Semua Bab ASFHA ZIARA: Bab 11 - Bab 20

27 Bab

Saran

Seluruh ruangan sekolah sudah dipenuhi oleh para pelajar, kini mereka sudah berada dikelasnya masing-masing termasuk murid pengheboh bernama Asfha sudah berada di lingkungan sekolah sebelum 15 menit bel berbunyi.  Asfha sedang berdiri didekat pintu kepalanya celangak-celinguk melihat keluar sesekali, dia juga duduk pada kursi yang ada didekatnya namun tak lama dia kembali berdiri layaknya seperti orang yang sedang menunggu sesuatu. "Eh, Asfha. Mau jadi penunggu pintu? Gue liat dari kejauhan celangak-celinguk mulu keluar. Nungguin siapa sih?" tanya teman kelasnya yang baru datang, dia bernama Arsad. "Bukan urusan lo!" jawabnya sinis. "Wadaw galak bener. Ya udah minggir," ucapnya lewat sambil nyenggol bahu Asfha.
Baca selengkapnya

Kesalahan lagi

"Tapi … gue pengen deket doang, Fik. Lagiankan cuma deket." "Iya gue tau cuma deket. Tapi gak semua orang bisa berteman dengan kata dekat pasti bakal ada sebagian orang akan membawa perasaan. Terus deketnya, lo itu bisa menciptakan suka deh." "Kata siapa? Peramal bukan so' tau aja. Lo aja kali gak suka gue deket sama si aa itu yah?" goda Asfha. "Dih ngelak kata siapa juga sih? Punten gue udah punya pawang dan bakal setia," sombongnya. "Ah masa sih?" "Iya." "Ah masa?" "Terserah lu dah. Gue males ah terus ngomong sama lo gak ada beres
Baca selengkapnya

Sikap berubah membuat aku senang

Kesekian kalinya Asfha melihat Pak Alzam marah dan membentaknya lagi. Dengan wajah yang sangat merah, dia menghampiri pada murid yang sangat terus membuatnya jengkel.  Asfha menunduk tak berani menatap mata tajam Pak Alzam, tubuhnya gemetar disaat Pak Alzam menghampirinya apalagi air matanya ikut keluar bertuturan.  "Kenapa menangis? Apakah saya telah melukai dirimu?"  Asfha menggeleng tanda dia baik-baik saja. "Lantas?"  "Air mata ini keluar karena kepala aku sedang menunduk jadi ikut menetes, Pak." jawabnya tak berdosa dan masih menunduk. Awalnya Pak Alzam akan membentak dan m
Baca selengkapnya

Terjadi pertengkaran

"Ya gak bakal, Kak." "Kenapa?" "Karena kita nggak jodoh. Kita mampu mencintai, tapi … tidak bisa berharap lebih, jika Tuhan tidak berkata iya. Maka rasa harus merelakan dan melupakan." "Hmm bijak dalam perbucinan. Good!" "Udah handal dongs," sombongnya sambil mengedipkan satu sebelah mata dan tak lupa menyeruput minumannya. "Ya gue percaya itu. Dalam percintaan juga udah ketebak pasti banyak korban yang udah dighosting," ucapnya meremehkan.  "Eeeeee salah banget, Kak. Aku belom pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta apalagi jadi pemain ghosting," ucapnya lantang sampai banyak mata ya
Baca selengkapnya

BAB 15

"Arghhh," prustasinya sambil memukul dinding yang berada dihadapannya. Hati Aksan setiap kali membayangkan bagaimana perhatian seorang Asfha kepada lawannya itu selalu membuat hatinya tercubit. Dia merasa tak terima Asfha memberi perhatian apalagi layaknya seorang kekasih. "Ada apa dengan gue?" lirihnya tertunduk lesu. Hati Aksan benar-benar sudah tak bisa diajak berdamai luka yang tak tahu harus bagaimana disembuhkan? Kini dirinya bersandar pada dinding dengan kaki ditekuk dan kepala menunduk. Diujung ruang terlihat seorang gadis melihat Aksan yang sedang tertunduk. Hatinya juga ikut terluka, lelaki yang dia tahu adalah lelaki yang jarang terlihat sakit. Apakah dia baik-baik saja? Atau sedang buruk? Gadis itu akan
Baca selengkapnya

BAB 16

Asfha masih berkeliling mencari tempat dimana Arsad di rawat, mereka berpisah dan mencarinya sendiri-sendiri. Orang-orang dilalui tanpa ingin menanyakannya, sering kali kepalanya melirik ke kanan dan ke kiri dan membaca nama yang berada diatas pintu. Namun belum saja ditemukan. Sudah lama dia mondar mandir tetap saja tidak menemukan ruang itu. Dia sudah lelah banyak sekali waktu yang termakan hanya untuk mencari ruang temannya itu dirawat. Krubuk krubuk krubuk Perutnya berbunyi dia langsung memegang perut sambil ditekan. "Shtt malah lapar lagi," gerutunya. Kepalanya langsung melihat kearah luar, dari jarak jauh matanya tidak berhenti kesana kesini bagaikan
Baca selengkapnya

BAB 17

Asfha dan Pak Alzam sudah berada ditempat nasi padang namun genggaman mereka belum terlepas. Disisi lain banyak pandangan yang melihat kearah mereka dengan tatapan aneh, Asfha dan Pak Alzam mengedarkan pandangan ke sekelilingnya dan merasakan keanehan dari tatapan yng ditujukan lada dua orang itu. Ada rasa tidak suka diwajah Asfha, karena saking risihnya dia menegur salah seorang yang sedari tadi tidak sama sekali berpaling.  "Apa lo liat-liat?" tanya Asfha galak dan orang itu hanya menggelengkan kepala lalu pergi dari area itu.  "Huft gak boleh gitu!" saran Pak Alzam menenangkan Asfha. "Ya bodo amat. Aku gak salah apa-apa juga, tapi tingkah mereka bikin risih."  "Nèng! Jelas banyak orang yang
Baca selengkapnya

BAB 18

Kini Pak Alzam dan Asfha sedang memakan yang sudah sedari tadi sudah datang. Mereka tidak mengeluarkan suara apalagi ingin memulai pembicaraan, masing-masing sibuk dengan makanannya.  Suara kendaraan yang menjadi penghias dan suara sendok yang beradu dengan piring.  Bisa dilihat bahwa Asfha sangat lapar, dia makan sangat lahap dan tak teratur, sesekali juga dia meminum air putih dan kembali dengan makanan yang akan dilahap. Dia tidak sadar bahwa diam-diam Pak Alzam telah memperhatikan. Meskipun Pak Alzam juga sibuk dengan makan tetapi  matanya terus saja memandang. Kamu sangat manis, Asfha. Namun sayang sikap kamu selalu membuat saya jengkel, tapi itu tidak membuat saya benci melainkan cinta yang ingin saya raih, batin Pak Alzam. &
Baca selengkapnya

BAB 19

Tok tok tok    Ketukan suara pintu, Fika yang sedang duduk santay dengan rasa malas dia terpaksa berdiri lalu berjalan membuka pintu tersebut, disaat dibuka ternyata yang datang adalah Asfha dan seorang lelaki yang berada dibelakangnya adalah Pak Alzam.    Awalnya Fika akan memarahi namun disaat dia melihat Pak Alzam, dia mengerutkan keningnya seolah-olah menanyakan kenapa bisa dengannya?    Asfha tahu jika Fika menanyakan tapi dia tidak menjawabnya melainkan masuk begitu saja, dia berjalan ke brangkas melihat temanya seperti orang yang sudah tak berdaya. Dia menatap sahabatnya itu dengan tatapan biasa, dilihat dari ujung kepala sampai ujung kaki sekujur wajahnya bengkak karena pukulan matanya pun sampai tak terlihat.   
Baca selengkapnya

BAB 20

Aksan bisa merasakan bahwa badan Sang Ibu bergetar isakan itu pun menjalar terdengar jelas. Aksan menguraikan pelukan menatatap terlihat mata sembab lalu diusap jejak air matanya dan Sang Ibu menerbitkan senyuman diterima hangat oleh Aksan. "Jangan nangis!" lirihnya. "Nggak sayang. Jadi bagaimana dengan gadis itu? Apakah kamu menyukainya?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.  Gerakan Aksan yang mengusap jejak air mata Sang Ibu berhenti. Dia ingin sekali menjelaskan namun terselip rasa malu dalam benaknya. Selama ini juga dia tidak pernah bercerita siapapun yang sudah mengusik hatinya.  "Ceritalah, Nak!" titahnya seolah-olah tahu jika dia sedang malu. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status