Semua Bab MY Doctor - Bahasa Indonesia: Bab 31 - Bab 40

56 Bab

31

                Brian pergi setelah melihat sebuah pertunjukan yang menarik itu. ia melangkah menuju lift dan menuju ke ruangannya sendiri. Melenggangkan kaki dengan sangat santai, dan sesekali berbicara dengan beberapa perawat yang menyapanya terlebih dahulu. Tentu saja dengan nada sensual penuh rayuan untuk mematahkan hati para gadis.                “Hei!” sapa Brian pada Raka yang baru saja muncul dengan wajah kusut tanpa tau alasannya.                “Kamu kenapa? Bro...” ledek Brian, tangannya di tepis oleh Raka. Padahal, Brian ingin merangkul sahabat seperjuangannya itu. Raka mendesis sebal karena Brian kembali lebih cepat dari cuti yang dia ambil. Ini menyebalkan, karena Raka harus di ganggu Brian di saat suasana ha
Baca selengkapnya

32

Flash back on                Mika menatap Ken dalam dalam.                “Aku memang tidak pantas buat kamu, kamu tau itu kan.” Jelas Mika pada Ken. Kalau alasannya tidak di terima oleh keluarga Ken adalah karena asal usulnya, maka mereka sudah mengambil keputusan yang tepat. Dengan menjadikan Mika sebagai menantu keluarga Ken, sama saja mengambil mantu dari panti asuhan. Karena Mika sendiri di abaikan oleh keluarganya, jadi apa bedanya dengan anak yang di telantarkan....??                “Mika, bukan itu poin masalahnya...!!”geram Ken dengan tak sabaran, Mika menangkap pesan yang salah dari kata katanya.
Baca selengkapnya

33

Raka masih menatap Mika, ia sedang mencari jawaban atas pertanyaanya dari pancaran mata wanita itu.                “Iya, apa kamu sedang menjauhi saya?” tanya Raka lagi, mengulangi pertanyaanya di awal.                “Menolak saya.” Tegas Raka.                Mika masih menatap Raka tak percaya. Raka..... terlalu sulit untuk di tebak dan di mengerti. Jadi, sejak tadi? Laki laki ini sedang mengartikan hal salah dari kecanggungan mereka?                Akhirnya, di sinilah Raka dan Mika sekarang. Terduduk di sudut lantai rumah sakit dengan saling memunggungi tubuh masing masing. Kesulitan mencari topik, tapi setelah sekian lama terdia
Baca selengkapnya

34

                Morgan duduk di kursi makan keluarga. Bersampingan dengan istrinya, Keyza. Malam ini adalah waktu jamuan keluarga. Biasanya, akan di hadapkan dengan makanan, dan juga wejangan. Morgan ingin berbicara lebih malam ini. Ia ingin menghadirkan sosok yang telah luput dari pandangan orang orang. Adiknya.                “Sayang....?” tanya Keyza dengan nada khawatir sambil meremas tangan suaminya di bawah meja makan. Ia khawatir, apa yang akan di sampaikan oleh suaminya itu akan mengundang mala petaka untuk mereka.                Morgan mengangguk, mencoba menenangkan Keyza dengan ekspresi. Tidak apa apa, semuanya akan baik baik saja. Dan Keyza hanya pasrah, ia tak bisa mengekang keinginan Morgan untuk menyuarakan pada keluarg
Baca selengkapnya

35

Raka kembali ke apartemennya dengan semburat senyum yang tak lepas dari bibirnya sejak ia memegang kendali mobil, atau saat ia sedang memikirkan Mika. Laki laki itu masih tersenyum saja dengan alasan yang sederhana itu.                Dan di saat yang bersamaan, Mika juga tak melepaskan senyumannya. Ia masih tersenyum hanya untuk hal hal tidak penting.^^^                Ken pulang dengan berat hati, ia seperti belum siap saat di tampar keadaan apartemennya. Pasti Alana akan mengabaikannya dengan banyak hal. Dan seperti ada rasa tidak siap di hati Ken untuk mendapatkan sikap acuh wanita itu. Sakit....                “Alana...?” sapa Ken dengan keterkejutan yang terlihat jelas. Alana masih terjaga walau sudah semalam ini
Baca selengkapnya

36

Raka menatap Mika yang tak mengetahui makna kekhawatirannya. Gadis itu masih tertawa. Bahkan Raka sempat heran bagaimana Mika bisa sampai secepat itu akrab dengan Brian. Dan itu bisa menjadi hal baik juga buruk.                Raka mencoba mengabaikan tatapan Mika, dengan kembali membalik map di tangannya. Mika terkekeh geli dengan cara Raka mengabaikannya. Kentara sekali kalau laki laki itu sedang marah akan ‘Suatu’ hal yang ada di pikirannya.                “Kamu marah?” tanya Mika dengan suara lembut, tapi masih berusaha mengabaikan reaksi dingin Raka.                Menghela nafas dengan sangat pelan,”Engga.” Jawab Raka dengan lemah sebelum kemudian menutup mapnya dan berjalan kembali ke arah Mika.
Baca selengkapnya

37

Ken bangun dengan tubuh yang pegal pegal, Alana benar benar tak menghiraukannya. Walaupun semalaman tidur di sofa, Ken sangat yakin kalau Alana tak perlu repot repot menengoknya. Ken sangat yakin sekali.                Bangun dengan menghirup udara pagi yang menyesakan. Seperti ada yang mengganjal di hati Ken, entah apa. Seperti ada yang seharusnya hadir di sampingnya, di hadapannya. Tapi apa? Seperti ada yang hilang. Apa ini Alana? Keberadaan dan perhatian Alana mungkin sudah memberikan pengaruh amat besar pada kehidupan Ken selama mereka berumah tangga, walaupun Ken menikahinya karena terpaksa. Tapi... Bagaimana mungkin...???                “Alana.....” panggil Ken dengan tangan kanan sudah mencengkeram gelas susu cokelat. Alana masih belum juga keluar dari kamarnya, mungkin hanya untuk menghindari Ken.
Baca selengkapnya

38

Mika bisa mempertahankan kendali dirinya dengan tidak menunjukan sisi sakitnya dan sisi lemahnya sekarang ini, atau Mayang akan semakin panik saat mendapati. Satu wanita hamil yang tidak sadarkan diri dengan ketuban yang pecah. Dan kekasih atasanya yang kesakitan. Dan Mika memutuskan untuk menahan rasa sakitnya.                “Mayang....” panggil Mika nyaris seperti rintihan. Tapi Mayang tidak menyadarinya, ia sedang sibuk memberikan tekanan pada dada Alana.                Dan brak...!! Pintu di buka dan bala bantuan datang. Tim perawat yang Mayang panggil datang tanpa membutuhkan waktu lama. Melihat si calon pasien masuk, Mika bahkan terkejut saat melihat Pevita ada di sana. Dokter cantik itu sekarang terlihat sangat dingin.            &nb
Baca selengkapnya

39

Mereka makan malam. Dan Mika tak bisa menikmati makan malam ini walaupun seenak apapun makanannya. Tubuhnya di terjang kekhawatiran yang tak bisa di buang begitu saja saat mata Marcell menatapnya sejujur, lurus seperti ingin menghancurkan. Seperti ingin meremukan Mika menjadi kepingan. Jujur, Mika tak terlalu terkejut. Karena Marcell memang selalu menatapnya seperti itu.                “Mika....?” panggil Raka dengan suara rendah. Ingin membuat Mika fokus dengan makanannya saja.                “Iya...?” Mika menyahuti dengan kaget, karena tak memprediksi panggilan itu.                Raka menatap isi piring Mika, hanya berkurang setengahnya. Biasanya, Mika akan makan dengan lahap apapun yang ia bawakan untuknya. Ta
Baca selengkapnya

40

Morgan menghunuskan pukulannya. Pada wajah Marcell yang sudah sejak tadi babak belur. Morgan tak peduli kalau laki laki di hadapannya ini adalah kakaknya sendiri. Ia terlalu marah sampai tak memperdulikan ikatan keluarga di antara keduanya.                “Gila! Sinting!” maki Morgan dengan tangannya yang juga sudah merah karena memukul Marcell. Dan Marcell malah tersenyum dengan sangat puas dengan sebelah  bibir yang hampir robek. Marcell masih bisa tersenyum?!!                “Dia adikmu!” maki Morgan. Morgan melayangkan pukulannya. Tapi sekarang, Marcell marah, karena membawa kata adik. Kini tangan Marcell menangkis tangan Morgan dengan sekuat tenaga. Mata Morgan sampai membelalak.                “Tid
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status