Hari kedua liburan. Aksa, Cakra, dan Putra sekarang sudah ada di pinggir pantai. Mereka sengaja berangkat ke pantai sangat pagi, supaya mereka bisa menikmati suasana pantai saat sedang sepi.
Mereka bertiga berjalan bersama di bibir pantai. Bercerita tentang banyak hal. Dan sesekali mereka berfoto bersama untuk mengabadikan momen kebersamaan mereka ini.
Bisa dibilang ini adalah liburan mereka yang pertama kalinya sejak mereka berkenalan. Karena memang dulu-dulu mereka disibukkan dengan para mafia dan geng motor lain yang selalu mencari masalah dengan mereka. Jadi baru kali ini mereka bisa berlibur dengan tenang.
"Sa, nanti malam kita makan apa?" tanya Cakra sambil melirik sosok laki-laki yang ada di sebelah kanannya.
"Ikan bakar kayaknya enak," jawab Aksa.
"Nggak ayam bakar aja?" tanya Putra sambil melirik ke arah kiri. Atau lebih tepatnya ke arah Aksa.
"Ayam bakar mah udah biasa. Di sini kan suasananya pantai. Jadi ikan bakar lebih cocok," j
Aksa, Cakra, Putra, Azkia, Lia, Aqilla, Pitaloka dan Fanny sekarang sudah sampai di pusat pembelanjaan. Mereka masuk ke dalam, lalu berpencar ke segala arah. Mencari oleh-oleh yang akan mereka bawa pulang.Tentu saja mereka berpasang-pasangan, supaya bisa saling membantu dan saling menjaga.Aksa dengan Pitaloka. Cakra dengan Lia. Putra dengan Aqilla. Fanny dengan Azkia. Begitulah pembagian pasangannya. Dan tentu saja, pembagian itu dilakukan secara adil dan tidak ada paksaan sama sekali.Aksa dan Pitaloka masuk ke dalam area baju perempuan. Cakra dan Lia masuk ke dalam area baju laki-laki. Putra dan Aqilla masuk ke dalam bagian makanan. Fanny dan Azkia masuk ke dalam bagian cinderamata.Aksa tersenyum lebar saat melihat Pitaloka sedang kebingungan mencari baju yang bagus. Pacarnya itu sekarang sedang memegang dua baju. Dan menurutnya kedua baju itu sama-sama bagus. Jadi pantas saja kalau pacarnya itu sedang kebingungan."Mbak," ucap Aksa mema
Putra dan Aqilla berlari kencang ke area makanan saat mendengar ada perkelahian di sana. Dengan kecepatan penuh, mereka berlari melewati semua pengunjung yang ada.Lalu pada akhirnya mereka sampai di barisan paling belakang kerumunan. Mata Putra menatap Cakra yang sedang berusaha untuk maju ke barisan paling depan. Ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah laki-laki itu. Untuk menanyakan siapa orang yang sedang berkelahi."Woi, Cakra. Lo tau siapa yang berantem?" tanya Putra saat sudah berada di samping Cakra."Nggak tau. Tapi semoga aja bukan Fanny," ucap Cakra yang khawatir karena Fanny juga ada di area makanan.Cakra dan Putra pun berusaha untuk mencapai barisan terdepan. Dengan usaha keras, mereka pun bisa berhasil berada di barisan terdepan. Dan akhirnya mereka bisa melihat siapa yang sedang berkelahi.Mata Putra membulat sempurna saat melihat wajah Fanny sudah basah karena siraman seorang laki-laki yang ada di hadapan perempuan itu. Dengan per
Aksa menyenderkan punggungnya ke tembok. Sekarang ia sedang ada di luar kamar mandi. Menunggu Fanny yang sedang mandi di dalam.Ia tadi juga sudah memberikan Fanny baju ganti. Jadi seharusnya semuanya akan baik-baik saja mulai sekarang. Karena selama ada dirinya, ia tidak akan membiarkan perempuan itu terluka."Sa. Lo dapat kartu itu dari mana?" tanya Fanny dari dalam kamar mandi."Anggap aja dari sponsor. Dia meminjamkan kartunya selama aku masih liburan di sini," ucap Aksa sambil mendongak ke arah atas."Hebat juga lo. Bisa punya kenalan sultan.""Aku juga nggak nyangka bisa kenal sama dia.""Apa dia perempuan?""Iya. Kenapa emang?""Apa dia Tante-tante yang ada diberita itu?"Senyuman Aksa tercetak jelas. Ia masih ingat jelas kalau ada berita yang mengatakan kalau dirinya sekarang sedang dekat dengan seorang Tante-tante kaya. Aksa sebenarnya muak melihat berita itu. Tetapi mau bagaimana lagi. Berita itu me
Matahari mulai tenggelam. Sebagai tanda kalau sore mulai berganti malam. Hangatnya sore yang tadi terasa sangat nyaman di kulit, sekarang berganti menjadi dingin. Membuat semuanya orang yang tidak tahan dengan dingin harus segera menggenakan jaket mereka masing-masing.Tetapi Aksa malam ini tidak merasa kedinginan. Karena ia sekarang sedang berhadapan dengan sebuah api unggun yang ia gunakan untuk membakar ikan.Benar, kali ini Aksa lah yang akan memasak untuk makan malam.Kemampuan laki-laki itu dalam membakar ikan tidak perlu diragukan lagi. Pasalnya laki-laki itu sudah sering membakar ikan saat sedang di rumah. Dan tentu saja, Fitri lah yang mengajarinya tentang membakar ikan.Ikan yang ia bakar sekarang adalah ikan nila. Berjumlah 6 ekor. Dan sekarang semuanya sudah selesai di bakar.Tinggal ditaruh di atas nasi, lalu disantap bersama-sama dengan para sahabat-sahabatnya yang sudah menunggu dari tadi."Put, bawa," ucap Aksa pada Put
Aksa membawa sekantong penuh camilan ke kamar para perempuan. Ia mengarah ke sebuah kamar yang letaknya tidak jauh dari tangga. Karena menurut informasi yang ia dengar dari Cakra, para perempuan sekarang sedang berkumpul di kamar itu untuk menonton film bersama-sama.Langkah Aksa berhenti tepat di depan kamar tersebut. Dan ia pun mulai mengetuk pintu itu perlahan. Ketukannya berhenti saat mendengar sahutan dari dalam kamar.Pintu kamar itu mulai terbuka. Dan Aksa pun bisa melihat Lia yang sedang membuka pintu dan semua orang yang ada di dalam kamar tersebut dengan jelas."Kenapa, Sa?" tanya Lia sambil menatap Aksa."Ini dari pacar lo. Tadi dia sempet beli tapi belum sempat ngasih ke lo, soalnya dia keburu ketiduran," ucap Aksa sambil menyodorkan sebuah kantong plastik yang tadi ia bawa.Lia menerima kantong plastik itu. Lalu melihat semua makanan yang ada di dalamnya secara saksama. Makanan yang ada di dalam kantong plastik itu terbilang sangat ban
Malam terakhir liburan. Cakra dan Putra sedang bersantai-santai di pinggir kolam renang. Cakra memetik gitar yang tadi ia pinjam dari penjaga Villa. Dan Putra sedang menyanyi untuk memeriahkan malam ini.Fanny dan Aqilla sedang duduk-duduk santai di pinggir kolam. Mengibas-ngibaskan kaki mereka yang masuk ke dalam kolam secara perlahan.Azkia dan Lia sedang menonton film bersama di sofa yang ada di ruang tengah.Sedangkan Pitaloka dan Aksa sekarang sedang ada di pantai. Mereka duduk di pinggir pantai sambil menikmati suasana pantai saat malam hari.Aksa memberikan jaketnya kepada Pitaloka, supaya perempuan itu tidak kedinginan karena angin malam yang menerpa mereka.Pitaloka menyadarkan kepalanya di bahu Aksa. Lalu tersenyum kecil. Karena malam ini Aksa miliknya seorang. Tidak akan ada yang bisa mengganggunya dengan Aksa kali ini."Udah ngantuk, kah?" tanya Aksa sambil menatap wajah Pitaloka."Belum, kok. Cuma lagi pengen aja ny
Cakra, Putra, Fanny, Azkia, Aqilla, dan Lia sudah sampai di kota tempat tinggal mereka. Mereka sekarang masih berada di bandara. Menunggu jemputan mereka masing-masing.Aksa dan Pitaloka tidak ada bersama mereka. Karena sekarang Aksa sedang menemani Pitaloka yang sedang menunggu pesawatnya ke Singapura siap untuk berangkat."Kalian pulang sama gua aja gimana?" tanya Cakra saat mobil jemputannya sudah datang."Boleh-boleh aja, sih. Nggak bayar duit bensin, 'kan?" jawab Putra diakhiri dengan sebuah pertanyaan."Ya enggak, lah. Lo kira gua mata duitan atau gimana?! Udah langsung masuk aja," ucap Cakra sambil masuk duluan ke dalam mobil."Gua sama Fanny nggak ikut. Gua ada rencana sama Fanny," ucap Azkia sambil menggenggam tangan Fanny.Fanny yang mendengar Azkia bicara seperti itu langsung memandang perempuan itu dengan rasa penasaran. Seingatnya ia tidak punya rencana dengan perempuan itu setelah kepulangannya dari liburan. Tetapi kenapa
Aksa sekarang sedang ada di dalam sebuah ruangan yang mulai sekarang akan menjadi tempat tidurnya. Ruangan yang sangat luas. Dinding yang berwarna biru muda. Dan ada banyak buku novel yang tertera rapih di rak dekat almari baju. Tidak lupa dengan kasur berukuran besar yang terasa sangat empuk. Sudah biasa dipastikan kalau Aksa akan sangat betah berada di kamar ini.Aksa mengambil sebuah novel yang ada di rak buku. Ia membolak-balik buku novel tersebut untuk memastikan buku novel itu miliknya atau bukan.Setelah mempertahankan sampul buku novel tersebut, Aksa ingat kalau buku itu adalah buku yang selama ini ia ingin-inginkan tetapi belum sempat terbeli karena banyak urusan yang harus dikerjakan sampai lupa untuk membeli buku tersebut."Bunda udah nyiapin banyak buku novel di rak itu. Tapi jangan lupa buat baca buku pelajaran juga. Kamu itu masih sekolah, jadi harus fokus sama pelajaran," ucap Shila di ambang pintu.Benar, Shila lah yang membeli
Atlanta sekarang sudah beranjak remaja. Sekarang ia sudah resmi menjadi murid SMA Nusa Bangsa. Dan sudah mendapatkan satu teman saat masa MOS.Hari-hari yang ia jalani sangatlah membosankan. Karena setiap hari ia hanya di rumah. Menonton TV, membaca buku, mengerjakan soal-soal. Cuma itu kegiatannya.Tetapi itu semua akan berubah jika Aksa datang. Kedatangan laki-laki itu membuat harinya menjadi lebih menyenangkan. Setiap laki-laki itu datang, pasti laki-laki itu akan membawanya jalan-jalan berkeliling kota, membeli es krim di suatu tempat, dan bermain bersama-sama. Tetapi sangat disayangkan, karena laki-laki itu sangat jarang berkunjung.Dan seperti hari ini. Atlanta sangat bosan. Makanya ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Tetapi di tengah jalan atau tepatnya di depan sebuah pintu kamar, ia hentikan langkahnya.Sekarang ia ada di depan pintu kamar yang selalu terkunci. Kamar itu sangat jarang dibuka dan kalau pun dibuka pasti saat itu Atlanta sedang ti
Tiga tahun sudah semenjak hari pernikahan Aksa dan Fanny. Betapa bahagianya Cakra saat mendengar Fanny sudah melahirkan bayinya dengan selamat. Dengan kecepatan penuh, Cakra mengendarai motornya ke rumah sakit, untuk menjenguk perempuan itu dan mengucapakan selamat pada sahabatnya karena sudah menjadi seorang ayah.Saat sudah sampai di rumah sakit. Dengan cepat Cakra langsung berlari ke arah ruang perawatan Fanny. Saat sudah sampai di ruangan tersebut, Cakra melihat Aksa yang sedang duduk di sofa menemani Fanny yang sedang tertidur lelap."Yo, Kapten," ucap Cakra sambil memasuki ruangan."Yo. Lama nggak ketemu," ucap Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Cakra."Kan sekarang lo sudah jadi seorang ayah, nih. Ceritalah gimana perasaan lo sekarang.""Bahagia banget. Saking bahagianya gua nggak tau bagaimana cara ngasih taunya ke lo.""Oh, begitu. Kalau 'gitu udah cukup. Asalkan lo bahagia itu sudah cukup."Pandangan Cakra beralih
Cakra mengambil sebuah dua gelas minuman di atas meja, lalu berjalan menuju Putra yang sedang berkumpul bersama anggota Natch.Cakra menyodorkan salah satu gelasnya ke arah Putra. Sebagai isyarat untuk laki-laki itu minum minuman tersebut. Dan dengan senang hati Putra menerima minuman itu, lalu meminumnya sedikit."Semuanya datang?" tanya Cakra sambil menatap Putra."Dua puluh persen dari anggota Heaven datang," jawab Putra setelah meminum minumannya."Kok cuma dua puluh persen? Bukannya semua anggota Heaven diundang?""Mereka bakalan datang kalau semua tamu undangan yang lainnya sudah pulang. Pikirin aja baik-baik, kalau mereka semua datang sekarang, tempat ini bakalan penuh dengan anak geng motor, nanti para tamu undangan yang lain pada takut. Bisa-bisa acara ini jadi hancur.""Benar juga, ya. Tumben otak lo lancar.""Otak gua memang lancar. Noh otak lu yang mampet."Cakra tersenyum kecil mendengar itu. Pandangann
Malam hari ini, Azkia menginap di rumah Aksa. Karena besok ia harus membantu Shila untuk mempersiapkan semuanya yang dibutuhkan saat acara pernikahan Aksa dan Fanny.Di kamar tamu lah ia berada sekarang. Ia sudah sangat sering menggunakan kamar tamu ini. Bahkan saking seringnya ia tidur di kamar ini, ia sampai-sampai sudah menganggap kamar tamu ini adalah kamarnya sendiri.Azkia tersenyum tipis, saat melihat Aksa memasuki kamarnya. Ia menatap wajah Aksa dengan saksama, seakan bertanya alasan kenapa laki-laki itu datang ke kamarnya malam-malam seperti ini.Mengetahui ada Aksa, Azkia langsung duduk di pinggir kasur. Supaya lebih sopan. Karena bagaimana pun Aksa lah tuan rumah. Jadi kurang sopan jika ia tiduran di atas kasur, saat ada laki-laki itu.Azkia terheran-heran saat tiba-tiba Aksa jongkok tepat di hadapannya. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dilakukan laki-laki itu? Memasuki kamarnya tanpa sepatah kata pun, lalu tiba-tiba jongkok d
Aksa menatap Azkia secara saksama. Sejak tadi perempuan itu terus mengoceh hal-hal yang tidak penting. Dan Aksa hanya diam sambil berharap kalau ocehan Azkia akan segera berakhir.Dan harapan Aksa menjadi kenyataan. Tetapi itu bukan karena Azkia sudah selesai dengan ocehannya. Melainkan karena Fanny datang ke rumahnya. Dan sekarang sedang menunggunya di ruang tamu."Besok penentuan hari pernikahan lo sama Fanny. Jadi gua mohon jangan ikut-ikutan kalau Heaven sedang ada masalah dengan geng motor lain. Karena itu sangat berbahaya bagi lo," ucap Azkia sambil meredakan emosinya."Kalau gua sampai ikutan?" tanya Aksa dengan polosnya."Gua nggak bakalan izinin lo keluar dari kamar. Gua bakalan kunci kamar lo sampai seminggu, biar lo mati bosan di dalam kamar.""Wih, ngeri amat. Lo ini seorang kakak atau pembunuh kejam?""Dua-duanya. Kenapa? Mau ngeluh? Gua bilangin ke Bunda nih ya kalau lo nggak mau nurut sama gua.""Aduh, mainnya nga
Fitri tersenyum lebar saat melihat Aksa sekarang sedang berada di depan rumahnya bersama dengan Fanny. Sudah lama sekali, laki-laki itu tidak kembali ke rumahnya. Sekalinya laki-laki itu kembali hanya sekedar untuk mengantarkan Fanny.Rasanya miris sekali, saat mengingat bahwa dulu Aksa adalah bagian dari keluarganya. Tetapi sekarang Aksa sudah terlihat seperti orang asing. Yang bahkan sama sekali tidak terlihat merindukannya."Nggak masuk dulu?" tanya Fitri saat Aksa mau berbalik.Gerakan Aksa langsung terhenti saat mendengar suara Fitri. Rasa rindu yang selama ini ia telah lupakan, sekarang kembali muncul. Membuatnya ingin memeluk tubuh Fitri dengan erat. Lalu melepaskan semua rasa rindu yang telah ia simpan rapih-rapih selama ini."Saya harus kembali ke rumah sakit untuk membantu Bunda. Jadi mungkin lain waktu," ucap Aksa lalu tersenyum kecil."Atlanta juga butuh sosok kakak laki-laki. Jadi bisa temui dia? Biar dia tau kalau dia punya kakak laki
Aksa menatap perempuan yang ada di hadapannya secara saksama. Ini sama sekali tidak ada di dalam rencananya. Sebelumnya ia hanya berencana makan ramen bersama Putra sambil membahas beberapa hal. Tetapi siapa sangka Azkia dan Fanny berada di sana juga.Dengan paksaan Putra, akhirnya Aksa mau berbagi meja dengan Azkia dan Fanny. Sebenarnya ini adalah rencana Putra dan Azkia. Mereka memang sengaja mengajak Aksa dan Fanny ke warung ini, supaya hubungan mereka bisa menjadi lebih dekat.Dan rencana mereka untuk mempertemukan Aksa dan Fanny berhasil.Aksa menatap wajah Azkia. Mempertanyakan kenapa perempuan itu bisa berada di warung tersebut bersama Fanny. Tetapi hanya dibalas dengan senyuman oleh Azkia."Mau pesan apa, Vin?" ucap seorang perempuan yang bertugas untuk mencatat pesanan Aksa dan teman-temannya.Sontak Fanny, Azkia, dan Putra langsung merasa terheran-heran. Pasalnya perempuan itu memanggil Aksa dengan nama Alvin. Yang artinya perempuan
Sekarang Aksa dan Putra sedang ada di markas besar Heaven. Putra sengaja mengajak Aksa bertemu di sini, agar tidak ada yang menganggu perbicangan mereka. Karena saat ini Putra ingin membicarakan hal yang sangat penting. Dan hal itu sangat bersangkutan dengan kebahagiaan dua orang yang ia sayang.Aksa dan Putra berdiri saling berhadapan. Putra tersenyum lebar, lalu melayangkan sebuah pukulan cepat. Putra sengaja fokus kecepatan bukan kekuatan, karena ia tau kalau ia fokus pada kekuatan, maka kecepatan tangannya akan berkurang dan Aksa akan menangkis pukulannya dengan sempurna.Aksa menyentuh pipinya yang baru saja terkenal pukulan Putra. Ia merasa sedikit nyeri, karena sudah lama tidak merasakan pukulan. Terlebih lagi, pukulan sahabatnya itu memang tidak bisa diremehkan."Lo cinta sama Fanny?" tanya Putra sambil menatap tajam Aksa."Kenapa lo tiba-tiba tanya begitu?" tanya Aksa sambil menatap sinis Putra."Karena gua cinta sama dia.""K
Fanny menatap secara saksama Aqilla yang duduk di seberangnya. Ia sedikit kaget, saat tiba-tiba perempuan itu datang ke rumahnya lalu meminta waktunya sedikit untuk hanya sekedar berbicara tentang Aksa.Dari raut wajah perempuan itu, sepertinya perempuan itu sedang dalam mood yang buruk. Tetapi apa yang membuat sahabatnya itu terlihat seperti itu?"Jujur sama gua. Apa lo pernah bilang sesuatu ke Aksa? Sampai-sampai dia nggak percaya kalau lo cinta sama dia?" tanya Aqilla secara tiba-tiba.Fanny tertegun saat mendengar hal itu. Secara frontal Aqilla menanyakan hal seperti kepadanya. Seakan perempuan itu sangat yakin kalau dirinya pernah melakukan hal itu dengan sengaja."Setahu gua sih nggak pernah," jawab Fanny dengan ragu."Jangan bohong. Karena ini menyangkut masa depan lo sama Aksa," ucap Aqilla sambil menatap tajam Fanny."Enggak, Qilla. Emang kenapa, sih?""Aksa merasa kalau lo nggak cinta sama dia. Makanya sampai sekarang