Home / Pernikahan / WANITA RAHASIA SUAMIKU / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of WANITA RAHASIA SUAMIKU: Chapter 1 - Chapter 10

33 Chapters

Siapakah Desi?

Baru saja para tamu undangan pergi, aku melangkahkan kaki mencari keberadaan Mas Rafael yang sejak 10 menit lalu meninggalkanku sendirian dipelaminan sederhana ini. ‘Apakah mungkin ia ke kamar?’ pikirku.Gegas aku berjalan menuju kamar sambil memegang ujung gaun pernikahan yang kukenakan tadi. Sesampainya aku di depan pintu kamar kami, tidak sengaja aku mendengar pembicaraan antara Mas Rafael dan Desi, si adik iparnya yang sering dia ceritakan itu."Pokoknya aku gak suka kamu memanjakan perempuan itu nantinya. Suruh dia membersihkan semua ruangan di rumah ini sama mencuci semua piring-piring itu !!" ucap Desi pada suamiku."Tapi sayang ... Alena pasti capek, bisa nggak sih kamu melakukannya saja dulu, biarkan Alena beristirahat dulu,” jawab Mas Rafael memelas."Halah ... biarkan aja dia kerja, biar tau rasa dia, gak usah kamu terlalu mengasihaninya, lama-lama bisa jadi bertingkah dia. Kebiasaan nanti kedepannya. Lagian ya, Mas, ingat jan
Read more

Tak sengaja menguping pembicaraan suamiku dan Desi. Hal apa yang sudah mereka lakukan sebelumnya?

Sesampainya di kamar, aku meminta tolong Mas Rafael untuk membuka resleting gaun yang kukenakan. Sesaat, dia menatapku, seperti sedang memikirkan sesuatu, sebelum akhirnya mendekat ke arahku dan membantu melepasnya. Aku merasakan hawa panas di sekujur tubuhku, dan seketika bulu romaku merinding, ketika tak sengaja tangannya menyentuh bahuku.Seketika kesadaran menyentakku, agar tak membiarkan dia melepas sepenuhnya gaun ini. Setelah resleting belakang gaun terbuka, segera aku memutar posisiku yang membelakanginya, dan menghadapnya."Udah, Mas, gak apa-apa, biar aku saja yang lanjutin membukanya," ujarku padanya sambil memegang bagian atas gaun itu agar tak melorot dan menampakkan bagian dadaku kepadanya, karena bagaimanapun aku tak sudi disentuh oleh pria yang ku anggap telah membohongiku ini, meskipun dia telah sah menjadi suamiku."Mas, tolong ambilkan aku minuman," pintaku padanya mencari alasan, agar dia tak melihatku ketika berganti pakaian. Ketika dia kelu
Read more

Flashback pertemuanku dengan Mas Rafael dulu

Aku mencoba memejamkan mataku, tidur dengan posisi memunggunginya, untung saja dia sudah terlelap duluan. Terdengar dengkuran halus dari hidungnya, bersahut-sahutan dengan detak jam di dinding kamar yang baru kutempati. Entah mengapa, rasa kantuk masih belum juga menghampiriku.Tiba-tiba saja aku teringat quotes dari Benjamin Franklin yang mengatakan: "Bukalah matamu lebar-lebar sebelum pernikahan, dan setengah tertutup sesudahnya."Aku menyesal, kenapa baru sekarang aku menyadari hal tersebut.Aku memang terlalu bodoh, karena termakan sikap baik dan tutur manisnya padaku. Sebelum menerima lamarannya dulu, semestinya aku harus mencari tahu bibit, bobot, dan bebetnya. Ya, tiga kata yang selalu papa ingatkan padaku dulu, bila waktunya tiba untuk menemukan pendamping hidup. Papa selalu mengingatkanku untuk tidak tertipu tampan dan  mulut manis lelaki. Akan tetapi, besarnya rasa suka dan cintaku pada Mas Rafael kala itu, bahkan menutup ma
Read more

Disuruh membabu

  Aku terbangun ketika cahaya mentari pagi menilisik di antara celah-celah kamar yang baru kutempati ini. Tak berselang lama, terdengar gedoran di pintu kamarku, disertai teriakan suara perempuan, ya, siapa lagi kalau bukan Desi. Aku meraba dan menoleh ke samping, tak ada suamiku di sebelahku. Apa mungkin ia sudah berangkat ke kantor? Ah, tak mungkin. 'Bukankah saat ini dia masih cuti,' batinku dalam hati. Dengan malas aku berjalan mengambil sisir di meja riasku yang baru itu. Menyisir rambutku yang terasa kusut ini. Ide di pikiranku seketika menyuruhku untuk mengerjain Desi saja. Aku mengacak-acak rambutku, me-makeup-in pipiku dan leherku, membuat tanda menyerupai cupang, biar saja dia kira aku dan Mas Rafael sudah bercumbu malam ini, dan berprasangka bahwa ini tanda ini adalah kissmark dari Mas Rafael. Aku membuka pintu kamar, dan Desi tengah melintas di hadapanku. "Mengapa Des ..?" tanyaku sambil berakting dengan memegang-megang leherku yang t
Read more

Ke rumah Bik Ijah

Aku terbangun, ku lihat di sebelahku sudah ada suamiku tengah terbaring sambil memelukku. ‘Ah, manisnya wajahnya,’ gumamku. Tapi, kenapa tiba-tiba aku ada di kamar bersama dia? Bukankah tadi aku tengah berbaring di sofa ruang keluarga sambil menonton drakor? ‘Hmm ... mungkin saja aku ketiduran, dan dia mengangkatku,’ tebakku dalam hati. Pelan-pelan aku menggoyangkan badannya untuk membangunkannya. “Mas, bangun, Mas ... “ ujarku padanya. “Hmm ... “ Ia menggeliat sambil mengucek mata. “Selamat pagi, Sayang,” sapanya padaku sambil mengusap lembut pipiku. Aku yang tak bisa menahan hati, dengan rasa penasaranku yang menggebu-gebu langsung memperlihatkan foto mereka yang sempat ku foto pakai HP tadi. “Mas, sepertinya foto ini keren, yah, Mas. Keluarga bahagia,” sindirku padanya. Seketika wajahnya memucat. Terlihat jelas rasa kaget di air mukanya. Namun, dia berusaha menguasai diri dan bersikap
Read more

Mengorek info tentang hubungan Desi dan Mas Rafael

Satu jam dalam perjalanan, akhirnya kami tiba juga. Setelah bertanya sana-sini, akhirnya kami sampai juga di alamat yang tertulis di kertas yang ku dapati dalam lemari kamar Bik Ijah.Setelah mengetok pintu dan mengucapkan salam beberapa kali, akhirnya pintu dibuka oleh seorang wanita paruh baya. Wanita ini terlihat anggun meski dengan berpakaian sederhana. Meski kepalanya telah dipenuhi sebagian uban, tetapi dengan gaya rambutnya yang ia gulung kebelakang itu membuat wanita ini tampak anggun dan berwibawa.“Ya, Neng. Neng-neng ini siapa, ya, dan hendak apa?” tanyanya menyelidik pada kami. “Ayo, silakan masuk dulu, silakan duduk,” ajaknya pada kami dan mempersilakan kami duduk.Setelah duduk, aku mulai berbasa-basi dan memperkenalkan diri. Ku lihat rasa kaget di wajahnya ketika aku memberitahu bahwa aku istrinya Mas Rafael, majikannya dulu di kota. Ia manggut-manggut, sebelum akhirnya menanyakan maksud kedatangan kami padanya.&ldq
Read more

Toloong ... !!!

“Pak, stop ... stop dulu,” kataku pada supir grab yang kami tumpangi.Mendadak mobil kami berhenti.“Ada apa, Mbak?” tanyanya bingung.“Mundur, Pak. Mundur dikit mobilnya,” perintahku padanya.Tanpa banyak tanya ia menuruti. Mobil bergerak mundur perlahan. Lalu, aku menyuruhnya menghentikan mobil, ketika sampai di dekat tempat di mana aku melihat wanita yang mirip Desi tadi.“Kenapa, sih, Lena?” Tanya Vika penasaran.Tanpa menjawab, aku mengeluarkan ponsel, lalu memfoto wanita itu yang tengah bersama dengan seorang pria, tetapi pria itu bukan suamiku.Vika melongokkan kepalanya untuk melihat apa yang sedang ku foto. Spontan aku menariknya, dan menutup jendela mobil, agar kami tak terlihat oleh Desi.“Itu sepertinya Desi, baju yang dia pakai sama dengan yang dikenakannya tadi pagi saat berangkat dari rumah,” terangku padanya.Vika hanya manggut-manggut, sambil me
Read more

Ciuman pertama

“ Toloongg ... “ jeritku meronta sambil memalingkan wajah darinya.Dia semakin mendekatkan bibirnya ke arahku, dan mendaratkan sebuah ciuman di bibirku. Semakin aku mencoba bergerak untuk melepaskan diri dengan menggoyang-goyangkan kepalaku, dia malah semakin memepetku dan melumat bibirku. Antara terbuai oleh perasaan menikmati dan juga seketika merasa jijik membayangkan bahwa hal yang sama pasti pernah dia lakukan dengan Desi.Dengan sekuat tenaga aku mendorongnya dan menjerit, “Lepaassskannn!!!” Refleks ia melepasku.Sementara aku mengusap kasar bibirku yang ku rasa najis karena telah ternoda oleh lelaki yang telah menghianatiku ini.Sesaat ia mematung menatapku, seperti yang sedang pulih kesadaran. “Maaf, Alena,” ujarnya menarik napas berat. “Aku terbawa perasaan. Tolong jangan pernah ucapkan lagi kalimat perceraian padaku, jika kamu tak ingin aku berbuat macam-macam padamu,” tekannya padaku.
Read more

Rekaman CCTV

Aku memilih untuk mengunci pintu kamar, tak berniat untuk melihat wajah Mas Rafael, apalagi bila harus sekamar dengannya malam ini. Kejadian tadi sungguh sangat membuatku malu bila mengingatnya. Jujur saja, selama mengenalnya, ia belum pernah mengecup bibirku, apalagi berbuat macam-macam padaku.Menenggelamkan wajah ke kasur dan menutup kepala dengan bantal adalah hal yang kulakukan agar tak terpengaruh oleh perdebatan dan adu mulut mereka berdua di luar yang masih terdengar samar-samar di telingaku. Ku coba menutup mata, berharap bisa tidur nyenyak, meski pikiranku sedang menyusun rencana agar bisa menjebak keduanya. ‘Sepertinya aku harus berpura-pura pulang ke rumah orang tuaku saja,’ pikirku.Esoknya, kala mentari sudah mulai menampakkan sinar dan kehangatannya, aku gegas mempersiapkan diri dan beberapa keperluan pribadi yang ku butuhkan saja selama pergi seminggu itu yang akan ku bawa. Tak lupa juga aku meletakkan beberapa CCTV yang ku sambung di HP yan
Read more

Menyelidiki si Gondrong

Melihatku mengkerutkan kening sambil menatap layar ponselku, membuat Vika mendekatiku dan turut nimbrung. “Kenapa, Len?” tanyanya sambil melihat ponselku, lalu aku kembali memutar rekaman CCTV yang barusan kulihat tadi. “Halah, dasar ganjen! Cowok mana aja diembat!” lontar Vika padaku. “Kamu kenal cowo ini gak, Vik?” tanyaku penasaran. “Gak,” jawabnya. “Kayaknya kita harus cari tahu siapa lelaki itu,” ucapku. “Oke, mari kita came on!” ajak Vika sambil meraih kunci motor dan helmnya. “Loh, ke mana?” tanyaku bingung. “Lakukan penyamaran!” ujarnya sambil menarik kaca helmnya kebawah. “Penyamaran apa?” “Lah, untuk menyelidiki siapa itu si gondrong!” tukas Vika berlalu menuju motornya. Aku menurut saja. Gegas kumasukkan ponselku dalam saku celana, memakai jaket hoodie pinkku dan menutupi kepala dengan topi jaket tersebut, serta tak lupa memakai masker agar penyamaran ini tak ketahuan. Kusodork
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status