Home / Romansa / Aksa! / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Aksa!: Chapter 121 - Chapter 130

155 Chapters

Menurut Cakra

Matahari mulai tenggelam. Sebagai tanda kalau sore mulai berganti malam. Hangatnya sore yang tadi terasa sangat nyaman di kulit, sekarang berganti menjadi dingin. Membuat semuanya orang yang tidak tahan dengan dingin harus segera menggenakan jaket mereka masing-masing.Tetapi Aksa malam ini tidak merasa kedinginan. Karena ia sekarang sedang berhadapan dengan sebuah api unggun yang ia gunakan untuk membakar ikan.Benar, kali ini Aksa lah yang akan memasak untuk makan malam. Kemampuan laki-laki itu dalam membakar ikan tidak perlu diragukan lagi. Pasalnya laki-laki itu sudah sering membakar ikan saat sedang di rumah. Dan tentu saja, Fitri lah yang mengajarinya tentang membakar ikan.Ikan yang ia bakar sekarang adalah ikan nila. Berjumlah 6 ekor. Dan sekarang semuanya sudah selesai di bakar.Tinggal ditaruh di atas nasi, lalu disantap bersama-sama dengan para sahabat-sahabatnya yang sudah menunggu dari tadi."Put, bawa," ucap Aksa pada Put
Read more

Kecewa

Aksa membawa sekantong penuh camilan ke kamar para perempuan. Ia mengarah ke sebuah kamar yang letaknya tidak jauh dari tangga. Karena menurut informasi yang ia dengar dari Cakra, para perempuan sekarang sedang berkumpul di kamar itu untuk menonton film bersama-sama.Langkah Aksa berhenti tepat di depan kamar tersebut. Dan ia pun mulai mengetuk pintu itu perlahan. Ketukannya berhenti saat mendengar sahutan dari dalam kamar.Pintu kamar itu mulai terbuka. Dan Aksa pun bisa melihat Lia yang sedang membuka pintu dan semua orang yang ada di dalam kamar tersebut dengan jelas."Kenapa, Sa?" tanya Lia sambil menatap Aksa."Ini dari pacar lo. Tadi dia sempet beli tapi belum sempat ngasih ke lo, soalnya dia keburu ketiduran," ucap Aksa sambil menyodorkan sebuah kantong plastik yang tadi ia bawa.Lia menerima kantong plastik itu. Lalu melihat semua makanan yang ada di dalamnya secara saksama. Makanan yang ada di dalam kantong plastik itu terbilang sangat ban
Read more

Malam terakhir

Malam terakhir liburan. Cakra dan Putra sedang bersantai-santai di pinggir kolam renang. Cakra memetik gitar yang tadi ia pinjam dari penjaga Villa. Dan Putra sedang menyanyi untuk memeriahkan malam ini.Fanny dan Aqilla sedang duduk-duduk santai di pinggir kolam. Mengibas-ngibaskan kaki mereka yang masuk ke dalam kolam secara perlahan.Azkia dan Lia sedang menonton film bersama di sofa yang ada di ruang tengah. Sedangkan Pitaloka dan Aksa sekarang sedang ada di pantai. Mereka duduk di pinggir pantai sambil menikmati suasana pantai saat malam hari.Aksa memberikan jaketnya kepada Pitaloka, supaya perempuan itu tidak kedinginan karena angin malam yang menerpa mereka.Pitaloka menyadarkan kepalanya di bahu Aksa. Lalu tersenyum kecil. Karena malam ini Aksa miliknya seorang. Tidak akan ada yang bisa mengganggunya dengan Aksa kali ini."Udah ngantuk, kah?" tanya Aksa sambil menatap wajah Pitaloka."Belum, kok. Cuma lagi pengen aja ny
Read more

Aksa sudah pergi

Cakra, Putra, Fanny, Azkia, Aqilla, dan Lia sudah sampai di kota tempat tinggal mereka. Mereka sekarang masih berada di bandara. Menunggu jemputan mereka masing-masing. Aksa dan Pitaloka tidak ada bersama mereka. Karena sekarang Aksa sedang menemani Pitaloka yang sedang menunggu pesawatnya ke Singapura siap untuk berangkat."Kalian pulang sama gua aja gimana?" tanya Cakra saat mobil jemputannya sudah datang."Boleh-boleh aja, sih. Nggak bayar duit bensin, 'kan?" jawab Putra diakhiri dengan sebuah pertanyaan."Ya enggak, lah. Lo kira gua mata duitan atau gimana?! Udah langsung masuk aja," ucap Cakra sambil masuk duluan ke dalam mobil."Gua sama Fanny nggak ikut. Gua ada rencana sama Fanny," ucap Azkia sambil menggenggam tangan Fanny.Fanny yang mendengar Azkia bicara seperti itu langsung memandang perempuan itu dengan rasa penasaran. Seingatnya ia tidak punya rencana dengan perempuan itu setelah kepulangannya dari liburan. Tetapi kenapa
Read more

Kecelakaan pesawat

Aksa sekarang sedang ada di dalam sebuah ruangan yang mulai sekarang akan menjadi tempat tidurnya. Ruangan yang sangat luas. Dinding yang berwarna biru muda. Dan ada banyak buku novel yang tertera rapih di rak dekat almari baju. Tidak lupa dengan kasur berukuran besar yang terasa sangat empuk. Sudah biasa dipastikan kalau Aksa akan sangat betah berada di kamar ini. Aksa mengambil sebuah novel yang ada di rak buku. Ia membolak-balik buku novel tersebut untuk memastikan buku novel itu miliknya atau bukan. Setelah mempertahankan sampul buku novel tersebut, Aksa ingat kalau buku itu adalah buku yang selama ini ia ingin-inginkan tetapi belum sempat terbeli karena banyak urusan yang harus dikerjakan sampai lupa untuk membeli buku tersebut."Bunda udah nyiapin banyak buku novel di rak itu. Tapi jangan lupa buat baca buku pelajaran juga. Kamu itu masih sekolah, jadi harus fokus sama pelajaran," ucap Shila di ambang pintu.Benar, Shila lah yang membeli
Read more

Emosi Cakra

Cakra melempar kencang handphone-nya ke tanah. Saking kencangnya handphonenya itu sampai hancur. Putra yang melihat itu hanya bisa diam. Karena ia tau semarah apa sahabatnya itu sekarang."Berengsek! Kenapa harus Aksa lagi?! Kenapa?! Dia orang baik?! Kenapa harus dia lagi yang merasakan kehilangan?!" tanya Cakra dengan nada sangat tinggi membuat semua orang yang ada di markas Natch langsung membisu."Woi, Putra! Bukannya ini nggak adik! Dua tahun lalu, Aksa dipaksa untuk melepaskan Zia. Dan sekarang dia harus melepaskan Pitaloka! Sebenarnya apa salah dia?!" tanya Cakra sambil menarik kerah baju Putra.Cakra tidak kuasa menahan amarahnya. Saat tau Pitaloka masuk ke dalam daftar nama korban kecelakaan pesawat yang terjadi tadi pagi. Ia sangat merasa sedih sekarang. Bukan karena ia kehilangan cinta pertamanya. Melainkan untuk kedua kalinya sahabatnya merasakan kehilangan orang yang disayanginya."Tenang dulu, Cak," ucap Putra untuk menenangkan Cakra.
Read more

Mesin Ketik

Cakra, Putra dan para anggota Natch sudah sampai di depan rumah Aksa. Tidak lama setelah kedatangannya, Cakra melihat ada sebuah mobil parkir di dekat motor mereka.Ia tersenyum kecil saat melihat ada perempuan yang keluar dari dalam mobil itu. "Qilla, lo udah denger kabarnya?" tanya Putra sambil menatap Aqilla yang baru saja keluar dari dalam mobil."Udah. Gua ke sini buat nemuin Aksa. Kalian juga?" jawab Aqilla diakhiri dengan sebuah pertanyaan."Iya," jawab Cakra.Mereka pun berjalan bersama memasuki perkarangan rumah Aksa. Langkah mereka berhenti tepat, saat Cakra, Putra, dan Aqilla sudah berada tepat di depan rumah Aksa.Dengan berat hati, Cakra mulai mengetuk pintu rumah Aksa. Berulang kali ia mencoba untuk tersenyum. Biar saat nanti Aksa keluar, ia bisa menyambut sahabatnya itu dengan senyuman hangat. Supaya sejenak sahabatnya itu bisa melupakan apa yang sudah menimpa Pitaloka.Perlahan pintu rumah Aksa mulai terbuka. Put
Read more

Pasar ilegal

Putra dan Cakra sudah ada di pasar ilegal yang tadi diceritakan oleh Putra. Mereka memakai sebuah masker, kacamata dan jaket untuk menutupi identitas mereka. Supaya tidak ada berita yang menyebar kalau mereka telah membeli barang di pasar ilegal. Karena bisa gawat jika berita itu menyebar luas. Bisa-bisa mereka jadi incaran polisi.Selagi mereka berjalan ke tempat yang mereka tuju. Para anggota Natch dan Salamander yang mengikuti mereka perlahan-lahan mengikuti gerakan mereka. Para anggota kedua devisi itu memberi jarak aman, supaya tidak akan yang curiga dengan kedatangan mereka. Dan supaya mereka bisa langsung melindungi ketua mereka jika seandainya ada yang tiba-tiba menyerang ketua mereka.Langkah mereka semua berhenti saat Putra dan Cakra sudah sampai tujuan mereka. Putra berhenti tepat di sebuah ruko yang sudah tutup.Putra menendang pintu ruko itu secara perlahan untuk memberi tanda orang yang ada di dalam ruko. Tak lama setelah itu, pintu ruko itu terbuk
Read more

Depan Rumah Azkia

Pagi-pagi buta seperti ini, Aqilla sudah ada di depan pintu rumah Azkia. Aqilla datang ke rumah Azkia karena ingin memastikan kecurigaannya selama ini.Ia berkali-kali mengetuk pintu rumah Azkia. Tetapi tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang pemilik rumah. Ia sudah menelepon Azkia berkali-kali. Tetapi tidak ada satu pun teleponnya yang bisa tersambung dengan perempuan tersebut.Jadi ia hanya bisa diam di teras rumah. Sambil menunggu Azkia muncul dari dalam."Lo ngapain di rumah gua?" tanya seorang perempuan dari arah belakang Aqilla.Aqilla yang kaget mendengar itu, sontak langsung melihat ke arah belakang. Ia menghembuskan nafas lega, saat tau kalau orang yang ada di belakangnya itu adalah Azkia."Buat nemuin lo, lah. Dari mana aja lo? Udah gua tungguin dari tadi juga," ucap Aqilla sambil menatap wajah Azkia."Gua habis beli makan," jawab Azkia sambil menunjukkan sebuah kantong plastik berisikan makanan kepada Aqilla."Mau ngapain
Read more

Semangat Untuk Aksa

Azkia menatap sendu seorang laki-laki yang sedang tiduran di atas kasur. Dengan langkah pelan, ia berjalan memasuki kamar laki-laki itu. Berjalan mendekat ke kasur laki-laki itu. Ia duduk di tepi kasur laki-laki itu. Senyumannya muncul saat ia memandang banyak buku yang berjatuhan di lantai.Sekarang Aksa yang ada di dekatnya bukanlah Aksa yang ia kenal. Karena Aksa yang ia kenal adalah laki-laki yang sangat suka dengan kebersihan dan kerapian. Setiap ada barang yang tidak rapi, pasti laki-laki itu akan langsung merapihkan barang tersebut. Tetapi itu Aksa yang ia kenal. Aksa yang sekarang berbeda. Kamarnya sangat berantakan, rambutnya yang acak-acakan. Sangat berbanding terbalik dengan sifat Aksa yang aslinya."Besok lo masuk sekolah, 'kan?" tanya Azkia sambil memandang wajah Aksa."Lo ngapain di sini? Bukannya lo besok ada ujian?" tanya Aksa tanpa memandang ke arah Azkia."Gua udah nggak peduli lagi sama ujian. Karena sekarang yang terpentin
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status