasakan. Denias, ia yang kini membuat hari-harinya penuh semangat dan diselimuti rasa bahagia.Mungkin karena memang usia pernikahannya dengan Denias masih dalam hitungan hari. Sehingga rasa bahagia, berbunga-bunga yang kini ia rasakan. Bagaimanapun sebelumnya ia sudah pernah merasakan asam garamnya pernikahan sebelumnya. Disetiap pernikahan pasti akan selalu ada suka maupun dukanya. Wajar jika sekarang suka yang mereka rasakan. Karena keduanya kini sudah dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Fina dan Denias memang berdoa dan berharap rumah tangganya selalu tentram dan damai, tapi balik lagi, roda kehidupan terus b
Setelah acara pernikahan yang mereka gelar secara sederhana di kediaman Fina. Hari ini sebelum seluruh anggota keluarga kembali pulang ke rumah masing-masing. Mbak Tari mengajak semuanya untuk liburan bersama. Beberapa ada yang memberikan usulan untuk pergi ke pantai, beberapa ada yang minta pergi ke wahana air saja yang lebih dekat. Keputusan terakhir yang mereka pilih untuk ke wahana air saja yang lebih dekat sehingga tidak buang waktu di jalan.Sejak hari kedua pernikahan, Fina memang tinggal di rumah Denias, mengingat keluarga besar masih berkumpul disana, Fina tidak ingin kehilangan momen berkenalan dengan keluarga barunya tersebut. Ia kini harus mulai membiasakan anak-anaknya untuk tinggal ikut bersamanya, terutama Alfa. Anak keduanya itu masih belum terbiasa jauh dengan sang nenek. Karena setiap hari waktunya lebih banyak dihabiskan bersama sang nenek dibandingkan dirinya."Nenek, Mama" rengek Alfa."Iya, besok kita ke rumah nenek ya, sayang," ucap Fina k