Beranda / Romansa / Cinta dan Impian / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Cinta dan Impian: Bab 11 - Bab 20

63 Bab

Demi Selembar Rupiah

Debi mengambil tasnya yang ada di dalam loker. Langkah Debi berderap mendekati Lisa yang masih sibuk mengganti bajunya. "Kamu sudah selesai?" tanya Lisa sembari mengancingkan bajunya."Iya, aku sudah selesai.""Sepertinya kamu semangat banget pingin kerja di tempat baru.""Gimana ya Lis. Demi kebutuhan, aku harus semangat dalam melakukan apapun.""Iya, iya, aku paham kok bagaimana yang kamu rasakan." Setelah selesai mengganti baju. Lisa segera mengambil tasnya."Aku sudah selesai. Ayo kita berangkat.""Iya."Debi dan juga Lisa melangkahkan kaki mereka berjalan keluar dari dalam ruangan. Mereka yang tengah buru-buru sampai melupakan Maya yang memperhatikan mereka sedari tadi. "Mereka mau kemana ya! Daripada aku penasaran, mending aku ikutin saja mereka." Maya menyambar tas miliknya, dan berjalan mengikuti Debi dan juga Lisa. Angin malam menerpa wajah cantik Debi yang mengenakan helm. Karena perjalanan yang cukup jauh. Debi mengiyakan tawaran Lisa untuk naik motornya."Apa masih ja
Baca selengkapnya

Pemilik Senyuman

Maya langsung menutup telinganya saat suara musik yang begitu keras memekakkan telinganya. Rasanya Maya ingin secepatnya pergi dari dalam sana jika ia tidak mencari tahu keberadaan Debi."Di mana anak haram ya!"Maya mengedarkan pandangannya. Ada banyak sekali pengunjung yang keluar masuk di tempat itu, membuat Maya kesusahan dibuatnya."Susah banget sih nyari anak haram itu."Maya hampir saja menyerah. Saat ia hendak keluar dari dalam club malam itu. Maya tidak sengaja melihat Debi. "Bukankah itu anak haram? Bajunya kok sudah ganti ya! Apa dia kerja di sini?"Maya mengedarkan pandangannya. Baju yang dipakai Debi mirip sekali dengan karyawan yang bekerja di tempat itu. Selain itu Maya juga melihat Debi yang tengah mengantarkan minuman ke setiap pengunjung."Sepertinya Debi memang bekerja di tempat ini. Aku harus mengabadikannya dan memamerkannya ke banyak orang." Maya buru-buru mengambil ponselnya. Maya tersenyum senang setelah dia mendapatkan foto Debi yang tengah melayani pengunju
Baca selengkapnya

Tidak Dapat Restu

Tin tin tinDebi mengalihkan pandangannya saat mendengar suara klakson. Debi melihat ada sebuah mobil yang berhenti di sampingnya. Saat itu Debi melihat seorang laki-laki yang membuka kaca mobilnya. Laki-laki itu tersenyum kepada Debi."Mau bareng sama saya?" tawarnya. Debi merasa asing dengan laki-laki itu. Ini pertama kalinya Debi melihatnya. Mendapatkan tawaran seperti tadi. Debi malah menjadi takut. Siapa tahu laki-laki itu orang yang tidak baik yang ingin berbuat jahat kepadanya. "Kenapa kamu diam? Ayo masuk. Biar saya antarkan kamu pulang.""Tidak perlu, saya bisa pulang sendiri.""Malam-malam begini, gadis kecil seperti kamu tidak baik pulang sendiri. Kamu tidak usah khawatir, saya bukan orang jahat kok.""Tidak. Terima kasih." Debi melangkahkan kakinya kembali. Debi tidak ingin meladeni laki-laki yang tidak ia kenal itu. Debi mempercepat langkahnya, namun mobil itu malah mengikutinya. Debi semakin takut. Debi yakin jika pemilik mobil itu ingin berniat tidak baik kepadanya.
Baca selengkapnya

Ikut ke Kampus

"Seperti itu lah Om kamu. Keras kepala kalau dibilangin. Mama tidak mau kamu juga seperti Om kamu.""Iya Ma."Marko diam dan kembali sibuk dengan sarapannya. Marko memilih diam karena nasib yang dialami omnya, itu pun juga dialami Marko. Yah, Marko mencintai Debi, namun cintanya terhalang status Debi yang sudah pasti tidak akan mendapatkan restu dari orang tuanya. Selain itu, baru saja Marko meyakinkan dirinya, tapi cintanya sudah langsung ditolak Debi. Buru-buru Marko menghabiskan makanannya. Yah, Marko tidak ingin berlama-lama dan mendengarkan mamanya yang tengah ngomel. Biasalah, jika Om Rafa datang dengan masalah baru. Mamanya tidak akan berhenti untuk membicarakannya."Aku berangkat kuliah dulu Ma.""Kenapa buru-buru?""Iya Ma, karena hari ini aku ada janji sama dosen pembimbingku. Aku berangkat dulu ya Ma."Setelah Marko meminta izin. Marko langsung berjalan keluar dari dalam ruang makan. Tap tap tapLangkah Marko berderap keluar dari dalam rumah. Marko berjalan menuju mobilny
Baca selengkapnya

Laki-laki Penolong Misterius

"Berhenti di sini Pak.""Iya Mbak." Debi turun dari motor, dan melepas helm yang ia kenakan."Ini ongkosnya Pak.""Iya Mbak, terima kasih.""Iya Pak, sama-sama."Debi yang saat itu buru-buru. Dia langsung berjalan masuk ke dalam kampusnya. Langkah Debi terus berderap dengan riang tanpa beban. Saat itu Debi langsung menuju ruangan dosen pembimbingnya. Debi tidak ingin membuat dosen pembimbingnya menunggu lebih lama. Dari kejauhan. Debi melihat ada banyak sekali mahasiswa yang tengah berkerumun di depan mading. Entah apa yang mereka kerumunan. Debi yang melihat hal itu sampai penasaran. "Mereka sedang melihat pengumuman apa ya? Coba aku ikut melihat pengumuman dulu deh." Debi melangkahkan kakinya mendekati mereka, namun setiap kali Debi melangkah. Saat itu ada banyak sekali pasang mata yang melihat kearahnya. Debi pun menjadi heran melihat itu. "Kenapa orang-orang melihat kearah seperti itu ya? Ada apa memangnya?" bisik Debi dalam hati."Eh, Debi. Ternyata kamu wanita malam ya!" k
Baca selengkapnya

Memberikan Hukuman

Marko berlari, hingga langkahnya sampai di parkiran. Saat itu Marko mengedarkan pandangannya dan mencari Debi bersama sosok laki-laki yang membawanya. "Di mana Debi?"Marko terus mengedarkan pandangannya, tapi tetap saja Marko tidak menemukan keberadaan Debi. Marko semakin cemas dan juga khawatir. Marko takut jika orang yang membawa Debi adalah orang jahat yang ingin melukai Debi. "Aku harus mencari Debi di mana lagi?"Marko yang kelelahan dan juga bingung. Menghentikan langkahnya di tengah parkiran. "Semua ini gara-gara Maya. Aku akan membuat perhitungan sama Maya jika terjadi apa-apa sama Debi." Marko kembali melangkahkan kakinya untuk mencari Maya. CklekLaki-laki yang menolong Debi beranjak dari kursi tunggu saat mendengar suara pintu ruangan Debi terbuka. "Apakah dia baik-baik saja?""Iya Pak, pasien baik-baik saja.""Bagaimana dengan lukanya? Apakah tidak membuat dia kesaktian?""Tidak Pak, kami sudah mengobatinya.""Syukurlah kalau begitu. Apakah saya boleh bertemu dengan
Baca selengkapnya

Mahasiswa Baru

Dengan semangatnya. Debi dan juga Rafa melangkahkan kaki mereka berjalan menuju parkiran klinik. "Tas kamu ada di dalam. Masuklah. Aku akan mengantarkan kamu ke kampus lagi.""Apakah aku tidak merepotkan kamu?""Tidak. Aku sama sekali tidak merasa direpotkan.""Baiklah, kalau kamu memang tidak merasa direpotkan."Debi berjalan masuk ke dalam mobil, begitu juga dengan Rafa. "Ini tas kamu," kata Rafa yang memberikan tas Debi kepada pemiliknya."Terima kasih ya! Sebentar aku ambilkan ponselku dulu."Debi mengambil ponselnya dan membacakan nomor ponselnya. Sementara Rafa tersenyum senang sembari menulis nomor Debi ke dalam ponselnya."Itu nomorku, jika nanti aku sudah punya uang. Aku akan langsung membayar hutangku.""Iya, tidak perlu terlalu dipikirkan.""Iya.""Ya sudah, kita kembali ke kampus lagi ya!""Iya."Rafa menghidupkan mesin mobilnya, dan melajukannya meninggalkan parkiran klinik. Suasana di dalam mobil terasa hening saat Debi maupun Rafa sama-sama diam. Rafa fokus pada jala
Baca selengkapnya

Toko Baju

Marko yang menjadi penonton pun tersenyum puas. Akhirnya Marko bisa membalas perbuatan Maya kepada Debi."Marko, apakah kamu dalang dibalik semua ini?" tanya Gilang. "Iya, aku yang sudah membuat Maya dalam masalah.""Wah-wah, sepertinya ada yang belum bisa move on nih.""Maksud kamu apa?" tanya Marko dengan alisnya yang naik ke atas. "Kamu belum bisa move on dari Debi kan? Karena itu lah kamu belas dendam kepada Maya.""Tidak usah sok tahu kamu," balas Marko tidak suka. "Wajah kamu tidak bisa berbohong Marko." "Iya, betul itu. Aku setuju kalau Marko sebenarnya belum bisa move on dari Debi," sahut Bagas.Baru saja Marko merasa puas, namun ucapan teman-temannya membuat suasana hati Marko berubah. "Terserah kalian."Marko melangkahkan kakinya berjalan pergi meninggalkan teman-temannya. Melihat itu, teman-teman Marko langsung berjalan mengikutinya.Lidya dan juga Mira yang saat itu berjalan keluar dari dalam kantin. Mereka tidak sengaja melihat kerumunan mahasiswa. Mereka yang merasa
Baca selengkapnya

Bertemu Kembali

Rafa tersenyum mendengar ucapan Debi. ini pertama kalinya Rafa melihat wanita yang tidak mengambil keuntungan di saat ada seseorang yang ingin membelikannya barang."Tidak apa-apa, tidak usah kamu pikirkan.""Tapi Rafa.....""Ini Mas, bajunya."Ucapan Debi harus terhentikan saat pelayan toko datang mendekati mereka. Pelayan toko itu membawa baju mewah yang sangat bagus. Pasti harganya sangat mahal."Iya Mbak, terima kasih. Ini bajunya biar di coba sama teman saya dulu.""Iya Mas.""Ini Debi, coba dulu.""Tapi Rafa, ini kan baju mahal. Aku beli yang harga murah saja, tidak perlu harga mahal." "Tidak apa-apa. Cepat coba sana.""Tapi Rafa."Rafa menyodorkan baju itu. Debi yang tidak mau. Terpaksa menerima baju itu dan langsung menuju ruang ganti. Setelah Debi mengganti baju kotornya dengan baju baru. Debi melangkahkan kakinya berjalan keluar dari dalam ruang ganti. Tidak ketinggalan pula, Debi membawa baju kotornya tadi yang ia taruh di kantong plastik. Debi memberikan tatapan lucu pada
Baca selengkapnya

Hati Yang Sakit

"Ih, Marko. Kamu kok malah mengabaikan aku sih.""Kamu bisa gak sih ngomong seperti itu tidak di tempat umum? Apa kamu lupa perjanjian yang sudah kita buat?""Kenapa? Kamu tidak terima kalau Debi mendengarnya?""Tidak usah bawa-bawa Debi. Ini masalah kamu yang tidak mengingat perjanjian yang sudah kita buat.""Habisnya aku kesal sama kamu, Marko. Lihat, gara-gara kamu menyuruhku mencari kunci mobil kamu di toilet cowok. Aku jadi terluka seperti ini, dan kamu sama sekali tidak mengkhawatirkan aku.""Itu salah kamu sendiri yang tidak mau hati-hati." "Kok salahku sih. Jelas-jelas kamu yang salah." Marko yang lelah menghadapi Maya, membuat Marko melangkahkan kakinya pergi. "Marko, kamu mau kemana? Aku belum selesai bicara sama kamu."Meski Marko mendengar suara teriakan Maya, namun Marko memilih untuk terus melangkahkan kakinya."Sepertinya tebakanku benar," kata Lidya yang berjalan mendekati Maya bersama Mira."Maksud kamu, tebakan kamu benar bagaimana?""Kalau Marko itu tidak pernah s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status