Beranda / Romansa / Aksa! / Menurut Cakra

Share

Menurut Cakra

Penulis: PlutoPen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Matahari mulai tenggelam. Sebagai tanda kalau sore mulai berganti malam. Hangatnya sore yang tadi terasa sangat nyaman di kulit, sekarang berganti menjadi dingin. Membuat semuanya orang yang tidak tahan dengan dingin harus segera menggenakan jaket mereka masing-masing.

Tetapi Aksa malam ini tidak merasa kedinginan. Karena ia sekarang sedang berhadapan dengan sebuah api unggun yang ia gunakan untuk membakar ikan.

Benar, kali ini Aksa lah yang akan memasak untuk makan malam. 

Kemampuan laki-laki itu dalam membakar ikan tidak perlu diragukan lagi. Pasalnya laki-laki itu sudah sering membakar ikan saat sedang di rumah. Dan tentu saja, Fitri lah yang mengajarinya tentang membakar ikan.

Ikan yang ia bakar sekarang adalah ikan nila. Berjumlah 6 ekor. Dan sekarang semuanya sudah selesai di bakar.

Tinggal ditaruh di atas nasi, lalu disantap bersama-sama dengan para sahabat-sahabatnya yang sudah menunggu dari tadi.

"Put, bawa," ucap Aksa pada Put

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aksa!   Kecewa

    Aksa membawa sekantong penuh camilan ke kamar para perempuan. Ia mengarah ke sebuah kamar yang letaknya tidak jauh dari tangga. Karena menurut informasi yang ia dengar dari Cakra, para perempuan sekarang sedang berkumpul di kamar itu untuk menonton film bersama-sama.Langkah Aksa berhenti tepat di depan kamar tersebut. Dan ia pun mulai mengetuk pintu itu perlahan. Ketukannya berhenti saat mendengar sahutan dari dalam kamar.Pintu kamar itu mulai terbuka. Dan Aksa pun bisa melihat Lia yang sedang membuka pintu dan semua orang yang ada di dalam kamar tersebut dengan jelas."Kenapa, Sa?" tanya Lia sambil menatap Aksa."Ini dari pacar lo. Tadi dia sempet beli tapi belum sempat ngasih ke lo, soalnya dia keburu ketiduran," ucap Aksa sambil menyodorkan sebuah kantong plastik yang tadi ia bawa.Lia menerima kantong plastik itu. Lalu melihat semua makanan yang ada di dalamnya secara saksama. Makanan yang ada di dalam kantong plastik itu terbilang sangat ban

  • Aksa!   Malam terakhir

    Malam terakhir liburan. Cakra dan Putra sedang bersantai-santai di pinggir kolam renang. Cakra memetik gitar yang tadi ia pinjam dari penjaga Villa. Dan Putra sedang menyanyi untuk memeriahkan malam ini.Fanny dan Aqilla sedang duduk-duduk santai di pinggir kolam. Mengibas-ngibaskan kaki mereka yang masuk ke dalam kolam secara perlahan.Azkia dan Lia sedang menonton film bersama di sofa yang ada di ruang tengah.Sedangkan Pitaloka dan Aksa sekarang sedang ada di pantai. Mereka duduk di pinggir pantai sambil menikmati suasana pantai saat malam hari.Aksa memberikan jaketnya kepada Pitaloka, supaya perempuan itu tidak kedinginan karena angin malam yang menerpa mereka.Pitaloka menyadarkan kepalanya di bahu Aksa. Lalu tersenyum kecil. Karena malam ini Aksa miliknya seorang. Tidak akan ada yang bisa mengganggunya dengan Aksa kali ini."Udah ngantuk, kah?" tanya Aksa sambil menatap wajah Pitaloka."Belum, kok. Cuma lagi pengen aja ny

  • Aksa!   Aksa sudah pergi

    Cakra, Putra, Fanny, Azkia, Aqilla, dan Lia sudah sampai di kota tempat tinggal mereka. Mereka sekarang masih berada di bandara. Menunggu jemputan mereka masing-masing.Aksa dan Pitaloka tidak ada bersama mereka. Karena sekarang Aksa sedang menemani Pitaloka yang sedang menunggu pesawatnya ke Singapura siap untuk berangkat."Kalian pulang sama gua aja gimana?" tanya Cakra saat mobil jemputannya sudah datang."Boleh-boleh aja, sih. Nggak bayar duit bensin, 'kan?" jawab Putra diakhiri dengan sebuah pertanyaan."Ya enggak, lah. Lo kira gua mata duitan atau gimana?! Udah langsung masuk aja," ucap Cakra sambil masuk duluan ke dalam mobil."Gua sama Fanny nggak ikut. Gua ada rencana sama Fanny," ucap Azkia sambil menggenggam tangan Fanny.Fanny yang mendengar Azkia bicara seperti itu langsung memandang perempuan itu dengan rasa penasaran. Seingatnya ia tidak punya rencana dengan perempuan itu setelah kepulangannya dari liburan. Tetapi kenapa

  • Aksa!   Kecelakaan pesawat

    Aksa sekarang sedang ada di dalam sebuah ruangan yang mulai sekarang akan menjadi tempat tidurnya. Ruangan yang sangat luas. Dinding yang berwarna biru muda. Dan ada banyak buku novel yang tertera rapih di rak dekat almari baju. Tidak lupa dengan kasur berukuran besar yang terasa sangat empuk. Sudah biasa dipastikan kalau Aksa akan sangat betah berada di kamar ini.Aksa mengambil sebuah novel yang ada di rak buku. Ia membolak-balik buku novel tersebut untuk memastikan buku novel itu miliknya atau bukan.Setelah mempertahankan sampul buku novel tersebut, Aksa ingat kalau buku itu adalah buku yang selama ini ia ingin-inginkan tetapi belum sempat terbeli karena banyak urusan yang harus dikerjakan sampai lupa untuk membeli buku tersebut."Bunda udah nyiapin banyak buku novel di rak itu. Tapi jangan lupa buat baca buku pelajaran juga. Kamu itu masih sekolah, jadi harus fokus sama pelajaran," ucap Shila di ambang pintu.Benar, Shila lah yang membeli

  • Aksa!   Emosi Cakra

    Cakra melempar kencang handphone-nya ke tanah. Saking kencangnya handphonenya itu sampai hancur. Putra yang melihat itu hanya bisa diam. Karena ia tau semarah apa sahabatnya itu sekarang."Berengsek! Kenapa harus Aksa lagi?! Kenapa?! Dia orang baik?! Kenapa harus dia lagi yang merasakan kehilangan?!" tanya Cakra dengan nada sangat tinggi membuat semua orang yang ada di markas Natch langsung membisu."Woi, Putra! Bukannya ini nggak adik! Dua tahun lalu, Aksa dipaksa untuk melepaskan Zia. Dan sekarang dia harus melepaskan Pitaloka! Sebenarnya apa salah dia?!" tanya Cakra sambil menarik kerah baju Putra.Cakra tidak kuasa menahan amarahnya. Saat tau Pitaloka masuk ke dalam daftar nama korban kecelakaan pesawat yang terjadi tadi pagi. Ia sangat merasa sedih sekarang. Bukan karena ia kehilangan cinta pertamanya. Melainkan untuk kedua kalinya sahabatnya merasakan kehilangan orang yang disayanginya."Tenang dulu, Cak," ucap Putra untuk menenangkan Cakra.

  • Aksa!   Mesin Ketik

    Cakra, Putra dan para anggota Natch sudah sampai di depan rumah Aksa. Tidak lama setelah kedatangannya, Cakra melihat ada sebuah mobil parkir di dekat motor mereka.Ia tersenyum kecil saat melihat ada perempuan yang keluar dari dalam mobil itu."Qilla, lo udah denger kabarnya?" tanya Putra sambil menatap Aqilla yang baru saja keluar dari dalam mobil."Udah. Gua ke sini buat nemuin Aksa. Kalian juga?" jawab Aqilla diakhiri dengan sebuah pertanyaan."Iya," jawab Cakra.Mereka pun berjalan bersama memasuki perkarangan rumah Aksa. Langkah mereka berhenti tepat, saat Cakra, Putra, dan Aqilla sudah berada tepat di depan rumah Aksa.Dengan berat hati, Cakra mulai mengetuk pintu rumah Aksa. Berulang kali ia mencoba untuk tersenyum. Biar saat nanti Aksa keluar, ia bisa menyambut sahabatnya itu dengan senyuman hangat. Supaya sejenak sahabatnya itu bisa melupakan apa yang sudah menimpa Pitaloka.Perlahan pintu rumah Aksa mulai terbuka. Put

  • Aksa!   Pasar ilegal

    Putra dan Cakra sudah ada di pasar ilegal yang tadi diceritakan oleh Putra. Mereka memakai sebuah masker, kacamata dan jaket untuk menutupi identitas mereka. Supaya tidak ada berita yang menyebar kalau mereka telah membeli barang di pasar ilegal. Karena bisa gawat jika berita itu menyebar luas. Bisa-bisa mereka jadi incaran polisi.Selagi mereka berjalan ke tempat yang mereka tuju. Para anggota Natch dan Salamander yang mengikuti mereka perlahan-lahan mengikuti gerakan mereka. Para anggota kedua devisi itu memberi jarak aman, supaya tidak akan yang curiga dengan kedatangan mereka. Dan supaya mereka bisa langsung melindungi ketua mereka jika seandainya ada yang tiba-tiba menyerang ketua mereka.Langkah mereka semua berhenti saat Putra dan Cakra sudah sampai tujuan mereka. Putra berhenti tepat di sebuah ruko yang sudah tutup.Putra menendang pintu ruko itu secara perlahan untuk memberi tanda orang yang ada di dalam ruko. Tak lama setelah itu, pintu ruko itu terbuk

  • Aksa!   Depan Rumah Azkia

    Pagi-pagi buta seperti ini, Aqilla sudah ada di depan pintu rumah Azkia. Aqilla datang ke rumah Azkia karena ingin memastikan kecurigaannya selama ini.Ia berkali-kali mengetuk pintu rumah Azkia. Tetapi tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang pemilik rumah. Ia sudah menelepon Azkia berkali-kali. Tetapi tidak ada satu pun teleponnya yang bisa tersambung dengan perempuan tersebut.Jadi ia hanya bisa diam di teras rumah. Sambil menunggu Azkia muncul dari dalam."Lo ngapain di rumah gua?" tanya seorang perempuan dari arah belakang Aqilla.Aqilla yang kaget mendengar itu, sontak langsung melihat ke arah belakang. Ia menghembuskan nafas lega, saat tau kalau orang yang ada di belakangnya itu adalah Azkia."Buat nemuin lo, lah. Dari mana aja lo? Udah gua tungguin dari tadi juga," ucap Aqilla sambil menatap wajah Azkia."Gua habis beli makan," jawab Azkia sambil menunjukkan sebuah kantong plastik berisikan makanan kepada Aqilla."Mau ngapain

Bab terbaru

  • Aksa!   Bonus

    Atlanta sekarang sudah beranjak remaja. Sekarang ia sudah resmi menjadi murid SMA Nusa Bangsa. Dan sudah mendapatkan satu teman saat masa MOS.Hari-hari yang ia jalani sangatlah membosankan. Karena setiap hari ia hanya di rumah. Menonton TV, membaca buku, mengerjakan soal-soal. Cuma itu kegiatannya.Tetapi itu semua akan berubah jika Aksa datang. Kedatangan laki-laki itu membuat harinya menjadi lebih menyenangkan. Setiap laki-laki itu datang, pasti laki-laki itu akan membawanya jalan-jalan berkeliling kota, membeli es krim di suatu tempat, dan bermain bersama-sama. Tetapi sangat disayangkan, karena laki-laki itu sangat jarang berkunjung.Dan seperti hari ini. Atlanta sangat bosan. Makanya ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Tetapi di tengah jalan atau tepatnya di depan sebuah pintu kamar, ia hentikan langkahnya.Sekarang ia ada di depan pintu kamar yang selalu terkunci. Kamar itu sangat jarang dibuka dan kalau pun dibuka pasti saat itu Atlanta sedang ti

  • Aksa!   Pitaloka Aurora

    Tiga tahun sudah semenjak hari pernikahan Aksa dan Fanny. Betapa bahagianya Cakra saat mendengar Fanny sudah melahirkan bayinya dengan selamat. Dengan kecepatan penuh, Cakra mengendarai motornya ke rumah sakit, untuk menjenguk perempuan itu dan mengucapakan selamat pada sahabatnya karena sudah menjadi seorang ayah.Saat sudah sampai di rumah sakit. Dengan cepat Cakra langsung berlari ke arah ruang perawatan Fanny. Saat sudah sampai di ruangan tersebut, Cakra melihat Aksa yang sedang duduk di sofa menemani Fanny yang sedang tertidur lelap."Yo, Kapten," ucap Cakra sambil memasuki ruangan."Yo. Lama nggak ketemu," ucap Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Cakra."Kan sekarang lo sudah jadi seorang ayah, nih. Ceritalah gimana perasaan lo sekarang.""Bahagia banget. Saking bahagianya gua nggak tau bagaimana cara ngasih taunya ke lo.""Oh, begitu. Kalau 'gitu udah cukup. Asalkan lo bahagia itu sudah cukup."Pandangan Cakra beralih

  • Aksa!   Pesta Pernikahan

    Cakra mengambil sebuah dua gelas minuman di atas meja, lalu berjalan menuju Putra yang sedang berkumpul bersama anggota Natch.Cakra menyodorkan salah satu gelasnya ke arah Putra. Sebagai isyarat untuk laki-laki itu minum minuman tersebut. Dan dengan senang hati Putra menerima minuman itu, lalu meminumnya sedikit."Semuanya datang?" tanya Cakra sambil menatap Putra."Dua puluh persen dari anggota Heaven datang," jawab Putra setelah meminum minumannya."Kok cuma dua puluh persen? Bukannya semua anggota Heaven diundang?""Mereka bakalan datang kalau semua tamu undangan yang lainnya sudah pulang. Pikirin aja baik-baik, kalau mereka semua datang sekarang, tempat ini bakalan penuh dengan anak geng motor, nanti para tamu undangan yang lain pada takut. Bisa-bisa acara ini jadi hancur.""Benar juga, ya. Tumben otak lo lancar.""Otak gua memang lancar. Noh otak lu yang mampet."Cakra tersenyum kecil mendengar itu. Pandangann

  • Aksa!   Meminta izin

    Malam hari ini, Azkia menginap di rumah Aksa. Karena besok ia harus membantu Shila untuk mempersiapkan semuanya yang dibutuhkan saat acara pernikahan Aksa dan Fanny.Di kamar tamu lah ia berada sekarang. Ia sudah sangat sering menggunakan kamar tamu ini. Bahkan saking seringnya ia tidur di kamar ini, ia sampai-sampai sudah menganggap kamar tamu ini adalah kamarnya sendiri.Azkia tersenyum tipis, saat melihat Aksa memasuki kamarnya. Ia menatap wajah Aksa dengan saksama, seakan bertanya alasan kenapa laki-laki itu datang ke kamarnya malam-malam seperti ini.Mengetahui ada Aksa, Azkia langsung duduk di pinggir kasur. Supaya lebih sopan. Karena bagaimana pun Aksa lah tuan rumah. Jadi kurang sopan jika ia tiduran di atas kasur, saat ada laki-laki itu.Azkia terheran-heran saat tiba-tiba Aksa jongkok tepat di hadapannya. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dilakukan laki-laki itu? Memasuki kamarnya tanpa sepatah kata pun, lalu tiba-tiba jongkok d

  • Aksa!   Mengantar undangan

    Aksa menatap Azkia secara saksama. Sejak tadi perempuan itu terus mengoceh hal-hal yang tidak penting. Dan Aksa hanya diam sambil berharap kalau ocehan Azkia akan segera berakhir.Dan harapan Aksa menjadi kenyataan. Tetapi itu bukan karena Azkia sudah selesai dengan ocehannya. Melainkan karena Fanny datang ke rumahnya. Dan sekarang sedang menunggunya di ruang tamu."Besok penentuan hari pernikahan lo sama Fanny. Jadi gua mohon jangan ikut-ikutan kalau Heaven sedang ada masalah dengan geng motor lain. Karena itu sangat berbahaya bagi lo," ucap Azkia sambil meredakan emosinya."Kalau gua sampai ikutan?" tanya Aksa dengan polosnya."Gua nggak bakalan izinin lo keluar dari kamar. Gua bakalan kunci kamar lo sampai seminggu, biar lo mati bosan di dalam kamar.""Wih, ngeri amat. Lo ini seorang kakak atau pembunuh kejam?""Dua-duanya. Kenapa? Mau ngeluh? Gua bilangin ke Bunda nih ya kalau lo nggak mau nurut sama gua.""Aduh, mainnya nga

  • Aksa!   Bertemu Atlanta

    Fitri tersenyum lebar saat melihat Aksa sekarang sedang berada di depan rumahnya bersama dengan Fanny. Sudah lama sekali, laki-laki itu tidak kembali ke rumahnya. Sekalinya laki-laki itu kembali hanya sekedar untuk mengantarkan Fanny.Rasanya miris sekali, saat mengingat bahwa dulu Aksa adalah bagian dari keluarganya. Tetapi sekarang Aksa sudah terlihat seperti orang asing. Yang bahkan sama sekali tidak terlihat merindukannya."Nggak masuk dulu?" tanya Fitri saat Aksa mau berbalik.Gerakan Aksa langsung terhenti saat mendengar suara Fitri. Rasa rindu yang selama ini ia telah lupakan, sekarang kembali muncul. Membuatnya ingin memeluk tubuh Fitri dengan erat. Lalu melepaskan semua rasa rindu yang telah ia simpan rapih-rapih selama ini."Saya harus kembali ke rumah sakit untuk membantu Bunda. Jadi mungkin lain waktu," ucap Aksa lalu tersenyum kecil."Atlanta juga butuh sosok kakak laki-laki. Jadi bisa temui dia? Biar dia tau kalau dia punya kakak laki

  • Aksa!   Warung ramen

    Aksa menatap perempuan yang ada di hadapannya secara saksama. Ini sama sekali tidak ada di dalam rencananya. Sebelumnya ia hanya berencana makan ramen bersama Putra sambil membahas beberapa hal. Tetapi siapa sangka Azkia dan Fanny berada di sana juga.Dengan paksaan Putra, akhirnya Aksa mau berbagi meja dengan Azkia dan Fanny. Sebenarnya ini adalah rencana Putra dan Azkia. Mereka memang sengaja mengajak Aksa dan Fanny ke warung ini, supaya hubungan mereka bisa menjadi lebih dekat.Dan rencana mereka untuk mempertemukan Aksa dan Fanny berhasil.Aksa menatap wajah Azkia. Mempertanyakan kenapa perempuan itu bisa berada di warung tersebut bersama Fanny. Tetapi hanya dibalas dengan senyuman oleh Azkia."Mau pesan apa, Vin?" ucap seorang perempuan yang bertugas untuk mencatat pesanan Aksa dan teman-temannya.Sontak Fanny, Azkia, dan Putra langsung merasa terheran-heran. Pasalnya perempuan itu memanggil Aksa dengan nama Alvin. Yang artinya perempuan

  • Aksa!   Putra menyerah

    Sekarang Aksa dan Putra sedang ada di markas besar Heaven. Putra sengaja mengajak Aksa bertemu di sini, agar tidak ada yang menganggu perbicangan mereka. Karena saat ini Putra ingin membicarakan hal yang sangat penting. Dan hal itu sangat bersangkutan dengan kebahagiaan dua orang yang ia sayang.Aksa dan Putra berdiri saling berhadapan. Putra tersenyum lebar, lalu melayangkan sebuah pukulan cepat. Putra sengaja fokus kecepatan bukan kekuatan, karena ia tau kalau ia fokus pada kekuatan, maka kecepatan tangannya akan berkurang dan Aksa akan menangkis pukulannya dengan sempurna.Aksa menyentuh pipinya yang baru saja terkenal pukulan Putra. Ia merasa sedikit nyeri, karena sudah lama tidak merasakan pukulan. Terlebih lagi, pukulan sahabatnya itu memang tidak bisa diremehkan."Lo cinta sama Fanny?" tanya Putra sambil menatap tajam Aksa."Kenapa lo tiba-tiba tanya begitu?" tanya Aksa sambil menatap sinis Putra."Karena gua cinta sama dia.""K

  • Aksa!   Kesalahan Fanny

    Fanny menatap secara saksama Aqilla yang duduk di seberangnya. Ia sedikit kaget, saat tiba-tiba perempuan itu datang ke rumahnya lalu meminta waktunya sedikit untuk hanya sekedar berbicara tentang Aksa.Dari raut wajah perempuan itu, sepertinya perempuan itu sedang dalam mood yang buruk. Tetapi apa yang membuat sahabatnya itu terlihat seperti itu?"Jujur sama gua. Apa lo pernah bilang sesuatu ke Aksa? Sampai-sampai dia nggak percaya kalau lo cinta sama dia?" tanya Aqilla secara tiba-tiba.Fanny tertegun saat mendengar hal itu. Secara frontal Aqilla menanyakan hal seperti kepadanya. Seakan perempuan itu sangat yakin kalau dirinya pernah melakukan hal itu dengan sengaja."Setahu gua sih nggak pernah," jawab Fanny dengan ragu."Jangan bohong. Karena ini menyangkut masa depan lo sama Aksa," ucap Aqilla sambil menatap tajam Fanny."Enggak, Qilla. Emang kenapa, sih?""Aksa merasa kalau lo nggak cinta sama dia. Makanya sampai sekarang

DMCA.com Protection Status