Lahat ng Kabanata ng Aksa!: Kabanata 111 - Kabanata 120
155 Kabanata
Air mata Fanny
Azkia sekarang sedang bersama dengan Fanny di sebuah cafe yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah Fanny. Isa sengaja menemui perempuan itu di luar rumahnya, karena ia mau membicarakan hal yang sangat penting.Dan hal yang penting itu tidak boleh ada yang tau selain mereka berdua. Karena hal ini menyangkut Aksa. Adik laki-laki kesayangan mereka."Lo tumben-tumbenan bayarin makanan dan minuman gua. Apa lo mau minta bantuan gua?" tanya Fanny membuka topik pembicaraan."Minta bantuan? Ya bisa dibilang begitu, sih," ucap Azkia diakhiri dengan sebuah senyuman tipis."Mau minta bantuan apa?""Untuk beberapa hari ke depan, Aksa bakalan tidur di rumah gua. Dan gua minta lo buat nutupin hal ini dari semua orang."Fanny yang mendengar hal tersebut langsung marah. Bukan karena Azkia meminta hal yang mustahil. Tetapi karena ia tidak setuju dengan Aksa yang menginap di rumah di rumah Azkia dalam beberapa hari ke depan."Jangan bodoh. Gua nggak b
Magbasa pa
Pertemuan Shila dan Azkia
Kalau biasanya setiap malam Azkia sendirian di rumah. Malam ini berbeda. Karena malam ini Aksa ada di rumahnya.Azkia menatap dengan saksama Aksa yang sedang menggunakan setelan jas berwarna biru muda. Laki-laki itu terlihat sangat berwibawa malam ini. Saking berwibawanya Azkia sampai lupa kalau laki-laki itu adalah seorang laki-laki yang pernah menangis di dalam pelukannya."Udah siap?" tanya Aksa sambil memandang Azkia.Azkia melihat ke arah kaca. Sekarang ia sudah menggunakan gaun berwana putih dan sepatu hak tinggi. Ia memuji dirinya sendiri. Karena malam ini ia terlihat lebih cantik dari malam sebelum-sebelumnya."Udah. Kita berangkat sekarang?" tanya Azkia sambil memalingkan pandangannya ke arah Aksa."Ayuk," ucap Aksa sambil mengulurkan tangannya ke arah Azkia.Azkia sedikit terkejut saat melihat Aksa menjulurkan tangan ke arahnya. Ia tidak menyangka kalau laki-laki itu akan mengajaknya bergandengan tangan."Oh, sorry," ucap Ak
Magbasa pa
Kegundahan Putra
Siang hari ini. Aksa, Putra, dan Cakra sedang ada di sebuah cafe yang letaknya tidak begitu jauh dari markas Natch. Mereka sedang membahas liburan mereka yang akan dilaksanakan minggu depan.Tiket sudah ada untuk enam orang. Penginapan juga sudah mereka sewa. Jadi mereka hanya tinggal mempersiapkan diri untuk berangkat besok lusa."Besok lusa ketemuan di mana, nih?" tanya Cakra sambil menatap Aksa."Di bandara langsung aja. Biar nggak ketinggalan pesawat," jawab Putra dengan santai."Jadinya besok lo bawa siapa?" tanya Aksa sambil menatap Putra."Gua ajak Aqilla," jawab Putra dengan wajah malas."Lah, tumben tuh cewek mau diajak liburan ke luar kota," ucap Aksa heran.Aqilla yang Aksa tau selama ini adalah seorang perempuan yang sangat suka di rumah. Perempuan yang sangat membenci liburan ke luar kota. Karena bagi perempuan itu kamarnya adalah surganya. Jadi untuk liburan ke luar kota itu sama saja meninggalkan surganya demi hal yang
Magbasa pa
Tamu Tak Disangka
Pesawat yang ditumpangi oleh Aksa, Cakra, Putra, Pitaloka, Lia, dan Aqilla sekarang sudah sampai di bandara Tanjung Bara Airport.  Setelah mengambil barang bawaan mereka, mereka menunggu jemputan mereka di depan bandara. Para perempuan duduk di kursi. Sedangkan para laki-laki berdiri di depan mereka sambil meminum sebuah air mineral. Aksa menatap Lia secara saksama. Ia sedikit kaget saat tau kalau perempuan itu adalah pacar Cakra. Ia tidak menyangka kalau ada perempuan yang betah dengan sikap kasar Cakra.  "Eh, lo yakin pacaran sama nih orang? Dia kalau emosi bisa jadi macan, lho?" tanya Aksa sambil menatap Lia dan menunjuk Cakra. "Astaga, nih orang suka banget dah ngerusak hubungan orang," ucap Cakra sambil menjitak kepala Aksa. "Gua juga heran, dah. Kenapa orang segila Cakra, bisa dapat cewek secantik ini," ucap Putra sambil menatap wajah Lia secara saksama. "Woi. Jangan bilang yang enggak-enggak!" ucap Cakra dengan nada ti
Magbasa pa
Penginapan
Aksa, Putra, Cakra, Pitaloka, Aqilla, Lia, Fanny, dan Azkia sekarang sudah ada di depan penginapan mereka. Mereka menatap takjub tampilan Villa yang akan mereka tinggali selama tiga hari itu.Halaman yang luas dan ditumbuhi oleh rumput hijau. Ada sebuah pohon mangga yang sekarang sedang berbuah. Dan pemandangan pantai yang bisa mereka lihat teras Villa.Pemandangan yang sempurna untuk sebuah liburan yang menyenangkan. Itupun kalau liburan mereka kali ini tidak diwarnai oleh sebuah tangisan kesedihan.Aksa menggenggam empat buah kunci. Kunci pertama adalah kunci pintu Villa. Kunci kedua, ketiga, dan keempat adalah kunci kamar yang ada di dalam Villa.Aksa lah yang bertugas untuk membagikan kamar. Karena kalau mereka memilih sendiri-sendiri, maka akan ada satu orang yang merasa diasingkan."Gua, Putra, dan Cakra bakalan satu kamar," ucap Aksa sambil menunjukkan kunci kamarnya.Pandangan Aksa menatap ke arah Aqilla. Ia sedang mencoba memikirkan
Magbasa pa
Menjauh dari Fanny
Sekarang semua penghuni Villa sedang bersenang-senang di pinggir kolam renang. Ada yang sedang meracik bumbu, ada yang sedang memanggang daging yang tadi mereka beli di supermarket, dan ada yang sedang bersantai-santai di sofa yang telaknya tidak begitu jauh dari kolam renang.Cakra dan Putra sekarang sedang disibukkan dengan memanggang daging. Kali ini mereka memanggang daging dengan serius. Karena kalau sampai daging yang mereka panggang gosong, mereka tidak akan dapat jatah makan.Sedangkan Pitaloka, Fanny sedang meracik bumbu tambahan. Untuk berjaga-jaga misalkan bumbu yang tadi sudah disiapkan kurang. Dan Aqilla, Azkia, dan Lia sedang menyiapkan nasi, piring, dan sendok untuk nanti saat acara makan bersama. Azkia memastikan kalau piring yang ada di meja pas dengan jumlah orang yang nanti akan makan. Aqilla bertugas untuk membersihkan sendok, supaya nanti saat digunakan sendok-sendok tersebut sudah bersih. Sedangkan Lia bertugas untuk memasak nasi. Dan
Magbasa pa
Lucu
Hari kedua liburan. Aksa, Cakra, dan Putra sekarang sudah ada di pinggir pantai. Mereka sengaja berangkat ke pantai sangat pagi, supaya mereka bisa menikmati suasana pantai saat sedang sepi.Mereka bertiga berjalan bersama di bibir pantai. Bercerita tentang banyak hal. Dan sesekali mereka berfoto bersama untuk mengabadikan momen kebersamaan mereka ini.Bisa dibilang ini adalah liburan mereka yang pertama kalinya sejak mereka berkenalan. Karena memang dulu-dulu mereka disibukkan dengan para mafia dan geng motor lain yang selalu mencari masalah dengan mereka. Jadi baru kali ini mereka bisa berlibur dengan tenang."Sa, nanti malam kita makan apa?" tanya Cakra sambil melirik sosok laki-laki yang ada di sebelah kanannya."Ikan bakar kayaknya enak," jawab Aksa."Nggak ayam bakar aja?" tanya Putra sambil melirik ke arah kiri. Atau lebih tepatnya ke arah Aksa."Ayam bakar mah udah biasa. Di sini kan suasananya pantai. Jadi ikan bakar lebih cocok," j
Magbasa pa
Pusat Pembelanjaan
Aksa, Cakra, Putra, Azkia, Lia, Aqilla, Pitaloka dan Fanny sekarang sudah sampai di pusat pembelanjaan. Mereka masuk ke dalam, lalu berpencar ke segala arah. Mencari oleh-oleh yang akan mereka bawa pulang.Tentu saja mereka berpasang-pasangan, supaya bisa saling membantu dan saling menjaga. Aksa dengan Pitaloka. Cakra dengan Lia. Putra dengan Aqilla. Fanny dengan Azkia. Begitulah pembagian pasangannya. Dan tentu saja, pembagian itu dilakukan secara adil dan tidak ada paksaan sama sekali.Aksa dan Pitaloka masuk ke dalam area baju perempuan. Cakra dan Lia masuk ke dalam area baju laki-laki. Putra dan Aqilla masuk ke dalam bagian makanan. Fanny dan Azkia masuk ke dalam bagian cinderamata.Aksa tersenyum lebar saat melihat Pitaloka sedang kebingungan mencari baju yang bagus. Pacarnya itu sekarang sedang memegang dua baju. Dan menurutnya kedua baju itu sama-sama bagus. Jadi pantas saja kalau pacarnya itu sedang kebingungan."Mbak," ucap Aksa mema
Magbasa pa
Black card
Putra dan Aqilla berlari kencang ke area makanan saat mendengar ada perkelahian di sana. Dengan kecepatan penuh, mereka berlari melewati semua pengunjung yang ada.Lalu pada akhirnya mereka sampai di barisan paling belakang kerumunan. Mata Putra menatap Cakra yang sedang berusaha untuk maju ke barisan paling depan. Ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah laki-laki itu. Untuk menanyakan siapa orang yang sedang berkelahi."Woi, Cakra. Lo tau siapa yang berantem?" tanya Putra saat sudah berada di samping Cakra."Nggak tau. Tapi semoga aja bukan Fanny," ucap Cakra yang khawatir karena Fanny juga ada di area makanan.Cakra dan Putra pun berusaha untuk mencapai barisan terdepan. Dengan usaha keras, mereka pun bisa berhasil berada di barisan terdepan. Dan akhirnya mereka bisa melihat siapa yang sedang berkelahi.Mata Putra membulat sempurna saat melihat wajah Fanny sudah basah karena siraman seorang laki-laki yang ada di hadapan perempuan itu. Dengan per
Magbasa pa
Adik kecil
Aksa menyenderkan punggungnya ke tembok. Sekarang ia sedang ada di luar kamar mandi. Menunggu Fanny yang sedang mandi di dalam. Ia tadi juga sudah memberikan Fanny baju ganti. Jadi seharusnya semuanya akan baik-baik saja mulai sekarang. Karena selama ada dirinya, ia tidak akan membiarkan perempuan itu terluka."Sa. Lo dapat kartu itu dari mana?" tanya Fanny dari dalam kamar mandi."Anggap aja dari sponsor. Dia meminjamkan kartunya selama aku masih liburan di sini," ucap Aksa sambil mendongak ke arah atas."Hebat juga lo. Bisa punya kenalan sultan.""Aku juga nggak nyangka bisa kenal sama dia.""Apa dia perempuan?""Iya. Kenapa emang?""Apa dia Tante-tante yang ada diberita itu?" Senyuman Aksa tercetak jelas. Ia masih ingat jelas kalau ada berita yang mengatakan kalau dirinya sekarang sedang dekat dengan seorang Tante-tante kaya. Aksa sebenarnya muak melihat berita itu. Tetapi mau bagaimana lagi. Berita itu me
Magbasa pa
PREV
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status