Semua Bab Suamiku Punya Wanita Idaman Lain : Bab 91 - Bab 100

107 Bab

Milik Arjuna

Nyaris tak terpejam hingga dini hari. Berulang kali menunggu centang satu abu pesannya untuk Lala. Jam 03.30, tanda centang berubah menjadi dua berwarna biru. Semakin emosi karena tak melihat tanda-tanda Lala mengetik. Hampir ingin menekan tombol panggilan di room chat. 'Jangan Roy, ini dini hari!' Jemarinya menjambak rambut kasar. Berharap Lala membalas sebelum jam 06.00. Menutup paksa kelopak matanya, ia harus istirahat. Meski pikirannya masih dipenuhi dengan tanya tentang Melissa, pesan terkirim untuk Lala sedikit membuatnya tenang. Alarm di ponselnya berbunyi. Mata Roy masih sangat mengantuk. Tangannya sudah menggenggam ponsel, berniat mematikan alarm. Namun nama Lala yang terlihat di layar membuat kesadarannya cepat terkumpul. [Nama lengkap kakek Philip Chen. Anaknya Arman Chen dan Andreas Chen. Kenapa emang, mas?]'Philip Chen? Pemilik bisnis properti itu? Arman anaknya?' Nama Philip Chen sangat familiar untuknya namu
Baca selengkapnya

Talent Baru

Kendaraan pribadi Arjuna bergerak ke luar area parkir restoran. Karina terlihat antusias. Ia berhasil menyeret suaminya dari restoran lebih awal dari jam yang disepakati. Semata ingin menghindari kedatangan tiba-tiba Cheryl dan Delia. "Mas, nyobain jajanan pinggir jalan, yuk. Bakso gerobak yang searah dengan mall." Tiba-tiba ingin melihat suaminya makan jajanan. "Hah? Kamu yakin? Maksudku, terjamin bersih, gak?" Kaget karena permintaan tiba-tiba istrinya. Matanya sejenak memindai wajah Karina. "Siklus kamu minggu ini, kan?" Tak ingin pertanyaannya merusak mood Karina. "Iya, nih. Minggu ini. Tiba-tiba pengen makan bakso pedas." "Ya, sudah. Di mall juga ada, kan? Jamin bersih." Arjuna membujuk. "Aku penasaran sama bakso yang itu, mas! Kita beli, ya! Pengen lihat kamu makan jajanan random!"Tak berdebat lebih lama, Arjuna menepikan mobil saat gerobak bakso sudah dekat. Membiarkan Karina turun seorang diri, sesuai in
Baca selengkapnya

Amplop Cokelat

Lima hari berlalu sejak Melissa tidak lagi Selama lima hari juga Roy uring-uringan. Baik di kantor dan di rumah. Setiap hal bisa membuat moodnya seketika jelek. Berangkat ke kantor membuatnya ingat pada kebohongan Melissa. Tak hanya nomor kontaknya yang tak lagi aktif, Melissa pun tak lagi tinggal di apartemennya. Roy menjumpai sepasang suami istri saat menyambangi unit itu. "Kami pemilik baru apartemen ini."Pengakuan pria yang membukakan pintu sontak membuat Roy terkejut. Pria itu mengaku membeli unit itu dari Melissa sejak dua minggu lalu dan baru menempati 3 hari. 'Melissa sudah merencakan semuanya dengan rapi. Bahkan aku pun tak bisa membaca gelagatnya.'Merasa tolol dan terlalu naif. Kenyataan itu yang membuat Roy sangat marah pada dirinya sendiri. Tidak main-main, akibat ketololan itu, karir dan penghasilan Roy terancam. Ia sendiri tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya bulan depan. "Roy, coba cek kontrak kerja sama yang
Baca selengkapnya

Keributan di Kantor

Bangun dengan kepala terasa berat. Memaksa tubuhnya untuk bergerak dari ranjang. Roy membersihkan tubuh dengan asal. Tumpukan baju kotor mengingatkannya pada Lala. Pekerjaan Lala dan gajinya. Tiba-tiba membuatnya semakin pusing. Mau tak mau, bulan ini terakhir Lala bekerja. 'Ah, ya. Harus tanya Lala tentang Melissa dan Mey.' Menyambar ponselnya seusai berpakaian. Baterai lemah di ponselnya, ia berdecak kesal. Akibat memandangi amplop cokelat semalaman, ia lupa mengisi daya ponselnya. Bergegas ke dapur, mencari sesuatu untuk dijadikan sarapan. Ternyata ada stok buah di kulkas. Ia juga menemukan beberapa lembar roti tawar dan selai cokelat. Dipandanginya semua benda yang sudah berpindah ke meja. Entah sekuat apa roti dan buah bertahan di perutnya. Ditambah kepalanya sangat pusing. Ingin membuat kopi, tapi ia malas menyeduh air. Dulu Selena tak pernah absen menyediakan sarapan. Selain kopi susu dan roti tawar,selalu ada menu nasi. Sejak ia be
Baca selengkapnya

Taksi Online

Selena, ikut aku sekarang atau aku akan bertindak lebih gila lagi!" Satpam menatap Selena penuh kekhwatiran. Kerumunan karyawan kembali terjadi. Satpam mengalihkan dengan meminta pulang dan pemeriksaan kendaraan dan tas di pos jaga. "Ayok!" Roy menarik tangan Selena ketika kerumunan terurai. "Roy, lepas! Kita ngobrol di cafe sebelah kantor saja." Menarik tangannya genggaman Roy dan berjalan menuju gerbang. "Enggak! Kita pulang ke rumah malam ini. Dengan Cheryl!" Sekali lagi Roy menarik tangan Selena. Mulai kasar. " Pulang? Kamu lupa sudah usir aku dan Cheryl? Enggak, aku gak akan balik! Cengkraman tangan Roy terlalu kuat, mulai terasa sakit di kulit Selena. "Kamu pikir aku akan membiarkan kamu selingkuh dengan laki-laki beristri? Aku suamimu, akan mendidikmu jadi istri yang menjaga harga diri suami!" Roy berbicara nyaris membentak. Seluruh karyawan yang antri body check di pos jaga mendengar dengan jelas. M
Baca selengkapnya

Perlahan Hancur

Roy mendorong pagar dengan malas. Akhirnya ia tiba di rumah setelah menghabiskan energi di kantor istrinya. Ia tak menyangka mendapat penolakan dari Selena. Bahkan tak mau diajak pulang. Istrinya benar-benar berubah sejak ke luar dari rumah. 'Harusnya aku tidak mengusirnya. Harusnya membiarkan Selena tetap mengurus rumah dan aku. Gak nyangka juga kalau Melissa akan begini.' Mata Roy terpejam, meletakkan kepalanya di atas setir mobil. Dipandanginya tampilan rumah dari dalam mobil. Ia pernah merasakan hidup sungguhan di rumah ini. Punya istri yang mengurusnya, menunggunya pulang, menyiapkan kebutuhannya. Punya anak yang lucu dan sehat, yang matanya terus berbinar setiap kali melihatnya datang. Sudah hampir dua bulan tak ada lagi hidup itu. 'Bagaimana caranya membawa mereka pulang ke rumah ini lagi? Selena sangat kurang ajar tidak mau berbicara denganku di mobil ini.'Roy mengingat lagi pertengkarannya di area parkir kantor istrinya. Sampai dengan
Baca selengkapnya

Proses Cerai

"Apa, sih, maunya?" Roy menunggu pengemudi mobil di depannya turun. Sosok itu akhirnya menampakkan diri. Seketika membuat Roy pias. Pria itu mendekati jendelanya. Mengetuk dengan pelan dan menunggu Roy menurunkan kaca. "Selamat malam, pak Roy." Algojo Harris menurunkan kepalanya ke jendela. Kacamatanya tetap melekat. "Malam. Mau apa?" sentak Roy kesal. Ia tak ingin melihat wajah si algojo. "Silahkan kembali ke rumah bapak. Apapun niat bapak mendatangi komplek ini, batalkan saja!" Rahang si algojo terlihat mengeras, lalu kepalan tangannya terjulur ke dalam mobil, tepat di depan dada Roy."Kenapa jadi kamu yang atur saya? Mobil-mobil saya, suka-suka saya mau ke mana. Kamu jangan urusin saya!" Roy ngotot. Masih tak ingin melihat wajah si algojo dan mengeser kepalan dari dadanya. "Bapak lupa perjanjian kemarin di mobil?" Suara si algojo masih terdengar tenang. " Heh! Gue gak ada urusan dengan kalian! Minggir!" Roy nekat menaikk
Baca selengkapnya

Proses Cerai - 2

'Jadi, rumah ini memang milik Arjuna.'Rupanya tuduhan Roy benar. Tentu Roy sudah mendatangi komplek ini beberapa kali dan berbincang dengan penghuni lain. Mungkin. Berusaha kembali fokus ke Aldo yang masih menunggunya di seberang sana. Sekali lagi sekena menyeka sudut matanya. "Pak Aldo, mohon maaf. Jujur, saya tidak tahu ini rumah milik Mas Arjuna. Sebelum ke luar dari rumah, saya memang minta tolong ke Delia mencarikan rumah sewa. Lalu, Delia menunjukkan rumah ini dan mengaku bahwa ini adalah rumah keluarganya. Waktu itu saya gak banyak tanya memang. Dan, saya yakin Delia tidak berniat membohongi saya." Ia berencana akan berdiskusi lagi dengan Delia akan hal ini. Bagaimanapun mereka berdua sahabat dan sudah melalui banyak hal. Tentu Delia punya alasan."Ha-ha-ha. Ya, memang, bu. Delia dan Arjuna sepupu kandung. Tidak salah kalau Delia bilang rumah itu milik saudaranya, kan?" Tawa renyah Aldo terdengar panjang usai berbicara. '
Baca selengkapnya

Proses Cerai - 3

Roy berulang membaca pesan terakhir Bram. Rasanya tak percaya kalau Bram kenal dengan Arjuna dan pengacara Selena.  'Selena punya pengacara? Ia mampu membayar jasa pengacara? Pasti si Arjuna yang membantunya. Sialan!'Telapak tangannya membuka, Roy menepuk meja dengan kesal. Ia tak menyangka Selena seniat itu bercerai. 'Dia silau oleh harta dan kenyamanan dari Arjuna. Cih! Perempuan itu memang tak layak ku pertahankan!' Mie instannya sampai mengembang karena masih asik menggerutu. Panggilan intercom menyadarkannya, waktu sepuluh menitnya sudah berakhir. "Istrimu mengajukan gugatan cerai? Apa dia tahu tentang Melissa?" tanya pak direktur terkesan mengejek. Roy terpaksa harus jujur tentang keperluan cuti mendadaknya besok. Ia bertekad hadir dan membela diri. Ia akan mengungkapkan semua kebenaran. Persetan dengan Bram, Melissa dan Arjuna!"Iya, pak. Ini hanya salah paham, itu sebabnya saya ingin meluruskan semuanya. Berdamai dan ruk
Baca selengkapnya

Duda Kere

POV RoyAku tidak bisa menahan golak amarah melihat Selena meninggalkanku begitu saja. Dia berubah jadi pembangkang sejak ku usir dari rumah. Belum lagi temannya si Delia yang sok tahu tentang cinta. Ta* kucing! Tidak ada yang salah dengan sikap dan omonganku. Aku jelas tidak akan mencari kenikmatan dari perempuan lain kalau Selena sanggup memenuhi kebutuhanku. Istri itu, kan, memang harus sedia setiap kali suami butuh. Selena malah tidak mengakui kekurangannya. Padahal kalau dia minta maaf dan mencabut gugatan, aku siap menerimanya kembali. Meskipun dia sudah bekasnya Arjuna. Belum selesai amarah karena sikap sombong Selena, foto Bram dan Melissa di restoran Arjuna menambah tegang otot leherku. Ku lampiaskan amarah dengan meninju kaca mobil dan setir bergantian. Ku pikir aku harus melakukan sesuatu. Melissa harus tahu aku marah. Dia gak bisa pergi begitu aja dan membuatku hancur. Karir dan pendapatanku di ujung tanduk. Mengenaskan. K
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status