Home / Romansa / Tak Seindah Malam Pertama / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Tak Seindah Malam Pertama: Chapter 51 - Chapter 60

68 Chapters

Bab LI Membuka Aib

  Bab 51 Tak Seindah Malam Pertama (Membuka Aib)  
Read more

Bab 52. Kehamilan Dini

Dokter menatap Ibnu dan Dini bergantian. Setelahnya, ia menghembuskan nafas panjang. "Bagaimana kondisi istri saya, Dok?" Ibnu mengulangi pertanyaannya karena tak kunjung mendapat jawaban dari dokter. Dokter justru tersenyum, kemudian berkata, "Alhamdulillah, kondisi bu Dini dan kandungannya sehat, dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan jika semua normal." "Alhamdulillah," Ibnu dan Dini mengucap syukur bersamaan. Mereka saling menoleh, kemudian tersenyum, terlihat sangat lega. "Tapi, Dok, perdarahan yang kemarin saya alami, apa tidak bahaya, Dok?" Rupanya Dini masih belum puas mendengar penjelasan dokter. "Tidak apa-apa, Bu Dini. Flek-flek yang Ibu alami kemarin adalah hal yang wajar untuk seorang ibu hamil. Meskipun tidak semua ibu hamil mengalami flek-flek seperti yang Ibu alami, tetapi tidak apa-apa, tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Dokter berusaha menjelaskan dengan bahasa paling mudah. "Maksudnya normal gimana ya, Dok?" Tanya Dini lagi, masih belum puas. "Flek-flek y
Read more

Bab 53. Tersinggung

Akhirnya Ibnu dan Dini kembali sampai di rumah baru mereka. Ibnu mematikan mesin mobil dan dengan hati-hati sekali memapah Dini untuk turun dari mobil, seolah Dini adalah benda rapuh yang harus dilindungi sedemikian rupa. “Hati-hati, Dek, jalannya pelan-pelan saja!” Pesan Ibnu saat melihat Dini berjalan dengan cepat. “Iya, suamiku yang bawel,” jawab Dini. Ia bahagia Ibnu mengkhawatirkannya. Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi seorang istri selain mendapat ribuan perhatian juga kasih sayang dari suami. “Dibilangin suami kok malah begitu to, Dek?!” Ucap Ibnu. Ia sungguh khawatir dan tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada istri keduanya itu. “Iya, Mas,” jawab Dini pada akhirnya. Ia menghentikan langkah agar sejajar dengan Ibnu, setelah Ibnu berada di sampingnya, ia melingkarkan tangannya di tangan kokoh Ibnu, bergelayut manja di sana. “Aku seneng, Mas perhatian sama aku.” Dini berucap manja, membuat Ibnu menyunggingkan senyum. Ia lupa dengan perasaan bersalahnya pada Maya.
Read more

Bab 54. Merasa Tersisih

Ibnu melangkah gontai menuju kamar mandi. Ia kalap, emosi merajai hati juga pikirannya. Tepat saat ia sampai di depan pintu kamar mandi, ketika hendak mendobrak pintu, terdengar suara adzan ashar."Allahu akbar allahu akbar."Seketika hati Ibnu terasa sejuk, laksana seorang pengembara yang berada di gurun pasir, kemudian menemukan sebuah oase. Sejuk, terasa adem di hatinya."Astaghfirullah hal 'adzim." Ibnu mengucap istighfar berulang kali, hampir saja ia menuruti hawa nafsunya untuk marah.Ibnu berbalik arah, diraihnya sebuah handuk yang tergantung di sebelah pintu kamar mandi, kemudian dipakainya handuk tersebut. Ibnu ingin segera mandi besar agar dapat melaksanakan sholat ashar tepat waktu. Akhirnya ia memilih keluar kamar dan mandi di kamar mandi luar.Setelah selesai mandi dan mengenakan baju, Ibnu kembali ke kamar, berniat mengajak Maya untuk sholat berjamaah."Dek, kamu dimana?" Ibnu mencari Maya ke seluruh kamar, tapi nihil, Maya tak ada di sana.Akhirnya Ibnu mencari Maya di l
Read more

Bab 55. Madu, Tak Akan Manis

Maya membolak-balik remot yang ada di tangannya, berganti dengan gerakan menekan tombol channel berulang kali. Matanya menatap layar televisi, tapi otaknya memikirkan hal lain."Dek, sepertinya mas harus keluar sebentar. Dini baru pingin sate. Mas tinggal nggak apa-apa 'kan? Janji deh, sebelum jam sembilan, mas sudah pulang kesini,"Perkataan Ibnu beberapa jam yang lalu kembali terngiang. Sekali lagi, Ibnu mengingkari janji.Maya menoleh, melihat jam yang menempel di dinding. Jarum panjang menunjuk angka dua belas, sementara jarum pendek menunjuk angka sebelas. Tepat pukul sebelas malam, dua jam lebih dari janji yang diucap Ibnu, dia belum juga pulang.Maya menghela nafas panjang. Semakin yakin jika Ibnu tak akan pulang malam ini. Keyakinan yang sedari tadi terus disangkalnya karena merasa percaya diri, bahwa hari ini jatah Ibnu pulang ke rumahnya. Ternyata hal itu bukan jaminan.Setelah mematikan televisi, Maya menuju pintu depan, menguncinya dan bersiap untuk tidur. Saat melewati me
Read more

Bab 56. Bukan cinta, jika melukai

"Aku ikut, Mas," ujar Maya saat Ibnu meletakan tubuh Dini di dalam mobil."Untuk apa? Untuk memastikan jika Dini benar celaka? Bahkan kamu keluar rumah tanpa izin ku!" jawab Ibnu."Tapi, Mas …." Maya hendak mengajukan protes."PULANG!"********************Maya terlonjak kaget, mendengar bentakan Ibnu.Lagi, untuk kedua kalinya, Ibnu membentak Maya. Pertama saat mereka bertengkar di dekat kolam ikan, dan kedua hari ini. Alasan keduanya sama, karena Dini. Bedanya, saat itu Dini belum menjadi istri Ibnu, sementara saat ini, Dini telah resmi menjadi madu diantara mereka. Tentu bentakan Ibnu kali ini jauh lebih membuat Maya sakit hati.Maya hanya bisa menatap mobil warna silver yang bergerak keluar pagar, kemudian menghilang, berbaur dengan kendaraan lain di jalanan.Bersamaan dengan menghilangnya mobil yang membawa Ibnu dan Dini dari pandangan matanya, jatuh pula bulir bening di kedua kelopak mata Maya. Ia menangis.Tangannya kembali meraba dada yang kini kembali terasa begitu nyeri."Ka
Read more

Bab 57. Talak

Bab 57Tak Seindah Malam Pertama(Talak)Ibnu memilih duduk di teras. Menunggu dengan gelisah. Entah sudah berapa puluh kali ia mencoba menghubungi Maya melalui seluler, tapi tetap saja jawabannya sama."Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar service area. Silahkan coba beberapa saat lagi!"Berkali Ibnu berdiri, kemudian berjalan menuju pagar dan menengok ke ujung jalan, berharap melihat Maya di sana tengah berjalan sambil tersenyum ke arahnya. Tapi, harapannya tak kunjung menjadi sebuah kenyataan, Maya tetap saja tidak tampak."Kamu dimana, Dek?" batin Ibnu.Lamunan Ibnu menerawang pada pertemuan terakhirnya dengan Maya tempo hari. Saat itu, ia menikam Maya dengan kalimat yang begitu tajam. Ibnu sadar, ia salah. Dan hari ini, ia sengaja datang ke rumah Maya, bermaksud untuk menebus kesalahannya. Semoga belum terlambat, karena nyatanya, Maya pergi tanpa pamit.Rasa bersalah juga gelisah membuat hati Ibnu semakin carut marut. Ia meraup wajah dengan kedua telapak tan
Read more

Bab 58. Menantu Istimewa

Bab 58Tak Seindah Malam Pertama(Menantu Istimewa)"Bagaimana kondisimu, Nduk?" Bu Marni mengelus kepala menantunya dengan kasih. Sementara Dini tengah mencium tangan bu Marni, takzim."Alhamdulillah, sudah membaik, Bu," jawab Dini sambil menggandeng Bu Marni untuk masuk ke rumah dan duduk di sofa."Maafkan ibu yang baru bisa berkunjung sekarang, padahal kamu sudah dua kali dibawa ke rumah sakit. Ibu baru pulang dari Lampung tadi malam, kebetulan adik Ibu sedang ngunduh mantu disana." Bu Marni berkata sambil matanya berkeliling melihat penataan ruang di rumah baru putranya."Dini bikinin minum dulu ya, Ibu tunggu disini," ucap Dini sambil melangkah menuju dapur.Dibuatnya dua gelas teh panas, juga dua buah toples yang masing-masing berisi roti kelapa serta keripik belut."Silahkan, teh nya diminum, Bu! Ini ada keripik belut khas Kapanewon Godean lo, Bu. Kebetulan kemarin Mas Ibnu dapat tugas di daerah sana, terus bawain Dini keripik belut ini. Ternyata enak dan gurih," ujar Dini den
Read more

Bab 59. Pernikahan yang Pupus

Bab 59Tak Seindah Malam Pertama(Pernikahan yang Pupus)Hari ini adalah hari yang paling kubenci,Hari dimana aku tahu bahwa setelah ini tak akan lagi bisa melihat senyum mu.Tak pernah terlintas penyesalan atas takdir yang menjadikan diri ini bagian dalam hidupmu,Karenamu,Aku sadar bahwa pada hakikatnya, kita tak memiliki apa pun..Harta, pasangan, anak, semua hanyalah titipan dariNya.Akan tiba saatnya, semua titipan itu harus dikembalikan …Terima kasih untuk lima tahun pernikahan kita,Maafkan aku yang terlampau sombong, Mas …Aku kira, posisiku di hatimu teramat kuat, hingga dengan beraninya kuhadirkan Dini diantara kita,Ternyata aku salah …Kini kusadari, tak ada lagi tempat dihatimu untukku …Tapi tahukah kamu, Mas?Aku justru bahagia karenanya,Melalui Dini, aku bisa melihat binar di matamu,Bahagiakan dia, Mas …Seperti kamu membuatku demikian bahagia di lima tahun pernikahan kita,Aku ikhlas melepasmu,Mulai hari ini, tak perlu lagi merasa iba padaku, tak perlu lagi mera
Read more

Bab 60. Pengacara, Utusan Maya

Bab 60Tak Seindah Malam Pertama(Pengacara, Utusan Maya)"Selamat pagi, Pak Ibnu." Seorang wanita tersenyum menyapa Ibnu, begitu pintu terbuka.Sesaat Ibnu terdiam. Ia mencoba mengingat-ingat siapa wanita yang kini berada di hadapannya, tapi ia tak mengingatkan apa pun, sepertinya ini memang kali pertama ia bertemu dengan wanita berpenampilan rapi di hadapannya.Wanita itu mengenakan rok panjang berwarna maroon, dengan atasan berupa kemeja dengan motif garis berwarna merah muda. Jilbab yang ia kenakan juga berwarna maroon, senada dengan warna rok plisket yang ia kenakan."Perkenalkan, Saya Riska Sundari, pengacara yang ditunjuk oleh Bu Maya untuk mengurus perceraian beliau dengan Pak Ibnu," ucap wanita yang ternyata bernama Riska itu.Hati Ibnu berdenyut nyeri kala mendengar kata perceraian. Ia tak menyangka Maya akan secepat ini mengurus semua, tidak sampai hitungan hari. Bukan akhir seperti ini yang ia mau.Setelah mengatur nafas dan berdehem satu kali, Ibnu pun mempersilahkan Risk
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status