Home / Urban / Gemintang / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Gemintang: Chapter 11 - Chapter 20

45 Chapters

Bab 11

“Nih, makan dulu,” Arusha membawakan sepiring spaghetti kehadapan Jivan.     Arusha cukup kaget saat mendapati Jivan tiba-tiba datang tanpa memberi tahu terlebih dahulu, apalagi teman baiknya itu membawa tas yang cukup gendut dan ternyata berisi baju dan laptopnya.“Gue nggak lapar,” ujar Jivan.“Makan dulu, heh. Nanti gue dimarahin ayah lo,” Arusha setengah memaksa.“Gue juga makan nih, lo juga harus,” Arusha memperlihatkan piringnya.“Iya, bawel,” Jivan menikmati makanannya.“Enak nggak?”“Om Keenan yang masak?”“Gue,”“Ah, jangan bohong lo,”“Dih, lo mah nggak percaya. Orang tinggal campurin minya sama bumbu,”“Iya sih,”      Sepertinya Jivan benar-benar lapar, makanannya habis dalam sekejap.“Jadi ada masalah apa
Read more

Bab 12

    Hubungan Revian & Jiandra semakin dekat, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Entah berjalan-jalan di akhir minggu, belajar bersama dan Revian yang sering berkunjung ke rumah Jiandra.“Nih,” Jiandra mengangsurkan kotak bekal saat dijemput Revian.“Itu kotak bekal Kakak lho, jelas dari Ibu lah. Bingung aku, sekarang anak Ibu tuh aku atau Kakak,” Jiandra memajukan bibirnya.“Hahaha, makasih lho. Kebetulan nanti gue ada kelas olahraga, jadi nggak usah jajan,” Revian mengambil kotak makan tersebut dan lalu memakaikan helm pada Jiandra.   Tak sampai setengah jam, mereka sudah sampai di sekolah. Suasana cukup ramai karena 15 menit lagi bel masuk akan berbunyi.“Jian, gue mau ngomong sama lo,” saat baru saja turun dari motor Revian, Jiandra sudah dikagetkan dengan Naren yang mencegatnya.    Gadis itu malah menatap Revian, seolah meminta persetujuan. Revian
Read more

Bab 13

“Ma, anakmu yang ganteng pulang,” Revian berteriak riang kala masuk ke rumahnya.“Kak, tungguin sebentar,” Jiandra tampak kesusahan membuka sepatunya.    Tadi sepulang sekolah, ia sengaja mengajak gadis itu ke rumahnya. Tentu saja dengan izin dari Ibu terlebih dahulu.“Udah diluar sekolah, Jian. Nggak usah pakai kakak segala,” Revian menaruh sepatu gadis itu di rak.“Maaf, kebiasaan,”                         “Ada siapa, Rev? teman-temanmu? Oh, yang baru ternyata,” Jilaine tersenyum ramah.    Jujur, Jiandra terkesiap sesaat. Ini ternyata sosok Mama yang selalu diceritakan Revian—cantik sekali, tubuhnya tampak begitu proporsional untuk seorang Ibu dengan dua anak lelaki yang sudah beranjak dewasa.“Ternyata ini ya, yang naman
Read more

Bab 14

“Lo disini ya, ada Mama gue juga. Lo mau tidur sama gue?” ujar Narthana.    Tadi sesuai perintah Papanya, ia mengajak Arusha ke rumahnya. Sementara Revian dan Jivan menuju rumah mereka masing-masing diantar Johnny.“Iya, gue tidur sama lo,” Arusha memijit kepalanya yang terasa pening.    Sherianne membawakan bubur labu dan teh hangat untuk keduanya.“Makasih, Tante. Maaf repotin,” ujar Arusha.“Nggak apa-apa, kamu tenang ya. Ada tante sama Narthana disini,”    Sehabis makan, Arusha beranjak mandi. Ia berusaha menenangkan dirinya yang kalut dengan segala pikiran yang ada.“Besok lo nggak usah sekolah dulu, nanti gue urus izinnya,” Narthana menyiapkan bantal dan guling tambahan disampingnya.“Nat..,”“Ya?”“Kenapa semua kejadian ini nimpa gue?” tatapan Arusha menerawang.“Mung
Read more

Bab 15

“Pak Sena, tamu bapak sudah datang,” ujar Sissy—sekretaris Sena.“Suruh dia masuk, Sy. Jangan lupa siapkan minuman, ya,”“Baik, Pak,”    Setelah Sissy berlalu, sesosok pria berusia 60-an awal masuk ke ruangan Sena.  Dia adalah Yudha Wiratama—partner bisnis Sena selama 3 tahun belakangan ini.    Yudha merupakan pemilik Wiratama Group, yang bergerak di bidang media cetak, radio dan jasa kontraktor. Selama ini Sena sangat terbantu dengan kerjasama di bidang promosi untuk mengembangkan Sera.“Siang, Pak. Maaf saya sudah membuat Bapak datang kemari dan menggunakan waktu Bapak yang berharga,” ujar Sena.“Ah, kamu ini Sen. Santai kayak sama siapa, kita kan sudah berpartner bukan setahun saja, Jadi kamu mau minta tolong apa? Bisa saja sih kemarin kamu cerita di telepon, tapi saya mau mendengarnya langsung,”“Pak, saya ada sedikit masalah.
Read more

Bab 16

“Kamu udah bilang sama Papamu kalau mau nginep?” tanya Sherianne. “Udah, aku udah bilang dari semalem kok,” Narthana sibuk mencari saluran radio. “Bagus deh,”     15 menit kemudian, mobil Sherianne sudah terparkir manis di basement. “Ada apa, Ma?” tanya Sherianne.     Ternyata ada sosok mamanya—Catherine yang menghampirinya. “Kamu serius mau kembali sama Satya?” Catherine menatap tajam sosok Narthana yang berdiri tak jauh dari Sherianne.     Sosok Narthana benar-benar versi kedua Satya, tak lebih maupun tak kurang. “Iya, aku serius,” “Kamu ini, susah sekali nurut sama orangtuamu. Kita mau yang terbaik buatmu,”    Sherianne tertawa sumbang. “Haha, buatku? Yakin? Sudah cukup aku turuti keinginan Mama sama Papa 17 tahun belakangan, sekarang giliranku buat lakuin sesuatu yang kumau,” “Dia memangnya mau kembali sama kamu?” “Kalau dia nggak mau, d
Read more

Bab 17

“Kalau Keenan ternyata sudah ingat tentang saya, kamu gimana?”“Kamu yakin? Atau harapanmu aja?”    Devina menghela nafas panjang, detik berikutnya tangan Sena sudah mengelus punggung tangannya erat.“Saya tahu perasaanmu belum ada, tapi saya janji bakal bikin kamu nyaman, Dev,”   Devina diam, ia harus memilih sekarang juga. Antara ia menanti ingatan Keenan hingga kembali atau menjalani kehidupan baru dengan Sena.“Dev..,”“Iya, Sena. Saya mau,” ujar perempuan itu akhirnya.    Semoga ini bukan keputusan yang salah, ia berharap ini yang terbaik untuk semua orang. Untuk dirinya dan sosok-sosok yang disayanginya. Dua Hari Kemudian...“Makan nggak bagi-bagi,” Alastair menepuk pundak Elenio.“Kalau gue keselek gimana anjir,” Elenio misuh-misuh.“Makannya kalau
Read more

Bab 18

“Bang Johnny !!!” teriakan Sena membuyarkan lamunan lelaki Kivandra itu. “Oi, Sen. Kesini juga lo,” Johnny tersenyum, ia memperhatikan Devina yang berdiri di samping Sena.    Pagi ini, keduanya tampak serasi dengan pakaian olahraga bernuansa abu. “Kita makan-makan mau?” tawar Sena.    Johnny terdiam sesaat, lalu akhirnya mengangguk. Ia memberi kode pada Revian & Elenio untuk mendekat. “Halo. Om & Kak,” sapa kedua anak itu. “Hai,” Sena tersenyum. “Om Sena mau ngajak kita makan, mau?” tawar Johnny. “Mauuu !!! ayo Om, kebetulan aku juga lapar,” ujar Revian.    Johnny hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah anak bungsunya itu, ternyata mereka diajak Sena ke sebuah resto cepat saji. “Sen, gue bisa ngomong empat mata sama lo?” ujar Johnny saat mereka berada di kasir. “Tumbenan, Bang,” Sena mengambil kartu yang dijadikannya alat pembayaran. “Biar Dev
Read more

Bab 19

    Dua bulan sudah Sherianne & Satya kembali dekat, keduanya sering menghabiskan waktu bersama. Entah sekadar Sherianne mengunjungi Satya di kafe, Satya menjemput Sherianne atau jalan bertiga dengan Narthana di akhir minggu. “Bener nih, kamu nggak mau ikut Mama sama Papa?” tanya Satya. “Nggak ah, aku lagi mager,” Narthana sibuk mencolokkan kabel playstationnya ke TV. “Mageran mulu anak mama nih,” Sherianne dengan gemas mencubit pipi anaknya. “Mamaaaa..sakit !!!” Narthana meringis. “Hihi, abisnya gemes,” Sherianne terkikik. “Mau pada kemana emang?” “Nah kan, baru nanya. Anakmu nih, Sher,” ujar Satya. “Aku anak Papa juga lho,” “Kalian ini ribut terus, ini ada cucu temen Omamu yang nikahan. Mama juga diundang,” “Terus ajak Papa?” “Iya dong, kan dalam rangka,” Sherianne mengedipkan matanya genit. “Mama centiiil !!!” Narthana bergidik. “Awas kalau kamu centil gi
Read more

Bab 20

“Ayah belum pulang?” tanya Arusha pada maid. “Belum Mas, mau makan sekarang?” “Nanti nunggu Ayah pulang aja,” Arusha masuk ke kamar dengan lunglai.     Sekarang rumah terasa berbeda, semakin dingin dan tak menyenangkan. Beberapa kali Arusha berusaha mendekat, namun Keenan merespon seadanya. Entah benar-benar karena penyakitnya atau memang Ayahnya itu terlalu lelah untuk membangun hubungan mereka dari awal. “Pak, Mas Arusha sudah pulang. Tadi katanya mau makan bareng sama Bapak,” “Iya,” Keenan berlalu, setelah ia berganti baju lalu melangkahkan kakinya menuju kamar Arusha. “Sha, ayo makan,” Keenan mengetuk pintu kamar Arusha.     Tak ada jawaban. Keenan mengetuknya lagi, tak ada jawaban dari dalam. Tangannya bergerak perlahan dan membuka pintu kamar tersebut. Ternyata Arusha bergelung dibalik selimutnya. “Sha, ayo katanya mau makan bareng,”      Arusha memilih diam.
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status