Home / Romansa / The Power Of Love / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of The Power Of Love : Chapter 11 - Chapter 20

28 Chapters

Nasi Goreng

 Dentingan piano yang indah terdengar nyaring,  meski sesekali masih ada kesalahan dimainkan oleh Alson Ksatria Abraham. Ayunda dan Alson tengah belajar bermain piano, Alson mencoba kunci lagu yang diberikan Ayunda. Ditonton oleh Tuan Haris, Nyonya Sisilia dan tentunya Nathan yang menyaksikan kedekatan Ayunda dan Alson yang selalu membuat mereka bahagia.“Aku masih belum bisa, Mah, maaf membuatmu kecewa.“ ucap Alson bersedih. Alson menghentikan gerakan tangannya diatas piano. Menyadari dirinya terus-terusan salah menekan kunci piano membuat Alson kecewa pada dirinya sendiri.Ayunda tersenyum dan membelai lembut rambut Alson,“Kau sudah sangat hebat, Son. Alson kan baru saja belajar 3 kali tapi ini sudah luar biasa sekali. Kamu harus berusaha lebih giat lagi, Mama, benar-benar ingin berduet denganmu.“Alson tersenyum dan mengangguk senang mendengar ucapan Ayunda yang selalu memberinya semangat,“Tentu,
Read more

Terlambat Bangun

Mobil Nathan berhenti tepat di Apartement Ayunda, Ayunda melepas seatbelt mobilnya.“Terimakasih, Pak Nathan, jangan lupa untuk bangun pagi besok.“ ucap Ayunda mengingatkan Nathan.“Sudah tenang saja, kau cepatlah masuk kedalam dan beristirahat.” saut Nathan seraya mendorong pelan tubuh Ayunda agar segera keluar dari dalam mobil.“Baiklah, saya pergi.” ucap Ayunda lalu segera membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobilnya.Nathan segera memutar mobilnya dan dengan kencang mobilnya keluar dari komplek Apartement Ayunda. Ayunda memincingkan matanya melihat Nathan yang tidak seperti biasanya, malam ini Nathan terlihat tergesa-gesa apalagi tidakada dokumen atau kerjaan apapun lagi. Jarak antara komplek apartement Ayunda dengan jalan raya hanya beberapa meter saja hingga Ayunda mampu melihat aktivitas di jalan raya.Ayunda terbahak-bahak ketika melihat dari depan Apartement nya mobil yang di kendarai Nathan berhen
Read more

Rizky Adhitama

5 menit Ojol mengendarai motornya dengan kecepatan penuh, tiba-tiba saja motor milik Ojol tersebut mendadak tersendat-sendat dan mati.“Pak, ini motornya kenapa?” tanya Ayudia panik , pasalnya rumah Nathan masih sangat jauh dari tempat mereka berhenti saat ini.“Aduh maaf, Neng, motor saya sepertinya mogok.” ucap ojol tersebut dengan penuh rasa sesal.Ojol tersebut segera menepi dan menghentikan motornya. Ayunda segera turun dari motor tersebut.“Maaf ya, Neng, saya jadi tidak enak hati.” ucap ojol itu sedih.Ayunda menarik nafas panjangnya, ada rasa sesal di hatinya namun harus bagaimana lagi? Semua telah terjadi tidak sesuai kehendaknya.“Tidak apa, Pak, ini ongkos saya. Dan ini uang untuk bapak service motor ya, Pak. “ ucap Ayunda memberikan 3 lembar uang sejumlah 300.000.“Waduh, Neng, tidak usah saya belum antar, Neng, ketempat tujuan.” tolak Ojol itu yang merasa tak ena
Read more

Ketegasan Sekertaris Ayunda

Mobil yang dikendarai Nathan telah sampai di Perusahaan miliknya, beberapa pengawal memberikan hormat dan membukakan pintu mobil Nathan. Ayunda lebih dulu membuka pintu mobilnya, dan segera berjalan mendekati Nathanyang pintu mobilnya baru saja dibukakan oleh salah satu pengawal perusahaan.“Silahkan, Pak.“ ucap Ayunda dengan sangat profesional meminta Nathan berjalan didepannya.Nathan berjalan mendahului Ayunda, Nathan mengkancing beberapa kancing jas yang menempel pada tubuhnya. Nathan berjalan penuh dengan wibawa, tegap dengan gerakan kaki yang lurus kedepan. Para Karyawan Abraham’grup menundukan badannya hormat seraya menyapa Nathan dan Ayunda yang melewati mereka. Ayunda tersenyum dan menganggukan kepalanya membalas sapaan mereka, sedangkan Nathan acuh tidak membalas sapaan karyawannya.TINGLift khusus petinggi terbuka lebar, Ayunda dan Nathan masuk kedalam lift tersebut untuk membawa mereka ke lantai atas yang me
Read more

Menikahlah denganku

Sepeninggalan Ayunda, Nathan sedikit terhuyung ketika ia sadar permintaan Ayunda kali ini membuat hatinya tersayat. Nathan memegang dadanya yang seketika terasa sakit.Nathan segera manarik satu kursi di sampingnya dan terduduk lemas. Nathan melonggarkan dasinya dan memijit keningnya yang terasa pening. Nathan terlalu naif, ia tak pernah berpikir jika Ayunda akan mengucapkan kalimat keramat yang tak pernah Nathan pikirkan.Nathan menghela nafas kasarnya,“Apa gajih yang aku berikan padanya sedikit? Apa dia di berikan jabatan lebih tinggi dan gajih lebih besar oleh perusahaan lain?” gumam Nathan berspekulasi.“Aku harus bertanya lebih rinci padanya.” Sambung Nathan.Nathan segera mendorong kursi duduknya dan segera keluar dari ruang meeting untuk menyusul Ayunda. Ayunda yang sudah kembali dari toilet telah terduduk dengan segarnya di kursi miliknya. Mata sebab dan kesedihannya tertutup dengan baik oleh makeup yang ia poles ke
Read more

Gundah Gulana

Sepeninggalan Ayunda diruangan Nathan, Nathan kembali terduduk di kursi kebesarannya. Ia memikirkan ucapan Ayunda yang menjadi boomerang tersendiri untuknya, Nathan tak mau menjadi munafik. Di hatinya benar-benar ada Ayunda, namun bibirnya seolah kelu. Bayang-bayang mendiang Anggun selalu menghantui dirinya. Rasa bersalah atas kematian Anggun selalu menghantui dirinya. Kematian 9 tahun lalu, tepat saat dirinya merayakan Wedding Anniversary pernikahan mereka yang ke 2 tahun. Anggun mendadak meninggal dunia akibat serangan jantung. Saat itu Nathan benar-benar terpukul dan menyalahkan dirinya atas kematian Anggun. Nathan merasa jika dirinya tak mampu menjadi pria yang baik, Nathan menganggap dirinya gagal menjadi suami yang perhatian. Nathan menyadari, saat itu dirinya memang kurang memperhatikan Anggun ditambah Anggun yang tak pernah mau terbuka padanya. Anggun Rinjani, adalah wanita yang Nathan nikahi atas perjodohan kedua orang tua mereka. Meski pern
Read more

Masa Lalu Ayunda

Ayunda tersenyum senang mendengarkan ucapan Sayun, Ayunda memegang erat tangan Dosen paruh baya itu. “Benarkah, Pak?” tanya Ayunda dengan antusias. Pak Sayun mengangguk mantap, membenarkan ucapan Ayunda. “Tentu saja, Yun.” Ucap Sayun. Ayunda menjabat tangan Sayun dengan penuh rasa bahagia membuncah di dadanya. “Kapan? Kapan saya bisa mengikuti program ini, Pak?” tanya Ayunda tak sabaran. Sayun tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan, Ayunda selalu seperti itu. Selalu antusias jika hendak melakukan sesuatu. “Jika kau mau, hari ini bisa langsung daftar kedua program ini. Setelah itu akan ada Interview dari pihak Abraham’company langsung. Disana nanti juga akan di nilai kamu cocoknya mengambil program training di bidang apa.” ucap Sayun menjelaskan kepada Ayunda. Ayunda mengangguk-anggukan kepalanya, mencerna dan mendengarkan ucapan Sayun dengan seksama, “Kalau begitu, saya siap untuk mengikuti Int
Read more

Meninggalkan Bali

{Mah!} panggil Ayunda lagi pada Dewi yang tak bersuara pada panggilan telepon itu.{Eh bagaimana, Nak? Kamu lulus Program Pertukaran Mahasiswa dan lulus program magang diperusahaan besar?} tanya Dewi memastikan.Ayunda terlihat menganggukan kepalanya, ia membalas ucapan Dewi.{Iya, Ma. Aku lulus. Bagaimana menurut, Mama? Bolehkan? Aku rasa lebih baik seperti ini. Untuk menjadi TKW aku rasa aku takkan sanggup meninggalkan perkuliahan yang tinggal beberapa semester lagi, Ma.} ucap Ayunda.Dewi terdengar mendesah pelan,{Mama setuju apapun yang akan kamu lakukan, Nak. Dan juga lebih baik papamu tidak tau akan hal ini. Mama akan mencoba berbicara perlahan dengannya. Mama akan kirimkan uang tabungan, Mama, ke rekening kamu sebelum kamu berangkat ke Jakarta. Untuk sementara lebih baik kamu tidak pulang dan meminta izin pada, Papamu. Mama takut dia akan menolak dan memaksamu untuk bekerja sebagai TKW.} ucap Dewi sedih.Ada rasa sesak di dadanya, me
Read more

Rizky vs Nathan

“Gue harus bagaimana, Ky?” tanya Nathan kepada Rizky sahabatnya. Iya, Nathan telah berada di ruangan kantor Rizky. Dirinya juga telah menjelaskan secara detail tentang Ayunda yang ingin mengundurkan diri dan dirinya yang mencegah Ayunda namun tidak berhasil. Rizky menghela nafasnya pelan, ada rasa sakit dan penasaran yang berkecamuk menjadi satu di hatinya. “Gue pikir, Ayunda, tidak akan pernah mengundurkan diri.” Cicit Rizky termenung. Nathan mengangguk cepat, membenarkan ucapan Rizky. “Benar, benar sekali. Gue juga berpikir seperti itu. Tapi apa yang kita pikirkan salah.” sahut Nathan. “Jadi lu sudah nyatain perasaan lu kepada, Ayunda?” tanya Rizky. Nathan mengangguk lemah, membenarkan ucapan Rizky dengan ragu. “Sudah, tapi ya begitu. Ayunda sepertinya tak percaya dengan apa yang gue ungkapkan. Dia suruh gue untuk bertanya pada hati gue.” ucap Nathan lesu. Rizky terkekeh pelan, menertawakan Nathan. “Mungkin ca
Read more

Undangan Pernikahan

“Selamat siang, Tuan muda Mahes.” sapa Nathan saat ia baru saja membuka pintu ruang kerjanya. Devandra yang sebelumnya terduduk langsung berdiri dan tersenyum kepada Nathan. “Selamat siang, Tuan muda Abraham.” ucap Devan seraya menjabat tangan Nathan yang sudah berdiri di depannya. “Maaf membuat anda menunggu terlalu lama. Silahkan kembali duduk.” pinta Nathan kepada Devandra. “Terimakasih, Pak Nathan. Maaf mengganggu waktu anda, Pak Nathan. Saya tidak membuat janji sebelumnya untuk menemui anda.” ucap Devan yang merasa tak enak hati.   Nathan duduk di sofa dan berhadapan dengan Devan. “Tak masalah, suatu kehormatan untuk saya mendapatkan tamu dari CEO Muda dari keluarga Mahes.” ucap Nathan seraya bercanda ringan. Devan terkekeh pelan. “Anda terlalu berlebihan menilai saya, Pak Nathan.” ucap Devan tersenyum. Nathan terkekeh. “Ada apa, Devan? Apa ada masalah dengan kerja sama kita? Sehingga k
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status