Home / Fantasi / Guardians of Shan / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Guardians of Shan: Chapter 181 - Chapter 190

202 Chapters

Panti – 3

"Kamu belum pantas untuk membawanya." Suara Bibi terdengar, meski dunia di sekitarku masih begitu gelap. Mataku terpejam, sementara badan terasa hangat karena diselimuti. Kutebak, mereka sebenarnya berdiri tidak jauh dari posisiku berbaring."Dia tanggungjawabku, aku yang melindunginya selama ini," balas seorang pria. Dia memiliki logat yang aneh, seakan berusaha menyesuaikan kalimat yang biasa diucapkan oleh Bibi. Sedikit mirip dengan suara Nemesis, meski di sisi lain juga terdengar sedikit keras seakan ingin lawan bicara tahu betapa seriusnya dia. Itulah suara yang kudengar beberapa saat sebelum kegelapan menyambut pandanganku."Kamu mungkin sudah membuktikannya, tapi aku rasa kamu masih belum pantas," sahut Bibi. "Datanglah kemari setelah aku yakin.""Mau sampai kapan kau tahan dia dariku?" balas si pria, sedikit lebih keras dari sebelumnya, dapat kurasakan gejolak amarah darinya. "Aku sudah membantumu, aku menjamin keselamatan anak-anak di sini, terutama Levi. Kau masih bilang it
last updateLast Updated : 2023-07-18
Read more

Panti – 4

Aku menjenguk beberapa anak panti yang bermain bersama kami kemarin itu. Sebagian dari mereka sudah tampak ceria kembali, walau sebagian lain tetap murung akibat mendengar kabar duka tentang Louis."Kemarin Rama, sekarang Louis." Salah satu anak bicara dengan gemetar. "Besoknya siapa?" Anak perempuan itu menunduk sambil menutupi mata dengan tangan. Rambut dia terurai hingga menutupi sebagian wajahnya yang tertunduk. Aku ingat, dia sekamar dengan Louis, Yeva setahuku. Aku jarang bicara dengannya dan kini gadis itu sedang berada tepat di depan, gemetar sambil meratapi nasib. "Padahal kita tadi hanya bermain." Dia terisak. "Kenapa dunia begitu menakutkan?""Sudah, jangan takut." Dani menepuk pelan bahu anak perempuan itu. "Kita sudah aman sekarang.""Tapi, nanti mereka akan datang dan memangsa kita!" Anak itu kembali menangis.Aku yakin yang dia maksud sebagai "mereka" itu adalah para pemburu iblis tadi. Tapi, bukannya yang menyerang kami itu juga vampir?"Kita selalu aman di panti ini,"
last updateLast Updated : 2023-07-18
Read more

Panti – 5

Malam itu aku bermimpi aneh. Aku melihat sekeliling diisi kegelapan, hanya cahaya dari kalungku yang menerangi meski tidak begitu membantu lantaran pandanganku masih tertutupi kegelapan seperti orang yang sedang tidur. Sayup-sayup, terdengar suara asing dari kejauhan. Seperti kumpulan orang dalam satu ruang yang sedang berdiskusi."Wah, akhirnya datang juga." Kudengar suara pria asing dari kejauhan. Tidak ada wujud, hanya suara dari mereka yang saling membalas."Kalian masih hidup rupanya." Kudengar suara seorang pria. Dia terdengar sinis alih-alih senang karena mungkin saja ini pertemuan bersama teman-temannya."Tidak usah sinis begitu, sudah berapa dekade kita tidak berkumpul di sini?" Terdengar suara Nemesis menyahut.Berapa dekade? Tunggu, mereka bicara tentang apa? Bagaimana bisa mereka saling menyahut meski tidak jelas wujudnya? Aku melihat sekelilingku sekali lagi, tapi tidak ada yang terlihat. Hanya suara mereka dihiasi sinar kalungku yang berpendar lebih terang dari biasanya.
last updateLast Updated : 2023-07-22
Read more

Panti – 6

Pandanganku yang buram perlahan memperlihatkan suasana di sekitar, tercium bau anyir menyengat membuat seisi perut terasa ingin keluar. Namun, aku tetap mencoba bangkit, menjauh dari apa pun yang mungkin masih menghadangku.Begitu pandangan semakin jelas, semua anak panti telah terbaring di depanku, tenggelam dalam lautan darah. Tiada satu pun bergerak, bahkan saat aku mencoba menepuk pelan tangan salah satu dari mereka, berharap paling tidak ada satu di antaranya yang menyahut. Namun, hanya keheningan menyambut, menyisakan aku terpaku di tengah anak-anak panti.Mata mereka terbuka, menatapku dengan pandangan kosong seakan menyampaikan kata yang hanya bisa dipahami hati. Kulihat rasa takut menyelimuti jasad mereka sebelum jiwanya direnggut. Pandangan mata yang dipenuhi semangat hidup kini menyisakan ketakutan yang membekas, membuatku bergidik membayangkan apa gerangan yang dilihatnya sebelum maut menjemput. Anak-anak yang dulunya berharap akan tumbuh besar dengan aman di panti kini–T
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

Rumah Baru – 1

« Farees Suryanta » "Di mana Azeeza?" Pria itu bertanya. Entah kenapa posisiku saat ini justru tengah memeluk pinggangnya. Dapat kulihat sekilas wajahnya meski sangat samar. Dia memiliki rambut seperti perpaduan jingga dan merah jambu pendek. Secara fisik, tentu saja, dia jauh lebih tinggi dariku. Pria itu bertanya pada seseorang, tapi aku tidak melihat siapa mengingat pandanganku saat ini hanya fokus ke lantai putih berlapis sesuatu yang lembut layaknya kapas."Mohon maaf, Yang Mulia. Dia sepertinya sedang sibuk bersama el-Khalifa," balas orang itu. El-Khalifa ... Sepertinya aku kenal nama itu. Oh, si naga?Aneh, semua terasa seperti di dunia lain yang telah lama tak dijumpa, layaknya menemukan kepingan dalam masa lalu yang telah terkubur. Aku ingin menyentuh diri sendiri, memastikan kalau kesadaranku telah penuh pada situasi ini. Namun, mataku hanya menangkap diriku berdiri diam di sisi pria tadi."Begitu?" sahut pria yang kuyakini sebagai seorang raja, dilihat dari pakaiannya yang
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

Rumah Baru – 2

Dia menjawab tanpa mengalihkan pandangan dariku. Namun, tidak ada lanjutan dari ucapannya tadi. Kukira dia akan bertanya dari mana aku mengenalnya. Namun, mengingat beberapa ucapan dari Bibi membuatku yakin kalau pria ini sudah mengenalku lebih awal.Aku kembali bicara. "Bibi memberitahuku, katanya kalian berteman.""Teman katanya?" Pria itu mengerutkan kening, suaranya terdengar tersinggung. "Begitu katanya?"Aku jelas heran. "Bukannya kalian sudah lama berteman?"Pria itu diam untuk beberapa saat. Dia tampak berusaha menyusun kalimat yang tepat untuk menjawab.Tidak mau suasana menjadi semakin canggung, aku bertanya. "Aku ... Aku Remi.""Itu namamu sekarang?" Balasannya membuatku bingung. Namun, aku langsung ingat jika dulu namaku pasti berbeda saat masih menjadi pangeran di Shan.Aku mengiakan. Kuulangi pertanyaan pertama. "Namamu? Maksudku, nama panggilan?" Rasanya canggung jika aku panggil Guardian-ku dengan nama marga. Walaupun sesama Guardian melakukannya.Pria itu menjawab, ta
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more

Rumah Baru – 3

"Pangeran, makanlah." Setelah beberapa saat, dia akhirnya bicara dengan lebih bernada. Logatnya memang membuat setiap ucapan yang dia lontarkan terdengar sedikit kaku dan aneh, tapi aku maklumi karena dia mungkin kesulitan merangkai kalimat yang bisa kupahami.Aku mengambil sepotong roti dan mengunyahnya, rasanya manis. Sementara mataku melirik ke arah dia yang duduk diam menghadapku. Tanpa mengalihkan pandangan, terus saja fokus kepadaku. Mungkin dia berniat menjagaku, walau terlihat canggung.Aku pun melanjutkan makan lantaran sudah lapar. Pada akhirnya aku bisa menikmati santapanku tanpa ragu. Selama beberapa hari ini aku hanya makan daging yang tidak jelas asal-usulnya. Begitu selesai menghabiskan roti itu, kuteguk teh yang dia jamukan. Meski tidak semanis yang kukira, tetap dihabiskan.Seusai itu, aku menatapnya sambil tersenyum. "Terima kasih.""Sama-sama," jawabnya kaku.Tidak mau suasana jadi canggung, aku bertanya. "Aku dari Ezilis Utara. Kalau Robert dari mana?"Dia memandan
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more

Rumah Baru – 4

Tempat ini tidak tampak begitu megah tapi cukup luas, orang-orang di dalam yang saling mengobrol cukup menghidupkan suasana. Aku duduk di dalam baris pembatas antara pembeli dan penjual, menyaksikan Robert melayani para pelanggan. Dia tidak menyuruhku melakukan apa pun, jadi aku memilih diam dan mencoba untuk tidak berbuat masalah.Robert sibuk melayani pelanggannya. Tidak banyak bicara, hanya mengiakan apa yang mereka pesan dan membuatnya. Aku bahkan sampai sedikit lupa apa saja yang pernah dia ucapkan dalam waktu senggang ini. Namun, ini bukan suatu masalah, aku hanya duduk diam dan mengamati.Tempat ini aku sebut sebagai "Tempat Minum" karena memang tidak tersedia makanan dalam menu, seakan memang tempat ini dirancang untuk minum saja. Pelanggan pun ke sini hanya mampir sekadar mengganjal perut sambil mengobrol bersama. Aku dengarkan sebagian, tapi tidak ada yang benar-benar penting, entah sekadar basa-basi membahas kabar kondisi kota sekarang atau soal cuaca pagi ini.Aku menengok
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more

Rumah Baru – 5

Alexei DurovPanti GravesNama yang tertera di bawah seragam putih itu entah mengapa tidaklah asing, sepertinya aku pernah mendengar nama itu. Aku ingat, itu nama yang pernah Bibi ucapkan kepada seseorang. Bukankah itu ... Itu nama orang yang Bibi kenal dan percayai. Anak-anak panti juga mengenalnya sebagai "Paman." Berarti ini baju salah satu pengurus panti. Kenapa bisa sampai ke rumah Robert? Aku amati lebih dekat baju itu. Tampaknya Robert telah merawatnya dengan baik. Masih rapi dan bahkan wangi seakan baru saja dibeli. Mengapa dia menyimpan baju ini?Dari satu nama dan tempat yang tertulis, aku menebak itu nama pengurus selain Bibi di Panti Graves, tempat yang menampungku untuk sementara waktu. Berarti Alexei ini orang yang mungkin sudah lama bekerja di sana hingga disediakan baju untuknya. Namun, ukurannya kecil seperti ukuran baju anak-anak sebayaku. Mungkin saja dia menyimpan baju masa kecilnya sebagai hiasan. Lantas kenapa ada di rumah Robert? Tidak mungkin dia asal menyimpan
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more

Rumah Baru – 6

Robert membawaku ke tengah kota, letaknya tidak jauh dari tempat dia bekerja. Di situlah banyak kereta kuda tersedia. Di antara mereka ada satu yang langsung mendekat seakan mengenali Robert.Robert menyuruhku masuk terlebih dahulu, sementara dia mengobrol sebentar dengan kusir sebelum duduk di sisiku. "Setidaknya mereka menyediakan fasilitas," komentarnya entah bicara padaku atau bicara sendiri. Nadanya terkesan ketus alih-alih lega, barangkali ini tidak sesuai harapannya, entah apa itu. Melihatnya begitu membuat aku enggan bertanya lebih lanjut.Guna menghabiskan waktu tanpa merasa canggung, aku putuskan untuk mengamati pemandangan kota saat kereta melaju. Tidak beda jauh dibandingkan Ezilis, sementara penampilan warga di sana juga sama, rata-rata memiliki kulit putih walau sedikit kemerahan. Mataku melirik ke arah Robert, kulihat dia juga sibuk mengamati sepertiku. Kucoba membandingkan rupa dia dengan warga di kota.Robert tidak jauh berbeda dari warga sekitar. Memang hampir semua
last updateLast Updated : 2023-10-12
Read more
PREV
1
...
161718192021
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status