Beranda / Romansa / ASFHA ZIARA / Bab 21 - Bab 27

Semua Bab ASFHA ZIARA: Bab 21 - Bab 27

27 Bab

BAB 21

Pergerakan Asfha terhenti disaat dia sudah membuka pintu. Asfha menuruti dan masuk, Pak Alzam memutar dan duduk didekat Asfha tepatnya ditempat pengemudi, dia memakai sabuk pengaman. Dirasa sudah siap, Pak Alzam belum melajukan mobilnya melainkan memajukan badan yang berada didepan muka Asfha. Muka mereka hanya berjarak beberapa cm.    Asfha membelalakan matanya jarak antara wajah mereka sangat dekat pergerakan Asfha pun terkunci, dia menahan napas kuat-kuat.    Pak Alzam pun tak dapat terbohongi hatinya ikut berdebar, sebelum beranjak dia sempat melirik Asfha. Mata mereka saling bertemu debaran-debaran dihati mereka semakin kencang. Rasa canggung dan keringat mengajalar menusuk jiwa mereka.    "Emm a-nu, Pak," lirihnya terbata-bata.   
Baca selengkapnya

BAB 22

Deras hujan mengguyur rumah disertai gemerlapan petir, jalan basah kuyup, pepohonan ikut bergoyang karena tiupan angin.  Tang kolentrang tang Suara rintikan hujan menggema berirama diatap rumah, apalagi atap rumah itu terbuat dari Asbes. Ruangan cukup redup hanya pancaran cahaya remang-remang terdapat seorang gadis sedang belajar, ralat bukan belajar melainkan melukis. Gadis itu mencoreng-coreng tinta diatas kertas putih. Lukisan itu menampakkan kepala seseorang, entah laki-laki atau perempuan yang jelas lukisan itu baru separuh.  Namun ditengah kepokusan melukis, dia merasa terganggu dengan adanya suara kebisikan tang kolentrang yang terdengar keras dan semakin keras. 
Baca selengkapnya

BAB 23

"Haduh. Huft hah huft hah." Asfha mencoba menormalkan pernapasannya. Dia berjalan kembali menghampiri meja lalu menengok kearah bawah, dia penasaran siapa yang telah bersikap tidak sopan. "Keluar!" titahnya sambil menggebrakkan meja.  Orang yang berada dibawah itu menoleh. "Ada apa, Neng?" tanyanya sambil keluar tanpa berdosa. "Oh kamu, Mang. Cepet-cepet keluar!" Semua orang ikut keluar dan menunggu apa yang akan terjadi.  "Amang kentut ya?" tanya Asfha to the point. Mang Udin menyengir. "Iya hehe, tapi tadi loh kentutnya."
Baca selengkapnya

BAB 24

Tit Tit Tit Asfha memalingkan wajahnya melihat kedepan ternyata benar suara mobil itu berhenti tepat didepan rumahnya. "Tuh kayaknya udah dateng. Izinin yah? Bentar doang … hmm yah bener deh bentar doang. Kesian Fika udah kesini kalo aku gak diizinin," pintanya memelas. "Ya udah, Pah. Izinin ajah, mereka cuma belanja," ucap Mamahnya membantu meminta izin. Papahnya dia sejenak, berpaling melirik Asfha. "Ya udah sana. Tapi hati-hati jangan ngebut apalagi sambil bercanda!"  "Yey oke siap, Pah," jawabnya antusias sambil hormat. Asfha berdiri dan menyalami orang tuanya. Dia juga diantar oleh
Baca selengkapnya

BAB 25

Lelaki itu memangutkan kepala. "Ya gapapa. Katanya belum beres belanjanya? Dilanjut!" Asfha menyengir kuda, sebenarnya bukan belum selesai belanja tapi karena dia ingin berlama-lama dengan lelaki itu. "Ah nggak udah ko," alibinya. "Oh udah? Pulang gih! Nanti orang tua lo marah. Gak baik anak gadis keluyuran lama-lama diluar tengah malem!" Asfha mendengus kesal mencibirkan bibirnya. Lelaki itu tak mengerti apa yang diinginkan Asfha. Dengan seperti itu keinginannya harus musnah tertelan sebelum waktunya, dia tak bisa mencari alasan lagi hanya pasrah. Bingung jika harus saling diam akhirnya Asfha izin untuk pamit pulang terlebih dahulu.
Baca selengkapnya

BAB 26

Jam 8 pagi matahari sudah nampak diatas nabastala memancarkan cahaya menerangi alam semesta. Indahnya pancaran itu memberi kesejukan bagi penghuni makhluk yang berada di bumi dan langit.  Dilangit Kicauan burung berbondong-bondong mengelilingi angkasa. Dibumi pohon bersemi kembali, lantas nikmat mana yang kami dustakan? "Satu dua satu dua." "Fha mau gak?" tawar Fika membawa kantung kresek hitam yang berisi makanan. Asfha menoleh lalu menghampirinya.  Dua makhluk itu sedang berolahraga dibelakang rumah Asfha mengisi waktu libur dihari minggu. Sudah hampir 2 jam mereka melakukan runititas itu.  
Baca selengkapnya

BAB 27

Fika tersenyum bahagia, dia juga memeluknya kembali.  "Oke. Gue minta maaf, Fha. Gue udah salah paham sama lo, harusnya gue lebih sadar dan berpikir dulu sebelum dimasukin ke hati." "Gak usah minta maaf. Harusnya yang minta maaf itu gue, karena lo korban dari bentakan nada bicara gue dari kesekian orang. Hahaha, lagian salah lo juga sih apa-apa dimasukin ke hati." "Haha iya-iya. Tapi, sekarang gue lebih bersyukur punya sahabat seperti lo." "Jadi sebelumnya lo gak pernah bersyukur?" tanya menguraikan pelukan dan langsung menatap lekat sahabatnya. "Hilih kebalikan nih, jadi lo yang dimasukin kehati." 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status