Home / Romansa / Menikahi Dua Pria / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Menikahi Dua Pria: Chapter 81 - Chapter 90

108 Chapters

"Hiatus"

Selamat pagi, Readers semua yang author cintai. Mohon maaf, karena satu dan lain hal cerita Ken dan Aira belum bisa saya lanjutkan.Setelah berpikir berkali-kali, rasanya apa yang saya tuliskan belum maksimal. Rasa naskah semakin memudar di dalam hati saya. Jadi, dibandingkan mengunggah bab tanpa perasaan, lebih baik saya tunda sampai "feel" cerita ini kembali.Jadi, melalui pengumuman ini, saya nyatanya untuk sementara novel "Menikahi Dua Pria" terpaksa "hiatus" sejenak. Namun, saya berjanji akan segera menyelesaikannya setelah kondisi memungkinkan. Jaga kesehatan kalian, ya. Semoga kita semua dalam perlindungan Tuhan.Selagi menunggu buku ini diperbarui, kalian bisa baca cerita saya yang lain. Atau baca juga karya Rae_1243 yang berjudul "Pelakor Berkelas". Ada Angel dan Adam yang akan membuat kalian ikut emosi.Terima kasih perhatiannya, mohon maaf atas ketidaknyamanan Readers semua. 🙏Salam cinta,Hanazawa^^
Read more

Bab 81. Tamu Tak Diundang

"Di mana kalian menyembunyikannya?!" Pria dengan bekas luka sayat di pipi menggebrak meja, tampak kehilangan kesabaran. Tabiatnya memang seperti itu, mendahulukan otot dibandingkan otak. "Maaf, saya tidak mengerti siapa yang Anda cari. Tolong jangan membuat keributan tengah malam begini." Brak! "Kalian geledah seluruh kamar yang ada. Temukan wanita hamil itu secepatnya!" Orang-orang berpakaian hitam segera membubarkan diri dari belakang ketua gengnya, mulai memasuki bagian dalam penginapan seperti yang diperintahkan. "Tuan, Anda tidak bisa seperti ini. Kami akan mendapat keluhan karena waktu istirahat mereka terganggu." "Diam!" Sebuah tamparan mendarat di wajah resepsionis itu, membuatnya harus jatuh terjerembap ke lantai. Sakura yang baru keluar dari ruang penyimpanan anggur segera mendekati ayahnya, membantu pria 55 tahun itu berdiri. Di saat yang sama, para gangster yang ditugaskan untuk menggeledah kamar penginapan mulai kembali. Mereka melaporkan kalau tidak ada wanita ya
Read more

Bab 82. Tidak Ada Jalan Keluar

"Astaga, Nona. Apa yang harus kita lakukan?!" Sakura menyembunyikan Aira di belakang tubuhnya. Segerombolan pria berpakaian hitam menghadang mereka dalam cahaya remang-remang. Dia tidak tahu mereka datang untuk menangkap Aira Nagasawa atau justru sebaliknya.Aira tidak bisa menjawab. Keringat dingin semakin membanjiri pelipisnya. Belum lagi tangan dan kakinya yang gemetar, penuh ketakutan. Dia sama sekali tidak bisa bela diri, belati hitam di tangannya tidak akan berpengaruh banyak.Sakura melirik kanan kiri, mencari jalan keluar yang terbaik. Sayangnya, kebun stroberi ini tidak memiliki pintu selain di belakang sana yang terhubung dengan penginapan, dan satu lagi yang dipenuhi oleh orang-orang misterius itu. Sungguh tidak ada jalan keluar sama sekali."Nona, tetap di sini, saya akan ....""Tangkap mereka!"Belum sempat Sakura menyelesaikan kalimatnya, salah seorang pria di depan sana sudah berteriak. Satu per satu merangsek maju, siap menyergap dua wanita bertubuh mungil yang terliha
Read more

Bab 83. Umpan Bunuh Diri

Sebuah peluru menyerempet lengan Aira, membuat sweater yang melekat di tubuhnya robek dan darah segar keluar dari sana. Langkahnya sempat terhenti, jatuh terjerembap di atas tanah yang sedikit basah. "Lari, Nona!" Lagi-lagi Sakura masih berusaha berteriak dengan tenaga yang tersisa. Matanya kembali awas menoleh ke sekitar, mencari apa saja yang bisa menghambat pergerakan orang-orang yang mengejar Aira. Dengan segala cara, Sakura merangkak ke samping. Dia mengumpulkan seluruh tenaganya demi menggeser sebuah drum kosong yang biasa digunakan untuk mencairkan pupuk. Hanya dalam hitungan detik, suara berkelontang menandakan benda itu tumbang. Selarik kusen kayu yang sedianya akan digunakan untuk merenovasi kebun stroberi, tiba-tiba berjatuhan. Para pengejar Aira tidak menyangka akan mendapat sambutan dari puluhan batang kayu berbentuk kotak itu. Beberapa tumbang karena terhantam kepalanya. "Sial! Menyusahkan saja!" Dor! Sebuah tembakan kembali dilesatkan oleh salah satu dari mereka ke
Read more

Bab 84. Terselamatkan

WARNING: Terdapat adegan brutal. Bukan untuk ditiru!"Mungkin ini jalan terakhirku untuk menyelamatkan diri," batin Aira sembari menggenggam erat belati di tangannya, bersiap menggoreskan benda tajam itu ke pergelangan. Bisa dipastikan darah segar keluar dari sana dan bisa mengantarkannya menuju alam baka."Tunggu!"Pria yang sempat menendang pinggang Aira sesaat lalu, mendekat sambil mengacungkan tangannya ke atas. Dia tidak bisa membiarkan buruannya mati begitu saja atau tidak sepeser pun bisa dia dapatkan dari orang-orang yang menyuruhnya."Jangan bodoh, Nona! Tolong berikan belati itu pada saya," pintanya sambil berusaha maju mendekati Aira. Terlihat jelas kekhawatiran di wajahnya. Berkali-kali harus meneguk ludah dengan paksa."Kenapa? Kalian akan mendapat masalah jika aku mati?"Aira mengacungkan pisaunya, membuat dua orang menyingkir dan memberinya jalan. Tak ada lagi ketakutan dari sorot matanya. Dia sudah membulatkan tekad untuk mengambil alih keadaan. Meski begitu, hatinya t
Read more

Bab 85. Detak Jantung Melemah

Dengan langkah hampir seperti berlari, Ken membawa istrinya keluar dari mobil menuju instalasi gawat darurat. "Suster, Dokter, tolong ada pasien pingsan di sini!" Kosuke berteriak sambil berlari mendahului tuannya, membukakan pintu yang menghubungkan ruangan itu dengan dunia luar. Beberapa petugas segera mendekat, membantu Ken menurunkan Aira ke atas ranjang periksa. Dua orang yang lain segera menyiapkan peralatan pembersih luka. Sweater yang digunakan oleh Aira basah oleh darah, merembes ke gaun lengan pendek yang dipakainya. Petugas segera membersihkan lukanya, juga memeriksa tanda-tanda vital lainnya. "Tuan, silakan tunggu di luar." Seorang petugas membawa Ken keluar dari ruangan itu, segera menutup pintu yang semula terbuka dengan paksa. "Saya ingin melihat istri saya." "Tolong tetap tenang. Istri Anda akan baik-baik saja." "Dia kehilangan banyak darah, bagaimana mungkin baik-baik saja?!" Ken yang terbawa perasaan, tak lagi memedulikan kesopanan dan mengabaikan tulisan dilar
Read more

Bab 86. Buka Mata, Buka Hati

"Minumlah," pinta Kakek sambil mengulurkan sekaleng soft drink pada Ken yang sedari tadi terus menggenggam tangan Aira. Pria itu tak beranjak sedikit pun dari sana sejak diizinkan masuk. Seluruh atensinya hanya tertuju untuk istrinya tercinta."Kakek, Aira seperti ini karena aku tidak bisa menjaganya dengan baik."Kakek Subaru menggeleng. Tidak ada yang salah di sini."Aku yang sudah membuat Aira pergi."Seulas senyum terbit di wajah pria lansia yang seluruh rambutnya berubah menjadi putih. Kearifan tampak jelas dari sorot matanya. Asam pahit kehidupan telah dia lalui, tidak semudah itu menyalahkan Ken akan apa yang terjadi pada Aira."Bolehkah orang tua ini bicara sedikit banyak?"Ken menoleh, menerima kaleng minuman dingin dan meletakkannya begitu saja di atas nakas."Kau tahu, Aira tetap akan celaka meskipun kau mengurungnya di dalam kamar sekalipun."Hah?!Ken mengerrutkan kening tanda tidak mengerti."Nak, sebelum kau membuka matamu, cobalah untuk membuka hati terlebih dahulu."R
Read more

Bab 87. Wanita Hebat Tak Terkalahkan

Sekuat tenaga Ken berlari dari taman menuju ruang perawatan Aira. Setiap kalimat yang kakeknya ucapkan, terbayang di kepala. Dia tidak akan sanggup hidup tanpa wanita yang sudah membuatnya jatuh cinta."Ai-chan!" teriak Ken saat membuka pintu, membuat Sayaka menoleh dengan wajah terkejut.Mengabaikan pertanyaan ibunya, Ken mendekat ke arah Aira sang istri dan langsung menghujani wajahnya dengan ciuman. Dia mengabaikan ventilator yang menutupi sebagian mulut dan hidung."Ada apa? Apa yang terjadi?"Sayaka menarik tubuh putranya, takut gerakan Ken yang terkesan buru-buru itu justru berakibat fatal pada kondisi menantunya yang belum siuman juga.Bukannya menjawab, Ken kembali menciumi kening dan pipi Aira. Bertubi-tubi, tanpa henti seolah itu saat terakhirnya bisa membersamai sang istri."Apa yang dia lakukan?" gumam Sayaka dengan kening berkerut tanda tidak mengerti tingkah putra semata wayangnya. Dia paham betul, Ken bukanlah seseorang yang mudah bertindak impulsif seperti itu. Lagi pu
Read more

Bab 88. Candu Baru

"Ken," panggil Aira lirih, tapi berhasil membuat Ken telonjak seperti melihat hantu. Keheningan di ruangan itu membuatnya dengan jelas mendengar suara wanitanya.Seketika itu juga dia mengangkat wajahnya dari tangan Aira dan menatap wajah yang sebagian tertutup alat bantu napas. Mata sipitnya membola, hampir tak percaya menatap mata sayu yang saat ini mengerjap dua kali."Ai-chan," ucapnya dengan jantung berdegup kencang. Ribuan rasa syukur dia panjatkan ke hadirat Tuhan, segera beranjak mendekat ke wajah Aira dan berharap mendengar suaranya."Sayang, akhirnya kau bangun."Detik berikutnya, kecupan Ken kembali menghujani wajah Aira. Bahkan, kali ini bercampur dengan rasa haru yang luar biasa. Satu bulir air mata turun membasahi pipi pria itu, bersama napas yang hampir menderu. Hatinya buncah oleh rasa bahagia yang tak terkira.Tangan kiri Aira yang terbebas mencoba meraih lengan Ken, bersama wajah yang menoleh ke samping. Sedikit menjauh dari pria yang sedang tenggelam dalam euforia s
Read more

Bab 89. Kemungkinan Terburuk

"YAMAZAKI KENZO! APA YANG KAMU LAKUKAN?!"Aira hampir berteriak mendapati tangan kiri Ken menelusup di bawah pinggangnya dan tangan kanan mulai meraba sesuatu yang hanya dimiliki oleh kaum hawa. Pria itu memang sengaja melakukannya, tidak peduli tempat maupun pintu yang belum terkunci di belakang sana.Selimut yang semula menyembunyikan tubuh Aira, kini tersingkap dan jatuh ke lantai, menampilkan tubuh kurus Ken yang mendekap erat istrinya. Pria itu bahkan menempelkan bibirnya tepat di pangkal leher wanitanya dan sengaja mencium bagian sensitif itu. Gelenyar aneh segera dirasakan oleh Aira."KEN!" Sekali lagi Aira menyentak galak. Dia berusaha melepaskan diri dari dekapan sang suami."Diamlah. Jangan berteriak atau perawat akan datang kemari dan melihat kita seperti ini."Aira membungkam mulutnya, tapi terus berusaha menyingkirkan tangan dan jari yang semakin kurang ajar di depan sana. Pria itu tak punya malu, sengaja mengalihkan kemarahan Aira ke hal lain yang tidak bisa dimungkiri k
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status