Semua Bab EVANESCENT: Bab 1 - Bab 5

5 Bab

1. PULANG

Tirai putih bercorak batik mega mendung yang menemaninya selama ini tersibak lembut ditiup angin musim panas, seperti memberinya salam perpisahan. Seolah tirai itu tahu dirinya akan pergi jauh. Jari-jari lentiknya menyentuh kaca jendela yang memperlihatkan pemandangan indah kota London. Pandangannya menerawang jauh. Tujuh tahun hidupnya di London penuh dengan perjuangan dan sekarang ia harus meninggalkan kota yang penuh kenangan ini. Gadis itu tersenyum pilu.“Dear, are you ready? Sudah waktunya...”Seorang wanita paruh baya berdiri di ambang pintu. Ia membawa sebuah map berisikan catatan konseling atas nama 'Narasya Zhalea'. Merasa tidak ada jawaban dari gadis yang dipanggilnya, wanita itu berjalan mendekat hingga berdiri di samping si gadis.“Apa yang kamu pikirkan sekarang?” tanya wanita itu.“Aku... ingin tetap berada di sini, Mam,” sahut si gadis tanpa mengalihkan pandangannya yang menatap keluar jendela.Wa
Baca selengkapnya

2. REUNI

Sinar jingga menyorot sebuah cangkir putih yang isinya telah tandas diminum. Menandakan matahari akan tiba di peraduannya, tergantikan oleh sang malam. Dua orang sahabat yang sedari tadi asyik bercakap kini sama-sama saling bungkam. Bukan karena kehabisan topik pembicaraan. Namun, keduanya larut akan keindahan pemandangan senja yang terlihat di kejuhan sana.“Jadi, kamu bakalan menetap di Indonesia ya? Dimana kamu mau melamar kerja?” pertanyaan Livya mengawali percakapan lagi.“Seriously kamu nanyain ke aku tentang lamaran kerja?” ujar Naras sambil tertawa sombong.“Ck, iya deh. Seorang Narasya Zhalea sang konsultan psikolog terkenal dunia ngga kenal apa itu susahnya melamar kerja. Aku ganti pertanyaannya kalau gitu, dimana kamu direkrut kerja ibu konsultan?” Livya bertanya ulang dengan nada kesal.“Sebenarnya aku punya rencana mau buat klinik sendiri Liv, tapi itu semua butuh waktu dan proses yang ngga sebentar.
Baca selengkapnya

3. MEET HIM AGAIN

Naras berusaha untuk mengabaikan suara yang terus memanggilnya. Ia terus saja berlari hingga sampai di jalan depan restoran. Saat ini ia sungguh-sungguh ketakutan. Sedaritadi tubuhnya mengalami tremor hebat. Bahkan gadis itu mulai kesusahan bernafas.“Ara... tunggu! Kamu mau kemana?”“Ra!”“Berhenti, Ra!”Ngga. Aku ngga boleh berhenti. Ini cuma halusinasiku aja. Dia ngga nyata. Tenang pokoknya harus tetap tenang. Aku harus segera pergi dari sini. Pikiran Naras benar-benar kacau saat ini.Untung saja letak restoran ini berada di daerah yang cukup ramai dan ada banyak taksi lewat. Dengan segera, Naras menghentikan sebuah taksi dan masuk ke dalamnya.Tok. Tok. Tok.“Ara, please, turun ya? Aku mau ngomong banyak sama kamu,” ucap Arta dari luar.“Pak ayo langsung jalan aja!” pinta Naras dengan nada ketakutan.Pak sopir yang sedikit memahami situasi
Baca selengkapnya

4. I TRY TO TALK WITH YOU

 Apa yang harus aku lakukan?Aku tidak siap menghadapi situasi ini.Ya Allah, bolehkah aku kabur lagi kali ini? Dengan cepat, Naras berbalik dan berlari menuju pintu. Yang ada di pikirannya hanyalah ia harus segera keluar dari ruangan ini. Namun, ketika tangannya baru saja meraih gagang pintu, tiba-tiba dari belakang seseorang menahan pintu itu supaya tidak terbuka.BRAKK!Tubuh Naras menegang ketika menyadari siapa yang ada di belakangnya. Jarak mereka begitu dekat hingga gadis itu kesusahan untuk bergerak. Bulu kuduknya merinding ketika ada sebuah suara berbisik di dekat telinganya.“Maaf, Ara. Kali ini aku tak bisa menahan diri untuk tidak membiarkanmu melarikan diri lagi. Banyak hal yang harus kita bahas kali ini,” ujar Arta dengan lembut, tapi terdengar memuakkan di telinga Naras.Perlahan, tangan Arta mengunci pintu dengan sidik jarinya dan berbalik duduk
Baca selengkapnya

5. THE TRUTH

Sudah tiga puluh menit berlalu sejak Arta memandangi satu per satu foto Naras yang tertempel di dinding. Selama itu pula ia membuka obrolan dengan membahas masa lalu kebersamaan dirinya dan Naras dulu. Cowok itu sengaja menceritakan kebahagiaan mereka saja. Sesuai permintaan dan pesan Naras di awal. “Ngga bisa. Ayo kita lanjutin obrolan. Kata kamu mau ngelurusin masalah kita dulu.” Tindakan Naras membuat Arta menatap wajah gadis itu dengan intens. “Kamu beneran ngga apa-apa?” “Iya untuk sekarang. Ngga tahu nanti. Tapi setidaknya aku udah memberanikan diri sampai saat ini masih baik-baik aja bukan? Sekalian saja, Danu...” pinta Naras lirih. Arta tak mengerti maksud Naras. ”Sekalian? Sekalian apa, Ra?” “Susah jelasinnya. Ceritanya panjang. Intinya, selagi aku masih baik-baik begini aku ingin sekalian mendengarkan segala hal yang ingin kamu sampaikan dan menyelesaikan tentang kita dulu. Tapi aku pesan satu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status