Home / Romansa / My Precious Baby / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of My Precious Baby: Chapter 41 - Chapter 50

59 Chapters

BAB 39

Pagi ini seperti biasa Janu duduk di salah satu kursi meja makan dekat jendela, di hadapannya mangkok bubur yang isinya sudah tandas sejak satu jam lalu masih disana dengan gelas kosong yang tadinya berisi air putih hangat. Kopi di cangkir masih sedikit mengepul, dia menyesapnya beberapa kali dalam sekali teguk untuk menikmatinya sambil membaca berita di Ipad. Cklek. Janu menggerakan matanya, mengikuti alur suara, senyumnya mengembang ketika pintu kamar terbuka dan gadis kecilnya keluar dari sana. Dengan wajah yang masih mengantuk, rambut acak-acakan mendekat padanya. “Selamat pagi, sayang.” Ucapnya lembut, mengecup puncak kepala Alba yang kini menguap dan menggosok-gosok matanya, gadis kecil itu berada di pelukan Janu kurang lebih 5 menit sampai pengasuhnya datang dan mengajaknya mandi. Pemandangan yang setiap pagi selalu terulang dan dia sukai. Janu, tidak pernah memiliki sudut favorit di rumah ini. Rumah yang dia beli sejak lama namun jarang sekali dia tempati, dia lebih sering
Read more

BAB 40

Hidup seseorang tidak akan ada yang pernah tahu, seperti kehidupan seorang bujangan yang tidak pernah memikirkan hal lain selain pekerjaan dan mengejar karir setinggi langit. Janu. Setelah kedatangan putri kecil, hidupnya berubah drastis. Yang tadinya makan dan tidur adalah hal kesekian dalam hidup, kini menjadi prioritasnya. Yang tadinya rumah hanyalah tempat singgah sementara kini dijadikan fungsi sesungguhnya. Mengerjakan pekerjaan kini diburu waktu untuk pulang ke rumah, untuk bertemu putri kecilnya, disela kerjanya kini ada hal lain yang harus dia kerjakan, menelepon putri kecilnya. Setelah berita mengenai dirinya keluar di media, banyak sekali pro dan kontra mengenai mengapa dia dibolehkan mengasuh putrinya padahal pernikahan tidak diselenggarakan, benar, tidak ada pernikahan. Kasarnya, anak itu adalah anak yang lahir diluar pernikahan. Banyak tanggapan masyarakat mengenai hal ini, termasuk bagaimana pertanggung jawaban Janu sebagai seorang publik figur yang pastinya dilihat ol
Read more

BAB 41

Hari ini adalah hari libur untuk Alba, seperti biasa dia diperbolehkan untuk bangun siang hari. Namun sejak malam dia tidur dengan gelisah, ingin cepat-cepat pagi datang. Ceritanya, kemarin dia bertemu dengan Tante Geya. Iya, tante Geya yang sangat dia sayangi itu datang ke rumahnya untuk pertama kalinya. Sebenarnya ketika dia berangkat sekolah, Dad sudah memberitahunya kalau tante Geya akan datang nanti sore, jadi Dad mengajaknya untuk berbelanja. Alba suka berbelanja, apalagi berbelanja untuk keperluan bertemu dengan tante Geya. Jadi begitu sampai di taman kanak-kanak dia mulai berceloteh mengenai hal itu pada Nina dan ibu guru, keduanya terlihat sangat antusias mendengar ocehannya, dia jadi semakin tidak sabar. Beberapa kali dia bertanya pada ibu guru apakah sudah waktunya pulang? Bahkan ketika waktunya tidur siang dia sudah bisa memperkirakan kapan bisa pulang. Bangun tidur siang, makan camilan, bernyanyi, kemudian menggambar, berhitung setelahnya pulang! Dia ingin cepat
Read more

BAB 42

Geya tersenyum kecil ketika dia melihat si kecil Alba sudah penuh semangat di depan pintu gerbang saat dia datang, gadis kecil itu mengurai rambutnya yang sepanjang pinggang dan memakai topi berwarna coklat muda, menggunakan sweater berwarna merah muda serta rok rempel berwarna abu-abu dipadu padankan dengan kaos kaki dibawah lutut, sepatu kets abu-abu. Geya begitu gemas melihatnya, Janu benar-benar bisa memakaikan baju yang cocok itu si gadis kecil.“Tante! Ayo kita pergi!” Ucapan itu begitu penuh semangat menyambut Geya yang kini sudah memasuki gerbang dan semakin tersenyum lebar menyambut tangan mungil Alba.“Ya ampun! Cantik banget hari ini!” Pekik Geya, berjongkok di depan Alba yang sekarang salah tingkah karena pujiannya.“Dad memilihkan baju.” Katanya berusaha menjelaskan, “Ini dari paman Javis.” Dia menunjuk pada sweater merah mudanya. Geya terkekeh. Jadi, Javislah yang mengenalkan si kecil ini pada sweater
Read more

BAB 43

Pernikahan yang tertanam di kepala Geya adalah happy ending stories yang selalu dielu-elukan di setiap buku cerita ataupun cerita para putri yang dia baca sejak kecil.“Akhirnya mereka hidup bersama selamanya..”Narasi itu terngiang di kepalanya dan menempel dengan begitu lekat, melihat kedua orangtuanya yang hidup seperti narasi tersebut sampai maut memisahkan keduanya membuat Geya yakin bahwa narasi itu benar. Ketika sudah menikah dengan orang yang kita cintai adalah akhir dari semua perjalanan. Bahwa pernikahan adalah sebuah tujuan dari hidup seseorang.Maka sejak dia pertama kali mengenal cinta, dia mencurahkan segalanya terlebih lagi ketika pria itu berkata bahwa dia memang ingin serius dengannya. Pernikahan yang dia impikan hanya bertahan selama beberapa tahun sebelum akhirnya kandas, pernikahan yang dia pikir akan menjadi akhir dari perjalanan hidupnya itu kini bahkan tidak ingin dia ingat lagi. Terlalu menyakitkan, pria itu,
Read more

BAB 44

Janu membaca pesan yang baru saja masuk, dari Geya. Mencoba membacanya dengan seksama setiap baris kalimatnya dia resapi seolah itu adalah pesan dari pak Barata yang tengah mengirimkan materi project lagu selanjutnya. Tapi ini adalah pesan yang lebih penting dari sebuah project, ini demi masa depannya. Iya, masa depan hubungan yang sudah lama tidak dia lakukan. Hubungan yang selama ini tidak pernah terlintas di benaknya, hubungan serius. Dia membaca pesannya, membacanya lagi dan lagi mencoba meyakinkan kalau apa yang dia baca adalah benar. Kemarin malam dia berhasil mengutarakan perasaannya pada Geya, setelah sekian lama bergulat dengan apakah dia harus jujur pada wanita itu atau tidak, akhirnya dia melakukannya juga. Perasaan itu tidak bisa dia sembunyikan lagi, semakin bertemu dengan Geya perasaan ingin bersama selalu muncul. Dia menyukai bagaimana kedua orang yang dia sayangi berinteraksi, dia menyukai bagaimana Geya meneleponnya, cara wanita bicara, tertawa, memasak untuknya atau
Read more

BAB 45

Pagi ini, Geya membuka mata dengan perasaan campur aduk ketika dia mendengar sebuah lagu dalam tidurnya lagu yang terus berulang-ulang diputar sehingga membuatnya bangun dari tidur yang nyenyak. Sebuah lagu mengenai seorang perempuan yang bertanya kepada pasangannya apakah ada yang salah dengannya, mengapa dia ditinggalkan begitu saja. Geya bangun dengan airmata yang mengalir, di dalam lagu tersebut si perempuan meminta si pasangan menjelaskan mengapa tiba-tiba hal-hal kecil yang sebelumnya bisa dimaklumi menjadi masalah yang besar hingga dia bertanya mengenai hal-hal kecil tersebut. Geya menangis karena kemudian dia jadi teringat bagaimana dia bertanya hal yang sama pada Diraya ketika mereka masih menjadi suami istri, mereka bukan bersama untuk waktu yang singkat, sebelum menikah mereka melalui waktu yang lama sampai akhirnya menikah. Lalu, mengapa kemudian Diraya pergi tanpa alasan, tanpa kata, meninggalkannya seperti barang tidak terpakai, tidak berharga. Dia merasakan hal itu la
Read more

BAB 46

Diraya terdiam, menatap jalan yang lengang namun beberapa mobil masih berkeliaran. Dia menyesap kopi di dalam gelas plastik bekas aqua yang tadi dia terima dari penjual kopi keliling, dia tengah berada di pinggir jalan. Duduk diatas trotoar, menikmati kopi murahan serta rokoknya. Pikirannya tengah semrawut, dari sejak menikah dengan Yara tidak ada sedikitpun rasa bahagia dia rasakan, ya terus menerus meneriakinya ketika mereka sedang adu argumen, atau menyakitinya dengan mendorong, menampar, dia juga beberapa kali memergoki Yara mengecek ponselnya bahkan menguntit kemanapun dia pergi. Lama-lama ini menjadi memuakkan. Lama-lama dia merasa menjadi tidak bebas akan hal itu. Apa yang dia harapkan sudah tercapai, mobil dan rumah mewah, uang yang seperti tidak ada habisnya di dalam rekening bank. Itu semua yang dia inginkan, yang dia harapkan setelah pernikahannya dengan Geya dulu. Pernikahan yang diawali dengan cinta itu lama-lama menjadi membosankan, melihat Geya yang begitu menurut pa
Read more

BAB 47

Alba memanglah anak berusia 5 tahun saja, bulan depan dia akan menginjak usia 6 tahun. Itu akan menjadi tahun keduanya bersama ayah dan keenam pamannya, serta keluarga barunya. Alba kini sudah bisa memahami bahasa Indonesia yang baik, dia juga sudah bisa merangkai kata dalam bahasa Indonesia menjadi sebuah kalimat. Dia sudah bisa menjawab pertanyaan oranglain dengan baik, dan sopan. Alba sudah bisa berbaur di taman kanak-kanak, selain Anna kini dia sudah punya cukup banyak teman. Bulan depan bertepatan dengan ulang tahun ke 6 dia juga wisuda dari taman kanak-kanak dan bersiap masuk sekolah dasar. Ada rasa takut dan juga semangat yang membuatnya ingin segera masuk tempat baru. Tapi, dia juga tahu kalau ayahnya selalu berpikiran pesimis untuk mendaftarkannya sekolah. Dia juga tahu ayahnya suka takut dia jadi bahan omongan jika seseorang tahu siapa dirinya, siapa Alba Parvati. Dulu, Alba tidak terlalu mengerti kemudian dia menyadari beberapa orang yang mengenalinya sebagai anak Janu Kri
Read more

BAB 48

Akhir-akhir ini Janu tengah disibukkan dengan beberapa finishing projectnya bersama Kiyoko, Kiyoko sudah mulai syuting untuk pemotretan album dan juga syuting Music Video. Keseluruhan lagu sudah rampung, namun ada beberapa bagian yang mesti diedit, diselesaikan ataupun masih harus dipantau. Dia memakan waktu hampir 10 jam sehari di studio untuk menyelesaikannya. Hubungannya dengan Geya sudah berjalan tiga bulan dan dalam rentang waktu itu juga tidak ada perubahan signifikan terjadi, Geya sibuk dengan project barunya sekarang, membuat seri spesial untuk bukunya. Dia mengerti kesibukan Janu, dan Janu juga sama, mengerti bagaimana sibuknya Geya dengan project terbarunya. Alba seperti biasa harus dioper kesana kemari dalam beberapa waktu, Janu tidak sampai hati harus melibatkan Geya dalam pengurusan Alba. Bagaimanapun, mereka belum dalam tahap kesana, maksudnya, Geya belum menjadi ibu sah Alba. Untungnya, Magani dan Yuwa punya waktu luang lebih. Yang lain sedang dalam pekerjaannya masi
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status