Semua Bab Misteri Bulan Sabit Berdarah: Bab 11 - Bab 15

15 Bab

Pindah (part 2)

Siang itu Jakarta diguyur hujan deras. Arwen sampai di apartemen Tante Karin dengan baju setengah basah. Dia mengetuk pintunya kemudian terdengar suara Tante Karin menyahut dari dalam.“Buka saja Arwen. Aku tidak mengunci pintunya,” kata Tante Karin, rupanya dia sudah tahu siapa yang datang.Arwen membuka pintunya kemudian masuk. Apartemen Tante Karin nuansanya sangat ceria. Sofa-sofa ruang tamu berbesa-beda warnya tapi serasi sekali dengan warna cat dindingnya yang menyegarkan mata. Arwen berpendapat apartemen Tante Karin lebih mirip ruang bermain anak-anak daripada apartemen orang dewasa. Tampak cocok sekali dengan pembawaan Tante Karin.Saat ini wanita itu sedang berada di dapur. Dia sedang sibuk membuah teh dan kue. Melalui pintu pemanggang yang transaparan, tampak kue dalam loyang sedang mengembang.“Baunya enak sekali Tante Karin.” Komentar Arwen ketika dia sampai di dapur.Tante Karin tersenyum kemudian mengeluarkan kuenya dari
Baca selengkapnya

Malam Pendanaan (part 1)

Esok paginya Arwen berbagi taksi dengan Trinita. Setelah menurunkan Trinita di kantor barunya. Arwen langsung melanjutkan perjalanan ke apartemen Tante Karin. Rupanya dia sudah dinanti Tante Karin di apartemennya. Ketika dia mengetuk pintunya, Tante Karin langsung menyuruhnya masuk seperti kemarin. Ketika sudah berada dalam ruang tengah, Arwen melihat tiga kantong warna putih berjejer di atas sofa panjang. Salah satu kantong itu adalah kantong garmen. Perasaannya langsung tak enak ketika melihatnya.Arwen terus melangkah ke dalam dan menemukan Tante Karin di dalam kamarnya masih memakai mantel tidur. Dia sedang duduk di depan meja riasnya dan melepas rol rambutnya satu persatu. Ketika melihat Arwen dari pantulan cerminnya dia menyapanya.“Pagi Arwen.”“Pagi juga Tante Karin. Rupanya aku ke sini terlalu pagi,” kata Arwen. ”Maaf sekali Tante Karin aku mengganggumu.”“Tak masalah. Apa kamu sudah sarapan?” Tanyanya ceri
Baca selengkapnya

Malam Pendanaan (part 2)

Kira-kira pukul sembilan, acara penggalangan dana sudah berakhir. Para undangan mulai meninggalkan tempat. Hujan deras menerpa kawasan puncak disertai petir yang menyambar-nyambar. Parkiran mobil mulai sepi. Arwen sudah berada dalam mobilnya, dia terus memandang ke arah pintu keluar. Mesin mobilnya sudah menyala.Ketika Dicky Lang muncul dari pintu keluar kemudian berjalan ke arah parkir, Arwen menginjak pedal gas dan mengendarai mobilnya setengah ngebut. Sampai di tingkungan kedua jalan menurun, Arwen menghentikan mobilnya dan keluar. Baru sebentar saja di luar, Arwen langsung basah kuyup. Dia bersandar di belakang mobilnya sambil menanti mobil Dicky Lang lewat.Tak lama kemudian mobil Dicky yang sudah diketahui Arwen melalui Tante Karin melintas. Dia melambaikan tangannya menyuruh berhenti. Mobil Dicky menepi dia membuka kaca jendelanya Arwen mendekatinya.“Maaf, boleh aku menumpang mobilmu? Mobilku mogok,” kata Arwen keras sambil menunjuk ke arah mobiln
Baca selengkapnya

Kekasih Trinita

Arwen turun dari apartemen tepat pukul tujuh malam. Langit cerah bertabur bintang, dan tak ada kemungkinan akan turun hujan. Angin dingin menerpa, membuat pohon-pohon bergoyang-goyang. Udara malam terasa sejuk ketika Arwen meluncutkan mobilnya di jalan raya. Trinita sudah memberinya mobil baru. Dia menurunkan kaca jendelanya, membuat semilir angin membelai rambut-rambutnya.Dia mengendarai Nissan sport hitam barunya dengan pelan karena masih satu jam lagi bertemu dengan Trinita dan kekasihnya. Cuaca yang cerah dan jalanan yang tidak macet, membuat kota Jakarta terasa tenang. Setengah jam kemudian Arwen sampai di café tempat mereka janji bertemu. Dia mengambil tempat duduk di balkon café. Suasana yang seperti ini membuat Arwen tak ingin melewatkannya dengan berada dalam ruangan yang ber-AC.Pemandangan kota Jakarta begitu indah jika dilihat pada malam hari. Lampu-lampu yang gemerlapan menerangi gedung-gedung yang menjulang tinggi seperti bintang-bintang yang d
Baca selengkapnya

Dicky Lang

Tante Karin sudah berada dalam kamarnya ketika Arwen meninggalkan apartemennya. Setelah pulang dari kantor, Tante Karin masih menyempatkan diri untuk mendandaninya. Agar lebih meyakinkan, dia memakai gaun malam warna merah tanpa lengan dan setinggi lututnya. Kali ini Arwen menyerah dengan rambutnya. Tante Karin mengubahnya menjadi keriting spiral kecil-kecil yang anggun membingkai wajahnya. Matanya yang dalam dan tajam dikelilingi bulu mata yang tebal dan lentik. Eye shadow yang senada dengan tema gaun malamnya kali ini, disapukan ke matanya dengan profesional oleh Tante Karin. Bibirnya yang sudah merah dan berlekuk indah tak perlu lagi diberi banyak pewarna bibir. Dalam perjalanan menuju club malam Arwen tak hentinya berdoa mengharap keberuntungan agar rencananya berhasil kali ini.Arwen melangkah ke dalam klub malam dengan mantap. Sepatu hak tinggi dan warna senada membuatnya anggun. Warnanya seakan menyatu dengan kulitnya yang putih bersih. Dentum-dentum musik mul
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status