Semua Bab The Sunday Sunflower: Bab 51 - Bab 60

77 Bab

Bab 51

"Lo sadar sesuatu, gak, sih, Ar?""Apa?" tanya Arbii.Elma menghela tangannya dari genggaman tangan Arbii. Rasanya ia kesal sekali dengan adik semata wayangnya ini. Arbii benar-benar sudah tak tertolong. Ke-bucin-annya sudah mendarah daging, meresap ke sumsum tulang hingga mengubah struktur DNA-nya. Hingga Arbii jadi bodoh sekali. Dia rela menyakiti hatinya sendiri cuma karena Fanala."Dari saat Fanala memutuskan untuk membatalkan pernikahan kalian, saat itu juga dia ngebuang lo, Ar," ujar Elma penuh menekanan. Ia geram sekali. Ia gemas pada kebodohan adiknya dan marah pada Fanala yang tega memperlakukan adiknya seperti ini. "Lo sadar gak, sih? Dia rela ninggalin orang yang selama delapan tahun ini nemenin dia, buat orang yang selama delapan tahun ini cuma bikin dia nunggu!"Arbii termangu mendengar ucapan Elma itu. Dia pasti menyadari bahwa apa yang dikatakan oleh kakaknya ini benar adanya. Arbii hanya terlalu keras kepala dan bebal untuk mengakuinya."Lo gak jadi pilihannya, Ar! Da
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-24
Baca selengkapnya

Bab 52

Bab 52Sasha tiba di Bandung saat senja mulai menjelang. Akhirnya ia punya orang yang mau menampungnya sampai beberapa hari ke depan. Prinsipnya: jangan menginap di rumah teman lebih dari seminggu, karena jika lebih ada kemungkinan mereka akan muak dan tak akan mau lagi menumpanginya di lain waktu. Jadi ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tak menginap lebih dari sepekan, sebetah apa pun dirinya."SASHAAAA!"Sasha menoleh ke arah sumber suara cempreng itu. Seketika senyumnya terkembang tatkala melihat Karina, sahabatnya semasa kuliah, tergesa menghampirinya. Sasha pun ikut menyongsongnya lalu mendekap gadis berambut berwarna biru malam itu."Apa kabar lu?" tanya Karina heboh setelah pelukan keduanya luruh. Seperti biasa, ketika sedang excited, suara gadis itu akan meninggi dan dirinya sama sekali tak peduli dengan keadaan di sekitarnya. Ia tidak sama sekali menghiraukan, apalagi malu, saat orang-orang yang sibuk berlalu lalang di stasiun ini mengernyit memandangnya."Alhamdulillah,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-25
Baca selengkapnya

Bab 53

Rumah Karina berada di pinggiran kota. Dengan kondisi lingkungan yang tidak terlalu ramai dan sangat sejuk. Membuat Sasha jadi hobi sekali tidur. Jika tidak diseret Karina bangun untuk sarapan, barangkali ia masih mendengkur hingga siang nanti. Bahkan, baru saja selesai makan pun, mata Sasha mulai terasa berat lagi tatkala punggungnya bersentuhan dengan empuk dan hangatnya punggung sofa. Perlahan-lahan, tirai matanya jatuh terkatup... Damai sekali rasanya. Tidur... lagi...."Sha!" seru Karina sadis, membuat Sasha terperanjat hingga bagun mendadak. "Tidur aja lu, baru kelar makan juga," omel temannya itu. "Mandi sana!""Anjir, Kar! Kaget gue," ujur Sasha seraya mendelik pada temannya itu. "Kan gak lucu kalo gue kena serangan jantung terus mati sekarang.""Iyalah gak lucu, siapa yang menemin gue kalo lo mati.""Ck!" Sasha berdecak sebal. Bisa-bisanya yang dipikirkan Karina hanya siapa yanh menemaninya jika dia mati. Tak ada akhlaknya memang teman ya satu ini. "Gak ada yang bisa diharapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-30
Baca selengkapnya

Bab 54

Bab 54: Keyakinan"Ini baru buka ya kedainya?" tanya Fanala saat ia masuk ke sebuah kedai makan yang diapit sebuah salon dan toko sepatu. Kedai itu cukup ramai. Dua orang yang nampaknya merupakan karyawan sibuk ke sana kemari meracik dan mengantarkan pesanan. "Aku pernah pergi ke salon di sebelah tapi seingetku di sini bukan kedai bubur sebelumnya.""Iya, baru buka," jawab Arbii. Menarik sebuah kursi untuk Fanala duduki. "Yang punya temennya Kak Elma."Fanala duduk dan mulai melihat-lihat daftar menu yang ada di atas meja. Sementara itu Arbii menempati bangku di sisinya."Ada banyak banget jenis buburnya," gumam Fanala. Ada sekitar lima belas jenis bubur yang bahkan ia baru tahu ada jenis bubur semacam itu."Kamu mau bubur yang mana?" tanya Arbii."Bubur ayam biasa aja, deh," sahut Fanala. Ia bukan orang yang exploratif terhadap makanan. Daripada mencoba menu baru, ia lebih suka menu lama yang sudah nyaman di mulutnya. "Kamu mau makan yang mana?" Ia mengangkat wajahnya, memandang Arbi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-31
Baca selengkapnya

Bab 55

Sasha kembali ke ruang keluarga dengan perasaan tak tenang. Ia heran kenapa kisah cinta mereka tak ada yang berjalan baik: dirinya, kakaknya, Kak Nala, Kak Arbii, juga Gathan. Apa mereka terkena semacam kutukan?Kisahnya dan Radit menggantung tanpa kepastian. Kisah Kak Nala dan Gathan membuat mereka berdua sama-sama terluka, hingga terpisah sewindu lamanya. Kisah Kak Nala dan Arbii berakhir di pelaminan. Ini literaly, berakhir di pelaminan: pernikahan mereka batal! Dan kini pernikahan Kak Karel dan Vira di ujung tanduk; kisah mereka pun nyaris luruh tak bersisa."Kenapa muka lu kayak gitu?" tanya Karina, begitu Sasha kembali duduk di sisi Chacha yang sudah menghabiskan pudingnya dan kini berganti melahap sepotong apel."Gak apa-apa," sahut Sasha. Lantas ia mengangkat kakinya ke atas sofa untuk bersila menghadap Chacha. Senyum sudah kembali ke wajahnya tatkala memandang wajah menggaskan Chacha. Setelah ia pikir-pikir, ia sesuatu yang familiar di wajah bocah kecil itu. Seolah ada bagian
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-31
Baca selengkapnya

Bab 56

"Apa yang bikin kamu sedih?" tanya Arbii lembut. Ibu jarinya menghapus sebulih air mata yang tampat Fanala sadari meluncur di pipinya. Air mata itu sudah dingin di tiup angin."Kenangan bahagia," balas Fanala. "Ternyata memang benar ya apa yang dibilang sama salah seorang temenku dulu: kenangan yang manis itu akan terasa pahit saat kita ada di situasi yang sulit. Rasanya kenyakitkan untuk mengingat kenangan indah yang gak mungkin terulang lagi."Arbii tak bertanya lagi. Ia segera merengkuh tubuh Fanala yang mulai dingin ke dalam dekapannya yang hangat. Tanpa Fanala jelaskan kenangan indah apa yang membuatnya sakit, ia sudah paham. Pastilah kenangan tentang Gathan.Cukup lama mereka diam dalam posisi itu. Hingga rintik hujan mulai jatuh perlahan, mengetuk puncak kepala keduanya. Baik Arbii maupun Fanala merenggangkan pelukan mereka sebelum saling menarik diri seutuhnya. "Balik ke mobil, yuk!" ajak Arbii. Fanala mengangguk. Tanpa menunggu lama, Arbii langsung meraih tangan Fanala lalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-02
Baca selengkapnya

Bab 57

Band itu bernama: The Sunday. Dan setelah Fanala dengarkan baik-baik, semua lirik lagu The Sunday itu tentang sesuatu yang sedih walau terkadang musiknya menghentak-hentak. Fanala tak habis pikir, kenapa Arbii menyukai band semacam ini. Band yang sangat tak terkenal menurutnya. Bahkan venue konser mereka sangat mungil untuk ukuran "konser". Terlebih, tema-tema lagu mereka yang mellow sangat tak sesuai dengan kepribadian Arbii yang ceria."Cabik-cabiklah tubuhkuuuuuRobek-robeklah hatikuuuuuBayanganku akan tetap menemaniiiii...muSampai dunia menjadi debuuuu."Fanala menoleh pada Arbii yang berteriak-teriak penuh penghayatan bersama para penonton lainnya. Menciptakan siasana riuh rendah yang nyaris menenggelamkan suara vokalis perempuan di depan sana. Apa jangan-jangan karena itu Arbii suka sekali dengan The Sunday, dia naksir dengan vokalisnya?Gadis yang bernyanyi di atas panggung itu Fanala kira seumuran dengannya. Hanya saja tubuhnya lebih kecil. Penampilannya khas anak band: agak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-02
Baca selengkapnya

Bab 58

Fanala menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia gugup sekali. Ini pertama kalinya ia pergi ke pasar pada malam hari setelah delapan tahun lama.Bulir-bulir keringat dingin rasanya mulai tumbuh di pelipisnya. Tangannya dan kakinya pun terasa agak gemetar. Tak hanya gugup, ia juga merasa takut."Kenapa?" tanya Arbii yang sudah berdiri di sisi pintu yang ia telah bukakan untuk Fanala. "Kalo kamu capek gak apa-apa, kita lain kali aja ke sininya," ujarnya penuh pengertian. Tangannya bertengger di pundak Fanala setelah mengusap kepala Fanala sekilas."Aku baik-baik aja, kok," ucap Fanala sebelum menjejak turun dari mobil. "Yuk!" Ia berpegangan pada lengan Arbii untuk menguatkan diri."Kamu beneran gak apa-apa?" Sekali lagi Arbii bertanya, ingin lebih memastikan. Ia tak mau memaksa Fanala jika gadis itu memang tak sanggup atau bahkan tak ingin.Fanala menyunggingkan senyum di bibirnya, mencoba meyakinkan Arbii bahwa ia baik-baik saja. Arbii tak tahu dan tak perlu tahu jika pasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-02
Baca selengkapnya

Bab 59

"Radit..."Untuk sesaat tak ada lagi yang bersuara setelah Sasha menyebut nama itu. Hanya deru hujan yang terus mengisi kekosongan di antara dua sosok yang kini membeku.Sasha tak tahu harus bagaimana menghadapi harapannya yang hacur tak bersisa setelah delapan tahun ia pupuk tanpa jeda. Malam ini ia menemukan apa yang ia cari bertahun-tahun ini, namun malam ini juga, di bawah hujan yang jatuh, ia kehilangan yang baru saja ia temukan. Lagi, ia menemukan hanya untuk kehilangan.Sedangkan Radit pun tak mampu berkata apa pun ketika dihadapkan pada sosok yang telah lama ia tinggalkan. Ia sudah lupa bagaimana Radit yang lama akan bereaksi saat sahabat perempuan satu-satunya terdiam di bawah hujan saat ia membawa payung di tangannya. Sebab kini ia bukan Radit lagi. Radit sudah lama mati, terkubur bersama jasad ibunya delapan tahun yang lalu. Kini ia adalah Saga. Seorang suami dari Kalania dan ayah dari... Sashachilla Hania... kecil."Sha..." gumam Radit, namun tak tuntas. Ucapannya disela
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-02
Baca selengkapnya

Bab 60

"Mas Gathan mau tambah lagi rotinya?" tanya Kinanti.Mas Gathan menggeleng. Kinanti pun hanya mengangguk kecil. Belakangan ini Mas Gathan jadi pendiam sekali. Dulu jika Kinanti menanyainya perasaan serupa Mas Gathan sering menimpalinya galak, seperti: "Saya punya tangan, bisa ngambil sendiri" atau "Kamu kira saya sarapan sebanyak apa, sih?". Namun kini—sejak mengamuk terakhir kali—Mas Gathan jarang sekali bicara, apa lagi marah-marah.Ternyata Kinanti lebih suka Mas Gathan yang galak dan sarkastis daripada Mas Gathan yang pendiam bagai orang yang tak selera hidup begini. Bahkan makan pun, Kinanti kira Gathan sama sekali tak merasakan apa yang dikunyahnya. Karena kemarin, Kinanti membuat nasi goreng dan menambahkan kecap, lupa bila Mas Gathan sangat tak suka kecap. Saat sudah disajikan, ia baru sadar, dan iti sudah terlambat. Pagi kemarin, ia sudah sangat siap diteriaki oleh Mas Gathan, apalagi—seperti hari ini—mimi Mas Gathan belum pulang karena sedang giliran sif malam dan penginapa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status