Home / Romansa / Cinta dan Impian / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Cinta dan Impian: Chapter 51 - Chapter 60

63 Chapters

Aku Mencintaimu, Debi

Deg"Ya Tuhan, Debi," ucap Rafa terkejut. Spontan Rafa mengulurkan tangannya. Saat Rafa hendak menyentuh wajah Debi. Tiba-tiba Rafa merasa pusing dan hampir saja terjatuh. Dengan cepat suster langsung menolongnya. "Sebaiknya Mas istirahat.""Tapi teman saya.......""Keadaan Mas masih belum stabil. Selain bisa membahayakan Masnya sendiri, juga orang lain.""Iya dok." Rafa pun pasrah dan mengikuti suster yang membawanya kembali menuju hospital bed. Awan yang cerah telah berganti gelap. Seiring itu Debi tak sadarkan diri. Mulai mengerjapkan matanya. "Aku di mana?" Debi mengedarkan pandangannya. Saat itu Debi melihat ia dikelilingi alat medis. Yah, Debi sadar saat itu dirinya berada di rumah sakit. Pandangan Debi menangkap seseorang yang terbaring di sampingnya. Debi memperhatikan seseorang itu. Deg"Rafa?" Debi pun terkejut melihat Rafa yang terbaring di ranjang sebelahnya. "Kenapa Rafa bisa ada di sini? Ini kan bukan ruangannya?" Perhatian Debi masih tak teralihkan. Debi melih
Read more

Bertemu, Tapi Tak Mengenali

"Debi......"Deg Marko terkejut saat mendengar omnya menyebut nama seseorang yang sangat ia kenal. Perhatian Marko semakin terfokuskan pada wanita yang sampai detik ini tak bergeming dari tempatnya. "Debi, aku kembali ke ruanganku ya," ucap Rafa kembali. Rafa menunggu, namun Debi tak kunjung juga meresponnya. "Debi......," ulangnya, namun Debi tetap tak membalikkan badannya. Rafa semakin dibuat kecewa olehnya. Sementara Marko semakin penasaran. Yah, Marko ingin memastikan jika wanita itu bukan wanita yang ia kenal. Huh, Rafa menghela nafas panjang. Sepertinya Debi tidak ingin meresponnya. Dan Rafa harus sadar itu. "Kita kembali ke ruangan sekarang Marko." "Om tidak jadi menunggunya?" balas Marko sedikit kecewa. Yah, karena Marko benar-benar ingin memastikan. "Tidak perlu. Mungkin Debi sedang istirahat." "Oh, ya sudah, kalau begitu aku akan membawa Om kembali ke ruangan." Meski sedikit kecewa, namun Marko harus mengalihkan rasa penasarannya. Marko pun langsung membantu omnya
Read more

Maya Ketakutan

Pyarrrrrr Maya yang tengah bersama teman-temanya, tak sengaja menjatuhkan gelas di dekatnya. Maya yang terlalu fokus dengan ceritanya, sampai terkejut dibuatnya. "Hati-hati Maya," kata Lidya yang memunguti serpihan gelas, dan membuangnya. "Aku cemas, Lidya. Aku takut kalau Debi sampai melaporkan aku ke kantor polisi." "Lagian kamu juga gila Maya. Sampai melukai Debi kayak gitu." "Aku kebawa emosi, Mira. Marko mutusin aku, dan pasti itu gara-gara Debi." "Apa? Marko mutusin kamu?" balas mereka terkejut. "Iya, Marko mutusin aku. Pasti gara-gara Debi, Marko sampai mutusin aku." "Bener banget kalau ini Maya. Secara Marko kan cinta mati sama Debi, karena dia tidak bisa melupakan Debi. Makanya dia mutusin kamu." "Isssttttt, kesal sekali aku sama Debi. Kenapa sih dulu orang tuanya enggak bunuh dia aja. Kalau kayak gini kan nyusahin hidup orang," balas Maya yang kembali terbawa emosi. Maya sampai lupa dengan perbuatannya. "Tapi Maya, tetap saja apa yang kamu lakukan salah lo. Kamu su
Read more

Marko Menunggu

"Pak Rafa?" kata Debi terkejut, saat tiba-tiba Rafa masuk ke dalam ruangannya. "Pak Rafa kok bisa ada di sini?" "Iya, aku sengaja mau jenguk kamu. Oh iya, maaf, tadi aku tidak sengaja mendengar obrolan kamu.""Oh, iya Pak. Tidak apa-apa." "Aku akan membantu kamu membayar biaya rumah sakit." "Enggak perlu Pak Rafa, aku bisa membayarnya sendiri." "Bukankah tadi kamu bilang kalau kamu enggak ada uang?" "Iya, tapi aku akan mencarinya." "Aku ikhlas menolong kamu, Debi." "Terima kasih, Pak Rafa sudah terlalu baik denganku. Aku gak mau terus-terusan ngerepotin Pak Rafa." "Aku enggak merasa direpotkan. Aku malahan senang bisa membantu kamu. Kamu mau kan aku bantu?" "Sekali lagi terima kasih Pak Rafa, aku akan usaha sendiri." "Baiklah, aku tidak akan memaksa kamu," balas Rafa kecewa. Debi yang terlalu sibuk dengan ponselnya sampai tak menyadari itu, namun tidak dengan Lisa. Lisa bisa melihat ketulusan Rafa untuk Debi. "Debi, aku keluar dulu ya.""Kamu mau kemana?""Aku mau nyari ma
Read more

Tingkah Lisa yang Memalukan

Hari berganti minggu, dan selama itu pula keadaan Debi mulai membaik. Bahkan dokter juga sudah mengizinkannya untuk pulang. Huh, Debi senang sekali mendengarnya. Akhirnya hari yang ditunggunya tiba. "Sudah kamu pastikan tidak ada barang yang ketinggalan Lisa?" "Sudah tidak ada yang ketinggalan Debi." "Ya sudah, ayo kita pulang," balasnya tersenyum senang. Cklek"Selamat pagi." "Pagi suster." "Nona Debi pulang hari ini?" "Iya suster." "Jangan lupa sebelum pulang nona Debi untuk melunasi biaya rumah sakit dulu." Debi dibuat diam seketika itu. Senyumnya pun hilang. Debi baru sadar jika masih ada biaya rumah sakit yang belum ia bayar. Dan Debi tidak punya uang untuk membayarnya. "Nona Debi." "Eh, iya suster?" balas Debi yang tersadar dari lamunannya. "Jangan lupa ya dilunasi dulu biaya rumah sakitnya." "Iya suster." "Ya sudah, kalau begitu saya permisi dulu." "Iya suster." Pintu ruangan tertutup. Debi pun langsung duduk di tempatnya. Wajahnya murung. Debi benar-benar bingun
Read more

Perasaan Nyaman

Deg Mata Debi yang terpejam seketika membelalak. Debi melihat Lisa tak percaya. Bisa-bisanya dia mengatakan itu di depan Rafa. Debi melirik Rafa. Dia terlihat tenang tanpa menoleh sedikitpun. Tapi Debi yakin pasti dia mendengarnya. "Apa? Kenapa kamu ngelihatin aku sampai kayak gitu? Yang aku katakan benar kan?" "Kamu ini enggak capek Lisa. Dari tadi ngomong terus.""Enggak, aku malah seneng bisa naik mobil sebagus ini.""Kamu jadian gih sama Mas ganteng." "Lisa, tolong dikondisikan ucapan kamu," bisik Debi tepat di telinga Lisa. "Apa sih Debi, yang aku katakan emang benar kan?" balasnya lantang, sampai Debi merasa malu dan juga canggung. "Mas ganteng, tadi kok bisa ke rumah sakit? Bukannya Mas ganteng udah pulang dua hari yang lalu ya?" tanya Lisa pada Rafa yang sedari tadi diam."Oh, itu karena aku mau jenguk Debi. Eh, enggak tahunya dia malah udah pulang." "Wah, ternyata Mas ganteng sengaja ke rumah sakit mau jenguk Debi ya.""Iya." "Mas ganteng baik banget sih, tapi sayang
Read more

Semoga Bukan Dia

"Aku dapat." Deg Debi dan Rafa sampai terkejut mendengar suara Lisa. "Mas ganteng, ini sosmed nya nenek sihir itu," kata Lisa yang menunjukkan ponselnya pada Rafa. "Oh, jadi ini yang namanya Maya." "Iya Mas ganteng. Jadi gimana? Apakah dia bisa dimasukkan ke dalam penjara?" "Iya, bisa. Aku akan memprosesnya.""Tolong secepatnya masukkan dia ke penjara ya Mas ganteng. Dia kalau berkeliaran akan semakin membuat korban lagi." "Iya, kamu tidak usah khawatir." "Wah, terima kasih banyak Mas ganteng," balas Lisa tersenyum senang. "Iya, sama-sama." Hari itu, Rafa banyak bercerita. Bukan bersama Debi ia melakukannya. Melainkan bersama Lisa yang terlihat excited mendengarkannya. Bahkan Lisa juga sangat penasaran dengan kehidupan Rafa. "Wah, hebat ya Mas ganteng. Sejak kecil udah jadi yatim pintu dan hanya tinggal bersama kakaknya saja.""Iya mau bagaimana lagi. Yang namanya kehidupan harus terus berjalan. Mau bagaimana pun keadaannya.""Iya Mas ganteng, ceritanya Mas ganteng benar-be
Read more

Debi Dipermalukan

Deg Debi terkejut saat Doni memanggilnya. Ya Tuhan, tubuh Debi bergetar hebat. Pasti Maya mendengarnya. Debi semakin tak berkutik di tempatnya. "Oh, ternyata kamu."Tubuh Debi langsung gemetaran. Perasaan takut pun memenuhi hatinya. Debi seperti trauma akan kejadian penusukan waktu itu. "Masih hidup kamu. Aku kira udah mati," sambung Maya yang diikuti gelak tawa. Debi tetap diam tanpa ingin merespon mereka. "Tuli ya kamu!!!!!" bentak Maya membuat mereka yang ada di sekitar sana pun menjadi mereka pusat perhatian. Tak terkejut Doni yang terlihat terkejut dan juga penasaran. "Maaf Maya, aku mau bekerja," balas Debi yang langsung turun dari tempat duduknya. BrukkkkDebi yang hendak berjalan pun terjatuh saat Maya menjagal kakinya. "Mau kemana kamu? Takut ya kalau pekerjaan kamu ini sampai terbongkar sama kita." "Aku enggak ada urusan sama kalian," balas Debi sembari berdiri. Debi kembali melangkahkan kakinya, namun lagi-lagi Maya menjagal kakinya, dan Debi pun terjatuh kembali.
Read more

Maya Ditangkap Polisi

"Pak Rafa." Rafa menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badannya dan melihat Debi dan Doni berjalan mendekatinya. "Terima kasih ya Pak sudah menolong saya." ."Iya Debi, sama-sama. Tapi kamu tidak kenapa-kenapa kan?" "Iya Pak, saya tidak kenapa-kenapa kok.""Syukurlah kalau begitu," balas Rafa lega. Entah perasaan apa yang tiba-tiba menyelimuti hati Debi. Rasanya Debi begitu nyaman. Bahkan Debi merasa aman saat berada di dekat Rafa. Mungkinkah ini cinta? Entahlah, hati Debi tak berhenti bertanya.Tanpa Debi dan yang lainnya sadari. Renata yang sedari tadi berdiri di depan pintu bar. Tak berhenti mengepalkan tangannya. Renata tidak suka melihat pemandangan di depannya. Apalagi melihat perhatian Rafa yang terlihat jelas untuk Debi. Renata pun cemburu dibuatnya. "Dasar enggak tahu terima kasih," ucapnya yang langsung pergi dari sana. Malam pun semakin larut. Bar pun juga mulai sepi, saat jam tutup telah tiba. Semua karyawan menuju loker untuk mengambil barang-barang milik mereka.
Read more

Sapu Tangan

"Debi, kamu tidak usah khawatir. Semua sudah.......""Tolong." Deg Jantung Rafa berdegup kencang saat Debi memeluknya. Tangan Rafa bergetar membalas pelukan Debi padanya. "Jangan takut. Ada aku yang akan menolongmu." Debi semakin mengeratkan pelukannya, begitu pun Rafa sebaliknya.Debi mulai tenang. Seiring itu Debi mulai melepaskan pelukannya. Debi melihat Rafa yang tersenyum kepadanya. "Maaf.""Tidak apa-apa, jika kamu butuh sandaran. Bahuku siap untuk kamu buat sandaran.""Kenapa kamu begitu baik padaku. Padahal aku jahat. Aku sudah menolak cintamu." "Kamu tidak jahat. Kamu punya hak untuk menolak cinta laki-laki yang tidak kamu cintai." "Tapi bukankah seharusnya kamu membenciku? Menjauhiku? Seperti mereka yang melakukan itu padaku." "Tidak ada alasan bagiku untuk menjauhimu. Aku mencintaimu, tapi bukan berarti kamu harus menerima cintaku juga. Inilah yang dinamakan dewasa." Debi melihat Rafa takjub. Dia laki-laki yang sangat baik padanya. Bahkan pemikirannya pun juga sang
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status