Semua Bab MY Doctor - Bahasa Indonesia: Bab 21 - Bab 30

56 Bab

21

21                Raka masih mengusapkan tangannya ke rambut Mika. Ia tak menyadari kalau gadis itu sudah bangun.                “Kamu dapat besukan pertamamu. Jadi saya harap, kamu.... lekas sehat.”                Kalimat itu menjadi penutup keberadaan Raka di ruangan Mika. Setelah yakin kalau Raka benar benar keluar dari ruangannya. Mika memutuskan untuk bangkit. Membuka mata dan melihat keadaan. Begitu tercengangnya Mika saat mendapati bunga matahari di mejanya, bersebelahan dengan parcel buah.                Ini harusnya membahagiakan. Tapi kenapa perhatian yang Mika dapatkan dari keluarganya, bersamaan dengan kepergian Mrs Johan. Rasanya, M
Baca selengkapnya

22

22                 Raka tersenyum simpul dan mulai berjalan.                “Ayo.” Ajak Raka dan Mika mengikuti langkah laki laki itu. Raka melambatkan langkah kakinya.                “Kamu udah ngerasa baik baik aja?” tanya Raka. Ia tak melihat ke arah Mika. Ia memilih lurus ke depan. Mika bingung harus bertanya apa.                “Maksud dokter, Mrs Johan?” tanya Mika, kalau di tanya tentang wanita yang baru pergi selamanya itu, Mika akan menjawab kalau ia tidak baik baik saja.                “Bukan.&r
Baca selengkapnya

23

23                Mika sebenarnya ingin kabur, tapi Raka punya cara yang paling ampuh untuk mencucuknya seperti kerbau penurut yang berjalan di belakang tuannya menuju ke ladang. Raka memegang botol infus Mika. Sesaat Mika seperti melihat cengiran puas di bibir Raka. Tunggu...!! Apa ini salah lihat? Raka tersenyum...?                “Ayo ikut saya.” Ucap Raka seperti perintah juga ancaman karena di saat yang bersamaan Raka menunjukan botol infus yang bisa ia cabut dengan cara menariknya. Mika jadi ngilu sendiri membayangkan rasa sakitnya.                “Tapi dok-“                “Engga ada tapi tapi.” Jelas sekali Raka t
Baca selengkapnya

24

24                Itu artinya Raka menyukainya? Secara terang terangan!                Hati Mika seperti di selundupi rasa yang asing, tapi Mika sendiri juga menyadari. Perasaan ini bisa di definisikan. Tapi Mika takut mengakuinya, tapi laki laki di sampingnya ini malah dengan terang terangan mengakuinya, perasaan Raka maksudnya....                “Jangan ngegombal dok.” Sela Mika sembari memalingkan wajahnya, tak ingin bertatapan dengan Raka. Lebih lama lagi ia bertatapan degan Raka, ia akan terbakar.                “Saya serius kok, kenapa harus gombalan? Apa kamu menganggap perasaan saya juga, sebuah candaan??” Raka malah mendekat
Baca selengkapnya

25

25                Mika menyerah, akhirnya ia mengikuti usulan Raka. Walaupun tidak mengaitkan tangan satu sama lain, tapi mereka bergerak berjejeran. Raka memaksa Mika untuk memasukan tangannya ke dalam saku jas Mika.                Dan ternyata.... wanita itu menurut dan memasukan tanganya ke kantong jas putih itu. Awalnya ragu, tapi sekarang Mika menikmatinya. Berjalan menunduk menahan sebuah senyuman. Bahkan Raka di sebrang Mika, mati matian agar tetap terlihat biasa saja dan tidak meloloskan senyuman.                “Kamu mau saya bawakan makanan?”                “Eh?” Mika merespon bingung karena pertanyaan mendadak Raka, padaha
Baca selengkapnya

26

26                Mika ingin berlari dan mencari Raka untuk meminta perlindungan. Tapi langkah laki laki itu lebih cepat dari dugaan Mika. Dalam hitungan kurang dari lima detik. Ken sudah ada di hadapan Mika dan menghalangi pintu ruangan Mika. Menghalangi wanita itu agar tidak masuk ke ruanganya seperti kemarin.                “Kita perlu ngobrol!” sergah Ken dengan nafas yang memburu, berkali kali gagal menemui Mika karena pengawasan ketata sekuriti sialan!                “Aku engga mau.” Mika menerjang tangan Ken berusaha untuk meraih gagang pintu dan berlindung di ruangannya, semoga saja Mika bisa seberuntung seperti hari itu.             &
Baca selengkapnya

27

27            Raka mengeratkan pelukannya pada Mika, menggeret tubuh lemas Mika yang sudah tak bertenanga dan mendudukan wanita itu di sofa. Dengan pelukan yang tak lepas sedikitpun Raka menutup pintu agar tak ada yang bisa mengganggu Mika. Raka menenangkan Mika.            “Jangan takut....” ucap Raka menenangkan. Ia mengusap rambut Mika dan punggung Mika bergantian untuk memberikan ketenangan pada perempuan yang sedang menangis terisak di dekapannya itu.            “Saya..... takut...” rengek Mika seperti meminta perlindungan lebih dari Raka. Laki laki itu berharap, ia ada di tempat dan waktu kejadian saat Mika sedang di sakiti orang orang itu. Jujur, yang paling menyakiti Mika bukanlah cacian Istri Ken. Tapi pandangan orang orang yang merendahkan dan menyakitinya secara
Baca selengkapnya

28

28                Mika masih menarik nafas yang sangat panjang setelah ciuman yang tadi ia kira takan ada hentinya itu. wajah Raka sekarang.... sungguh! Ini sebuah siksaan untuk Mika. Kalau tadi ia tanpa sadar membalas ciuman laki laki itu.                Sekarang dengan tampilan Raka yang acak acakan dan nafas yang sama seperti Mika, saling beradu untuk mendapatkan udara.... Mika ingin sekali mencium Raka dengan kesadaran penuh. Tapi tiba tiba tubuh Mika lemas dan hendak terjatuh.                Dengan sigap, Raka meraih tubuh Mika dan menopang tubuhnya.                “Kamu baik baik kan?” tanya Raka dengan sangat khawatir. Bibir Mika yang sen
Baca selengkapnya

29

29                Pagi seperti bergulir sangat cepat. Mika bahkan tak percaya pada keputusannya sendiri, tentang arti hubungannya dengan seorang dokter bernama Raka.                Menepuk wajahnya berusaha menyadarkan diri, Mika melihat pintu sekali lagi. Raka belum juga muncul, padahal di pihak Mika. Wanita itu sudah siap dan bulat akan tekadnya. Memantapkan diri dengan jawabannya pastinya.                “Ah masih tiga puluh menit.” Gerutu Mika dengan raut wajah kecewa karena jam Raka untuk memeriksanya masih tiga puluh menit kedepan. Dan Mika seketika di landa rasa bosan. Rasanya tiga puluh menit yang ini berlangsung lebih lama dari waktu semalaman ia menunggu fajar.        &
Baca selengkapnya

30

Langkah sebal Mika, kian menghentak saat meninggalkan Pevita.                “Dasar perempuan nyebelin!! Engga kenal berani komentar.”                Mika menghentak hentakan kakinya lagi sampai ia merasa kalu selang infusnya menegang di nadi lengan kanannya.                “Aw..!” Mika meringis karena meraskan sakit, kesal dan marah sekaligus. Kesal karena bertemu manusia spesies seperti Pevita, juga marah karena tak bertemu dengan Raka setelah hampir memutari rumah sakit seharian.                “Aw... kaki jadi sakit begini...” keluh Mika sambil mengambil posisi duduk dan memijit betisnya yang pegal pegal. Baru kali in
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status