Beranda / Romansa / Menikahi Dua Pria / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Menikahi Dua Pria: Bab 91 - Bab 100

108 Bab

Bab 90. Berlalu Sekedip Mata

"Ai-chan, apa yang kau lakukan?" Ken membulatkan mata setelah berhasil melepaskan bibirnya dari sergapan sang istri yang penuh tuntutan, membuat tubuhnya panas dan menggelora. Untuk pertama kalinya, wanita itu berinisiatif memulai pergulatan panas mereka."Apa lagi? Bukankah kamu menginginkannya?"Ken meneguk ludah dengan paksa, menyadari sorot mata Aira yang mulai berkabut oleh gairah. Padahal, sesaat lalu air mata terkumpul di sana."Selama masih ada waktu untuk bersama, berikan kenangan malam panjang yang tak terlupakan untukku!" bisik Aira di telinga Ken setelah mendorong tubuh suaminya ke belakang. Tangannya sigap menarik tirai yang membungkus ranjang perawatannya, menyembunyikan pergulatan panas yang mungkin akan terjadi.Namun, Ken menahan Aira yang bersiap mencium bibirnya untuk ke sekian kali. Dia masih waras, tidak mungkin membiarkan Aira menggila setelah perawatannya. Bahkan, wanita itu masih dalam tahap pemulihan setelah kejadian besar yang hampir merenggut nyawanya."Ding
Baca selengkapnya

Bab 91. Pengakuan

Aira menarik napas dalam, menarik udara beraroma dedaunan yang basah oleh hujan sesaat lalu. Pertengahan tahun yang mendekati musim panas, sesekali masih diwarnai gerimis. Dengan menahan rasa sesak di dada, Aira duduk di beranda belakang rumah kakek Yamazaki yang seluruhnya terbuat dari kayu. Bahkan, lampion-lampion berwarna kuning keemasan menghiasi setiap sudut rumahnya yang terletak di kaki gunung. Suara hewan melata dan serangga malam menjadi simfoni yang cukup menenangkan untuk Aira. Dia menikmatinya dalam senyap, sesekali berpadu dengan sedu-sedan yang masih bermunculan satu dua. Tangisnya reda, meski tetes air mata masih luruh di pipinya sesekali. Sayaka mendengar jelas pertengkaran Ken dan Aira, tepatnya luapan kemarahan yang tidak biasanya terlontar dari menantunya. Kesabarannya menipis, mengungkap semua ganjalan di dada. "Boleh Ibu duduk di sini, Nak?" tanya Sayaka sembari mengulurkan syal pada Aira, mencegah angin dingin membelai leher dan tengkuknya. Aira bergeming, m
Baca selengkapnya

Bab 92. Sekeping Memori

Ken mengembuskan napas kasar, menyugar rambutnya beberapa kali. Sudah satu jam berlalu dan Aira belum juga kembali ke kamar mereka. Sekeping memori terlintas. Beberapa jam sebelum malam tak terlupakan itu mengusik ketenangannya."Tuan Muda, tolong jaga dia sebentar." Kaneko tersenyum, mendudukkan Aira kecil di hadapan Ken. Langkahnya cepat kembali ke dapur, mengaduk bubur merah kesukaan Ken. Sesekali matanya yang tajam menoleh ke sana kemari, memeriksa sekecil mungkin pertanda dari sekitar mereka.Seekor burung gagak terbang rendah, hinggap di pohon maple yang berjarak beberapa meter dari rumah kayu dua lantai itu. Kaneko melihatnya dengan jelas, tapi berusaha menyingkirkan prasangka buruk yang mulai menghantuinya. Dia tetap tenang dan meneruskan aktivitasnya."Bibi, siapa namanya?" Ken kecil mendongak, menatap wanita yang sibuk di belakang meja dapur dengan apron hitam menggantung di lehernya."Ai," jawabnya singkat, menyajikan semangkuk bubur dengan segelas susu untuk Ken."Aku tida
Baca selengkapnya

Bab 93. Sebuah Keputusan

"Segera hubungi aku jika ada hal mendesak," pesan Ken pada Aira yang mengantarkannya ke pintu depan. Di belakangnya, tampak Sayaka dan kakek Yamazaki mengangguk. Keduanya pasti akan menjaga Aira sebaik-baiknya bahkan tanpa Ken minta.Aira memeluk Ken sekali lagi, kali ini lebih erat dari pelukan saat di kamar tadi. Entah kenapa, dia berat hati melepas sang suami, terlebih dia berkendara seorang diri. Tidak ada Kosuke yang menjemputnya seperti biasa."Kakek, bisakah Kakek mengutus seseorang untuk menemani Ken? Aku tidak bisa membiarkannya sendirian. Kyoto ke Fukuoka bukan jarak dekat. Semua kemungkinan bisa terjadi, bukan?""Love, jangan terlalu paranoid seperti itu. Ini bukan perjalanan pertamaku."Aira menggeleng tegas, tetap menatap Yamazaki Subaru dengan tatapan memohon, "Kakek ...."Embusan napas kasar terlihat dari pria 77 tahun itu, mengangguk sambil menjentikkan jarinya. Tiga orang pria berpakaian serba hitam segera muncul entah dari mana, membuat Ken dan Aira saling pandang."
Baca selengkapnya

Bab 94. Bukan Akhir, tapi Sebuah Awal yang Baru

Tepat pukul sepuluh pagi, orang-orang yang berstatus sebagai investor Yamazaki, Inc. mulai memasuki ruang rapat dan menempati kursi masing-masing. Tak ada satu pun yang memasang wajah cerah, semuanya menyimpan kekecewaan pada Ken yang telah mengacaukan harga saham hanya karena seorang wanita.Seorang wanita berkacamata segera membuka rapat umum yang dihadiri setidaknya lima puluh orang. Perwakilan setiap divisi memaparkan pencapaian mereka selama delapan bulan ke belakang, empat bulan lebih cepat dibandingkan jadwal rapat umum yang seharusnya."Pemaparan berikutnya akan disampaikan oleh pimimpin Yamazaki Incorporated yang telah menjabat selama delapan tahun. Kepada Tuan Yamazaki Kenzo, dipersilakan."Ken menarik napas dalam, membenahi dasinya sekilas sebelum berdiri. Untuk pertama kali, dia menaiki mimbar tanpa bantuan Kosuke. Sontak orang-orang kembali membicarakannya dengan bisikan yang pasti arahnya. Mereka kecewa karena Ken sudah membohongi mereka, pura-pura cacat dan duduk di kur
Baca selengkapnya

Bab 95. Menyadarkan Erina

"Kau gila!" puji Yoshiro sambil menepuk lengan Ken yang berdiri tegap di hadapannya. Decak kagum bersama rasa tidak percaya membuat pria itu menggeleng lebih dari tiga kali.Yamazaki Kenzo yang dikenalnya adalah sosok yang ambisius dan tidak mudah menyerah, tapi demi Aira dia bisa merelakan segalanya. Termasuk melepas kepemilikan perusahaan yang sudah menjadi bagian hidupnya bertahun-tahun ke belakang."Sungguh jalan keluar yang konyol. Kau sengaja menyerahkan 5% saham agar orang-orang itu terpecah fokusnya. Tidak ada satu pun yang tertarik melakukan transfer saham ataupun membelinya."Ken mengangguk, membenarkan ucapan Yoshiro. Tokoh utama yang sekarang menjadi perbincangan semua orang yang mengikuti rapat terbatas bersama jajaran investor dan perwakilan para tetua."Kau tahu, Ken. Aku sudah menghitung satu sampai seratus, tidak ada satu pun pergerakan yang menunjukkan seseorang tertarik mengambil alih saham yang kau serahkan. Itu gila. Mereka terlalu terkejut dengan keputusanmu.""A
Baca selengkapnya

Bab 96. Tamu Spesial

Aira terus menatap layar ponselnya, menunggu panggilan dari Ken. Dia sudah mendengar laporan dari Kosuke satu jam yang lalu. Ken merelakan jabatannya, digantikan oleh salah satu anak angkat kakek Subaru, Yoshiro Nishikawa.Dia penasaran, tapi Ken belum juga membalas pesannya. Pun sama dengan Kakek Subaru dan Sayaka, mereka tak tampak batang hidungnya. Entah pergi ke mana. Hanya beberapa pengawal dan pelayan yang tampak di rumah tradisional itu."Nona, ada tamu untuk Anda." Seorang wanita dengan yukata warna biru tua menghadap Aira yang masih setiap menatap senja di beranda belakang. Semburat merah yang terlihat di angkasa menjadi sedikit hiburan untuknya."Siapa?""Nona Yu dan Dokter Kaori."Aira terkesiap, segera meletakkan ponselnya di atas meja begitu saja dan melangkah ke ruang tamu yang ada di bagian sayap kiri bangunan rumah itu untuk menemui tamu spesial dari jauh. Detak jantungnya seolah saling beradu dengan napas yang menderu. Dia sama sekali tidak tahu, di detik yang sama Ke
Baca selengkapnya

Bab 97. Momen Romansa

"Kalian sungguh tega meninggalkanku sendiri?" Aira menahan tangan Yu, menatap wajah sahabatnya dan dokter Kaori bergantian."Kamu tidak sendirian, Ai-chan. Lagipula, bukankah Ken akan segera kembali? Urusannya di Fukuoka seharusnya sudah selesai. Dia tidak akan membiarkan istri dan anaknya terlalu lama menunggu. Dan lagi, aku tidak ingin menjadi perusak momen romansa kalian berdua."Telunjuk dan jari tengah Yu menjepit hidung minimalis Aira, membuatnya menggeleng seketika. Kaori tersenyum, merasakan kehangatan dua wanita yang jauh lebih muda darinya. Saking sibuknya dengan pekerjaan masing-masing, dia dan sahabatnya tidak pernah bertemu beberapa tahun terakhir."Ai-chan, jangan terlalu lama berada di luar. Pastikan tubuhmu selalu hangat, ya!""Baik, Dokter. Aku akan segera masuk setelah mengantar kalian. Terima kasih karena sudah membawa Yu ke sini."Kaori mengangguk, memeluk Aira sebelum menyuguhkan senyum tulus di bibirnya. Yamada Yu juga melakukan hal yang sama. Bedanya, gadis itu
Baca selengkapnya

Bab 98. Sensasi Rasa Luar Biasa

WARNING! ADULT CONTENT!Ken mengelus pipi Aira, membuat seluruh panas tubuhnya seolah tersalurkan pada wanita yang tengah menggigit bibirnya. Detak jantung di dalam sana terus memompa darah, bahkan lebih cepat dari biasanya. Hormon adrenalin seketika memacu sepasang suami istri itu untuk lebih berani dibandingkan sebelumnya.Cukup lama keduanya saling tatap, menyelami perasaan asing yang berkecamuk mengacaukan logika dan kenangan buruk yang pernah membingkai masa lalu mereka. Setelah berbagai drama, sekarang keduanya menemukan alasan untuk bersatu kembali. Seluruh kesalahpahaman maupun ego masing-masing teredam."You want me?" tanya Ken dengan suara serak menahan gairah. Isi kepalanya penuh oleh berbagai adegan dewasa antara pria dan wanita yang pernah dilihat baik secara sengaja atau pun tidak. Juga bayang-bayang malam panasnya dengan Aira saat masih menyamar sebagai Hiro, pria liar yang tak lain adalah Ken tanpa topeng di separuh wajahnya.Aira mengerjap, mengangguk malu-malu. Tanpa
Baca selengkapnya

Bab 99. Benar-Benar Berakhir

"Erina, berhentilah memperalukan dirimu sendiri," ucap seorang wanita yang merupakan ibu kandung Erina. Dia tak tahan lagi melihat kesedihan anak gadisnya sejak kemarin siang, tapi juga muak dengan pemberitaan yang menyebutkan Yoshiro sebagai pemimpin Yamazaki, Inc. yang menggantikan Ken."Sampai kapan kamu akan menangisi pria yang sudah beristri? Bahkan, dia tidak pernah sekalipun memikirkan kamu. Jangan menangis lagi!" teriaknya dengan nada frustrasi.Erina mengangkat wajahnya, menunjukkan mata sebab dan memerah karena terus menangis sejak semalam. Berkali-kali dia menghubungi Ken, tapi tidak sekalipun mendapat jawaban. Dunianya seolah berhenti berputar, tidak mengingat orang lain yang juga kecewa dan terluka."Bukankah sejak awal Ibu tidak mengizinkanmu kembali? Kamu dengan percaya diri mengatakan Ken pasti akan menerimamu. Omong kosong, bulshit! Kenyataannya, kamu disia-siakan. Dan lagi, orang-orang bahkan tidak memilihmu untuk memimpin perusaahaan busuk itu.""Sia-sia saja semua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status