Semua Bab Terpaksa Menikahi Tuan Muda : Bab 1 - Bab 6

6 Bab

1. Dia yang terpilih

"Kenapa harus aku? Kenapa bukan kakak kedua atau kakak pertama saja?Adara Aurelia kurnia, memelotot. Urat halus timbul di wajah putihnya. Dalam raut marah wajahnya terlihat merah padam. "Kakak pertamamu sudah punya pacar dan akan menikah sebentar lagi. Sementara kakak keduamu masih kuliah. Ibu mohon, mengalahlah untuk sekali ini saja," pinta Siti Aminah."Nggak," ucap Adara. Ia menggelengkan kepala perlahan. Matanya memerah, sudut matanya mulai basah, "Adara baru delapan belas tahun. Ijazah SMA aja belum jadi. Lagi pula, Adara gak mau menikah dengan orang yang tidak Adara kenal," bantah gadis muda berambut panjang itu.Siti Aminah menatap anak ketiganya penuh harap, "Jika bukan kamu, k
Baca selengkapnya

2. Kenyataan Pahit

Hartanto, Siti Aminah, Almira dan Siska saling pandang. Mereka terlihat menyembunyikan sesuatu."Sudahlah Adara, jangan menolak lagi. Jangan berdebat dengan orang tua, sebagai anak yang berbakti kamu harus menurut, apa kamu mau berdosa?!" Almira menyibakkan rambut kecokelatannya."Ngaaak! Aku gak mau."Adara berlari keluar dari rumahnya. Sedih dan kesal membuatnya lupa memakai sandal. Ia berlari tanpa alas kaki."Keterlaluan. Kenapa harus selalu aku? Kenapa sikap mereka selalu berbeda jika padaku? Sebenarnya aku ini anak mereka bukan, sih?""Aku akan pergi jauh, sejauh-jauhnya. Agar mereka tak menemukanku."Adara menggerutu seorang diri sambil terus berlari. Sesekali ia mengernyit
Baca selengkapnya

3. Dia Sang Tuan Muda

Hartanto  keluar dari kamarnya, segera menuju ruang tamu. Bola matanya membesar menatap Julio Pratama, "Kamu siapa?""Dia selingkuhan Adara, Yah."Pemikiran Siti Aminah sungguh picik. Ia berpikir jika Adara sengaja mencari pria lain untuk menghindari pernikahannya."Tidak, Bu. Bukan seperti itu." Adara berusaha menjelaskan. Tangannya meraih rambut panjang yang ditarik paksa ibunya, "Lepaskan Bu, sakit."Adara memelas meminta sang ibu melepaskan jambakan rambutnya. Sementara sang ibu seperti kesetanan terus menarik rambut Adara."Tolong hentikan, akan saya jelaskan." Julio Pratama mendekat ke arah Siti Aminah dan Adara.Melihat Adara dan Julio Pratama terlihat dekat Hartanto b
Baca selengkapnya

4. Klub Malam

Mobil rolls Royce Phantom baru saja terparkir. Seorang lelaki memakai setelan hitam dengan wajah pucat turun dari mobil.Tubuhnya yang tinggi dengan cepat sampai ke dalam klub dalam beberapa langkah. Saat membuka pintu, semua tatapan tertuju pada Antony."Selamat datang Tuan Muda," sapa seorang pekerja. Ia tersenyum dengan genit pada Antony.Sudut mata Antony hanya meliriknya. Terus berjalan tanpa menjawab pertanyaan pelayan tadi.Aura ketampanan dan dingin terpancar dari sosok Antony. Dia terlihat kejam dan membunuh hanya dengan menatap lawan bicaranya.Antony terus masuk dan menuju sebuah ruangan bertuliskan VVIP di atasnya. Itulah ruangan yang biasa ia gunakan untuk berkumpul bersama teman-temannya.
Baca selengkapnya

5. Bertemu dengan calon suaminya.

"Berhenti!""Siapa kalian?"Adara berteriak dengan sekuat tenaga ketika menyaksikkan tindak kejahatan di depannya."Gadis kecil, jangan ikut campur urusan orang dewasa pergi sana," sergah lelaki yang menempelkan pisau ke perut lelaki di sampingnya.Satu lelaki lagi segera berlari ke arah Adara. Ia memegang tangan gadis bermata bulat itu.Bola mata Adara berputar. Keningnya mengernyit. Ia sedang serius mencari cara untuk melepaskan diri dari kedua lelaki di hadapannya."Tolooong." Adara berteriak meminta tolong dengan kencang."Diam," desis lelaki dengan tato di lengan kirinya itu. Lel
Baca selengkapnya

6. Tekad Adara

"Diam dan renungkan kesalahanmu." Hartanto mendorong Adara masuk ke kamarnya. Ia menguncinya dari luar."Ayah, kenapa tega sama Adara?" Adara berteriak, ia menggedor pintu kamarnya.Hartanto termenung di depan kamar sang putri ketiga sejenak. Ada rasa tak tega menumbalkan sang anak demi uang. Muncul Siti Aminah, memegang pundak sang suami."Tenanglah, semua akan berjalan lancar sebagaimana mestinya. Tak usah mengkhawatirkan Adara. Ia akan hidup senang setelah ini."Siti Aminah tersenyum ke arah Hartanto. Mereka berjalan ke kemar tidurnya. Jarum pendek jam di dinding sudah menunjuk ke arah angka dua belas. Waktu yang cukup larut untuk keluarga itu. Setelah semua yang terjadi. Adara tak lagi menangis. Hatinya lebih kuat d
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status