Beranda / Urban / The Thief / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab The Thief: Bab 11 - Bab 20

35 Bab

Bab 10

Felix Chow menatap pria yang duduk di depannya. Keduanya terdiam beberapa saat."Jadi kasus ini dihentikan?" Darren Wang bertanya dengan serius."Begitulah! Lebih tepatnya kita serahkan pada interpol internasional. Karena ini menyangkut banyak pihak dari berbagai negara." Felix menjelaskan dengan tegas."Bukan karena permintaan William Lim?" Pertanyaan Darren Wang yang tepat sasaran tidak membuat Felix terkejut."Salah satunya karena itu. Bagaimana penyelidikan terakhirmu? Apakah kau menemukan sesuatu yang mencurigakan mengenai Alexander Lim?" Felix bertanya dan menatap Darren."Hingga saat ini memang tidak ada yang mencurigakan. Bahkan dia sangat kooperatif. Mungkin benar dia tidak terlibat sama sekali seperti permintaan kakaknya bukan?" Darren Wang tersenyum tipis."Benar! Hanya saja perasaanku sungguh tidak enak!" Felix mendesah pelan."Abaikan saja! Baiklah aku akan mengumumkan secara resmi kasus ini tidak lagi di ta
Baca selengkapnya

Bab 11

Suara ketukan pintu mengejutkan Milli. Gadis itu bergegas membuka pintu rumahnya."Kau?" Sosok yang berdiri di depan pintu membuatnya terkejut setengah mati. Seorang wanita yang selalu ingin dihindarinya sebisa mungkin."Di mana Harry Si?" Wanita itu bertanya tanpa ekspresi, menatapnya tajam."Ivy, apa kabarmu?" Milli tersenyum canggung. Berharap wanita itu akan sedikit melunak dengan keramahannya."Tidak perlu berbasa-basi padaku Milli. Hubungan kita tidak sebaik itu." Ivy bersedekap tangan dan dan menatap sinis padanya."Kau beruntung kakakmu sudah tiada, jika dia masih hidup dan tahu bagaimana dirimu sebenarnya kau pasti akan mati di tangannya." Ivy mendorongnya dan memaksa untuk masuk ke dalam rumah."Apa maumu sekarang? Kau mau membalas dendam?" Milli tersenyum mengejek. Meski sedikit merasa takut pada Ivy tetapi dia tidak akan menunjukkannya di hadapan gadis cantik itu. Cukup sudah tadi dia mencoba untuk bersikap ramah pada
Baca selengkapnya

Bab 12

"Apa yang akan kau lakukan Harry!" Milli berteriak ketakutan."Kau takut? Bukankah Milli bukanlah seorang gadis penakut? Kau gadis yang hebat bukan?" Harry terkekeh senang melihat semburat ketakutan di raut wajah Milli.Seandainya Milli mau ikut dengannya waktu itu, mungkin Harry tidak akan pernah tahu kisah sebenarnya keluarga Anthony."Harry jika kau membunuhnya sekarang itu terlalu mudah untuknya!" Tiba-tiba saja seseorang masuk ke dalam rumah."Ivy?" Harry terkejut dengan kedatangan gadis itu."Aku tahu sejak lama, dia hanyalah putri selingkuhan ayahnya Anthony. Karena itu dia mencoba menyingkirkanku. Anthony saja yang terlalu lunak padanya." Ivy menatap Milli penuh kebencian."Aku tidak akan lupa malam dia membuatku begitu bodoh dan tak berharga di depan Anthony. Dia membuangku karena mempercayai aduk tirinya yang seperti ular." Ivy mendekati Milli dan berhenti tepat di depannya."Kalian memang pasangan laknat! Kali
Baca selengkapnya

Bab 13

"Duduklah!" Pria berjaket kulit hitam itu mempersilakannya untuk duduk.Harry duduk di kursi yang berseberangan dengan pria itu. Keduanya bertemu di sebuah kedai kopi di sudut jalan yang sepi."Aku ingin kau mendapatkan ini untukku. Seseorang merekomendasikan dirimu untuk pekerjaan ini." Pria itu menyodorkan sebuah foto di atas meja.Harry mengambil foto di atas meja dan mengamatinya dengan seksama. "Sepatu kaca?" gumamnya pelan."Iya sepatu! Sepatu kaca Cinderella." Pria itu tersenyum. "Tetapi bukan sembarang sepatu kaca, perhatikan bagian Hells serta bawahnya." Pria itu menunjukkan pada Harry apa yang dimaksudnya."Ini.... Berlian?" Harry tertegun saat melihat detail pada tangkai hak sepatu juga lapisan di bagian bawahnya yang secara keseluruhan memang transparan."Benar, berlian. Dan bukan sembarangan berlian. Itu berlian dengan kualitas terbagus di dunia dan harganya cukup mahal." Pria itu tersenyum getir."Anda seda
Baca selengkapnya

Bab 14

"Hei Huan! Di sini!" Alex berseru memanggil Huan yang baru saja memasuki klub malam terpopuler kota."Tumben kemari?" Huan tersenyum dan duduk di sebelah Alex.Pria itu tengah merokok dengan sebotol Vermont di atas mejanya. Tentu saja tak ketinggalan beberapa makanan ringan dan buah-buahan."Hanya untuk menghilangkan penat," sahutnya seraya terkekeh pelan."Tidak bertambah penat di sini?" Huan tertawa dan mengalihkan tatapannya pada panggung yang ada di depan hall."Wah ada dia!" Huan tertawa saat melihat siapa penyanyi yang menjadi bintang tamu malam ini."Kau penggemarnya?" Alex bertanya padanya dan menuangkan Vermont untuknya."Tidak, aku hanya kerap mendengar lagunya di putar oleh gadis yang tinggal di sebelah apartemenku." Huan terkekeh dan segera meneguk Vermont-nya."Oh ya? Dia pasti berasal dari Indo." Alex terkekeh."Benar sekali. Aku cukup hapal beberapa lagu dari Indo karena hampir setiap har
Baca selengkapnya

Bab 15

Butik itu baru saja dibuka. Huan berdiri di depan pintu kaca dan mendongak menatap papan nama yang terpampang di atasnya."Depeche," gumamnya pelan. Sebuah kata yang tidak dipahami maknanya."Tuan Xie Xuhuan?" Tiba-tiba saja seorang pramuniaga keluar dan menyapanya."Iya betul." Huan sedikit terkejut karena tak mengira kedatangannya telah diberitahukan kepada para pramuniaga butik."Nona Jill telah menunggu di dalam." Gadis itu mempersilakannya untuk masuk ke dalam butik.Huan mengikuti gadis itu memasuki butik. Depeche merupakan sebuah toko sepatu yang cukup ternama di negeri ini. Mereka memproduksi sendiri beraneka jenis alas kaki untuk kaum wanita.Huan memperhatikan sekeliling butik. Berbagai jenis sandal dan sepatu terpajang begitu apik dan cantik di sepanjang dinding berlapis rak-rak kaca yang menawan."Silakan!" Gadis itu berhenti di depan sebuah pintu kaca setelah melewati deretan rak-rak kaca dan juga etalase.
Baca selengkapnya

Bab 16

"Tempat yang sangat sulit untuk ditembus. Dengan sistem pengamanan yang canggih dan kamera pengawas di mana-mana." Harry tersenyum menatap butik di depannya dengan seksama.Tengah malam seperti ini, Depeche telah tutup sedari jam sepuluh malam tadi. Lampu-lampu telah dimatikan dan hanya menyisakan sebuah lampu di dalam butik dan di teras yang menyala."Namun bagiku tidak ada yang sulit. Besok malam sepatu itu sudah pasti akan berpindah tempat." Harry tersenyum dan menenggak sisa beer di kaleng.Dia duduk dengan santai di atas motor besarnya. Seakan-akan hanya sedang menikmati malam di tempat yang mulai sepi dari orang berlalu lalang dan juga kendaraan."Hei! Ini makananmu!" Seorang gadis berambut pendek dengan celana pendek jeans dan kemeja bermotif kotak-kotak datang menghampirinya."Terima kasih!" Harry mengambil paper bag berisi burger dan kentang goreng. Dia turun dari motornya dan duduk di sebuah bangku taman diikuti gadis tadi.
Baca selengkapnya

Bab 17

"Tuan Huan, hari ini terakhir pemotretan bukan?" Salah seorang karyawan butik bertanya pada Huan."Iya, Nona!" Sahut Huan tanpa mengalihkan perhatiannya dari sepasang sepatu yang telah diatur sedemikian rupa sehingga terlihat sangat menonjol di atas meja kayu berukir."Baiklah! Saya akan memeriksa beberapa hal, silakan Anda melanjutkan pekerjaan." Gadis itu berpamitan.Huan hanya mengangguk dan kembali sibuk mengambil foto sepatu itu dari berbagai sudut. Seorang pria duduk di sudut ruangan memperhatikannya. Selama dua hari pemotretan, dia tidak pernah dibiarkan seorang diri.Pengamanan yang cukup ketat. Bahkan pengambilan gambar semua dilakukan di ruang kerja milik Jill Lau. Wanita itu sendiri selalu sibuk dan hanya sesekali ikut ambil bagian dalam pemotretan.Baru saja Huan hendak mengganti lensa kameranya, tiba-tiba saja terdengar bunyi alarm yang cukup keras. Dia hampir saja terlonjak dan menjatuhkan tripod kameranya."Ada apa
Baca selengkapnya

Bab 18

"Hanya sebuah kecerobohan kecil saja!" Darren Wang bergumam menatap lembaran laporan di tangannya."Benar Pak! Menurut keterangan, sepertinya Nona Jill sendiri yang lupa mematikan puntung rokoknya sebelum dia meninggalkan ruangan kerjanya. Setelah itu fotografer yang melakukan pemotretan menyadari adanya asap." Anak buahnya melaporkan hasil penyelidikan insiden yang sempat membuat panik salah satu pusat perbelanjaan terbesar di wilayah itu."Anehnya alarm yang berbunyi justru dari dalam butik bukan dari ruang kerja. Sepertinya ada sebuah kesalahan. Meski setelah itu alarm dan penyemprot air di ruangan kerja itu bekerja sesuai prosedur," gumam Darren Wang pelan."Ada rekaman kamera pengawas?" tanyanya seraya meletakkan laporan itu ke atas mejanya."Ada di meja Anda Pak." Anak buahnya menunjuk pada salah satu kantong plastik bersegel yang ada di atas meja bersama dengan laporan tadi."Mari kita periksa." Darren menyerahkan kantong plastik i
Baca selengkapnya

Bab 19

Suasana di butik Depeche malam ini sangat meriah. Peluncuran produk baru mereka dihadiri tamu undangan dari berbagai kalangan."Aku penasaran dengan sepatu mereka kali ini," bisik Veronica Lim pada Ivy. Keduanya juga merupakan tamu undangan di acara itu.Veronica tentu saja dikarenakan dia adalah putri dari Daniel Lim, putra kedua Pak Tua Lim. Sedangkan Ivy karena dia adalah model yang cukup populer di Indonesia dan kerap berlenggak-lenggok di catwalk termasuk di negeri ini."Kabarnya ini akan menjadi sepatu paling spektakuler di negeri ini. Aku rasa ini pastilah sesuatu yang cantik, elegan dan mahal." Ivy juga menanggapi ucapan Ve dengan berbisik pula."Jill tidak pernah bermain-main dengan produk mereka. Harus aku akui dia seseorang yang perfeksionis." Ve tersenyum dan menggandeng Ivy untuk mendekat pada deretan koleksi terbaru butik milik keluarga Lau."Hei! Itu Huan kan?" Ve tiba-tiba saja menunjuk pada sosok yang mereka kenal.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status