Mobil Nathan berhenti tepat di Apartement Ayunda, Ayunda melepas seatbelt mobilnya.
“Terimakasih, Pak Nathan, jangan lupa untuk bangun pagi besok.“ ucap Ayunda mengingatkan Nathan.
“Sudah tenang saja, kau cepatlah masuk kedalam dan beristirahat.” saut Nathan seraya mendorong pelan tubuh Ayunda agar segera keluar dari dalam mobil.
“Baiklah, saya pergi.” ucap Ayunda lalu segera membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobilnya.
Nathan segera memutar mobilnya dan dengan kencang mobilnya keluar dari komplek Apartement Ayunda. Ayunda memincingkan matanya melihat Nathan yang tidak seperti biasanya, malam ini Nathan terlihat tergesa-gesa apalagi tidakada dokumen atau kerjaan apapun lagi. Jarak antara komplek apartement Ayunda dengan jalan raya hanya beberapa meter saja hingga Ayunda mampu melihat aktivitas di jalan raya.
Ayunda terbahak-bahak ketika melihat dari depan Apartement nya mobil yang di kendarai Nathan berhen
5 menit Ojol mengendarai motornya dengan kecepatan penuh, tiba-tiba saja motor milik Ojol tersebut mendadak tersendat-sendat dan mati.“Pak, ini motornya kenapa?” tanya Ayudia panik , pasalnya rumah Nathan masih sangat jauh dari tempat mereka berhenti saat ini.“Aduh maaf, Neng, motor saya sepertinya mogok.” ucap ojol tersebut dengan penuh rasa sesal.Ojol tersebut segera menepi dan menghentikan motornya. Ayunda segera turun dari motor tersebut.“Maaf ya, Neng, saya jadi tidak enak hati.” ucap ojol itu sedih.Ayunda menarik nafas panjangnya, ada rasa sesal di hatinya namun harus bagaimana lagi? Semua telah terjadi tidak sesuai kehendaknya.“Tidak apa, Pak, ini ongkos saya. Dan ini uang untuk bapak service motor ya, Pak. “ ucap Ayunda memberikan 3 lembar uang sejumlah 300.000.“Waduh, Neng, tidak usah saya belum antar, Neng, ketempat tujuan.” tolak Ojol itu yang merasa tak ena
Mobil yang dikendarai Nathan telah sampai di Perusahaan miliknya, beberapa pengawal memberikan hormat dan membukakan pintu mobil Nathan. Ayunda lebih dulu membuka pintu mobilnya, dan segera berjalan mendekati Nathanyang pintu mobilnya baru saja dibukakan oleh salah satu pengawal perusahaan.“Silahkan, Pak.“ ucap Ayunda dengan sangat profesional meminta Nathan berjalan didepannya.Nathan berjalan mendahului Ayunda, Nathan mengkancing beberapa kancing jas yang menempel pada tubuhnya. Nathan berjalan penuh dengan wibawa, tegap dengan gerakan kaki yang lurus kedepan. Para Karyawan Abraham’grup menundukan badannya hormat seraya menyapa Nathan dan Ayunda yang melewati mereka. Ayunda tersenyum dan menganggukan kepalanya membalas sapaan mereka, sedangkan Nathan acuh tidak membalas sapaan karyawannya.TINGLift khusus petinggi terbuka lebar, Ayunda dan Nathan masuk kedalam lift tersebut untuk membawa mereka ke lantai atas yang me
Sepeninggalan Ayunda, Nathan sedikit terhuyung ketika ia sadar permintaan Ayunda kali ini membuat hatinya tersayat. Nathan memegang dadanya yang seketika terasa sakit.Nathan segera manarik satu kursi di sampingnya dan terduduk lemas. Nathan melonggarkan dasinya dan memijit keningnya yang terasa pening. Nathan terlalu naif, ia tak pernah berpikir jika Ayunda akan mengucapkan kalimat keramat yang tak pernah Nathan pikirkan.Nathan menghela nafas kasarnya,“Apa gajih yang aku berikan padanya sedikit? Apa dia di berikan jabatan lebih tinggi dan gajih lebih besar oleh perusahaan lain?” gumam Nathan berspekulasi.“Aku harus bertanya lebih rinci padanya.” Sambung Nathan.Nathan segera mendorong kursi duduknya dan segera keluar dari ruang meeting untuk menyusul Ayunda. Ayunda yang sudah kembali dari toilet telah terduduk dengan segarnya di kursi miliknya. Mata sebab dan kesedihannya tertutup dengan baik oleh makeup yang ia poles ke
Sepeninggalan Ayunda diruangan Nathan, Nathan kembali terduduk di kursi kebesarannya. Ia memikirkan ucapan Ayunda yang menjadi boomerang tersendiri untuknya, Nathan tak mau menjadi munafik. Di hatinya benar-benar ada Ayunda, namun bibirnya seolah kelu. Bayang-bayang mendiang Anggun selalu menghantui dirinya. Rasa bersalah atas kematian Anggun selalu menghantui dirinya. Kematian 9 tahun lalu, tepat saat dirinya merayakan Wedding Anniversary pernikahan mereka yang ke 2 tahun. Anggun mendadak meninggal dunia akibat serangan jantung. Saat itu Nathan benar-benar terpukul dan menyalahkan dirinya atas kematian Anggun. Nathan merasa jika dirinya tak mampu menjadi pria yang baik, Nathan menganggap dirinya gagal menjadi suami yang perhatian. Nathan menyadari, saat itu dirinya memang kurang memperhatikan Anggun ditambah Anggun yang tak pernah mau terbuka padanya. Anggun Rinjani, adalah wanita yang Nathan nikahi atas perjodohan kedua orang tua mereka. Meski pern
Ayunda tersenyum senang mendengarkan ucapan Sayun, Ayunda memegang erat tangan Dosen paruh baya itu. “Benarkah, Pak?” tanya Ayunda dengan antusias. Pak Sayun mengangguk mantap, membenarkan ucapan Ayunda. “Tentu saja, Yun.” Ucap Sayun. Ayunda menjabat tangan Sayun dengan penuh rasa bahagia membuncah di dadanya. “Kapan? Kapan saya bisa mengikuti program ini, Pak?” tanya Ayunda tak sabaran. Sayun tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan, Ayunda selalu seperti itu. Selalu antusias jika hendak melakukan sesuatu. “Jika kau mau, hari ini bisa langsung daftar kedua program ini. Setelah itu akan ada Interview dari pihak Abraham’company langsung. Disana nanti juga akan di nilai kamu cocoknya mengambil program training di bidang apa.” ucap Sayun menjelaskan kepada Ayunda. Ayunda mengangguk-anggukan kepalanya, mencerna dan mendengarkan ucapan Sayun dengan seksama, “Kalau begitu, saya siap untuk mengikuti Int
{Mah!} panggil Ayunda lagi pada Dewi yang tak bersuara pada panggilan telepon itu.{Eh bagaimana, Nak? Kamu lulus Program Pertukaran Mahasiswa dan lulus program magang diperusahaan besar?} tanya Dewi memastikan.Ayunda terlihat menganggukan kepalanya, ia membalas ucapan Dewi.{Iya, Ma. Aku lulus. Bagaimana menurut, Mama? Bolehkan? Aku rasa lebih baik seperti ini. Untuk menjadi TKW aku rasa aku takkan sanggup meninggalkan perkuliahan yang tinggal beberapa semester lagi, Ma.} ucap Ayunda.Dewi terdengar mendesah pelan,{Mama setuju apapun yang akan kamu lakukan, Nak. Dan juga lebih baik papamu tidak tau akan hal ini. Mama akan mencoba berbicara perlahan dengannya. Mama akan kirimkan uang tabungan, Mama, ke rekening kamu sebelum kamu berangkat ke Jakarta. Untuk sementara lebih baik kamu tidak pulang dan meminta izin pada, Papamu. Mama takut dia akan menolak dan memaksamu untuk bekerja sebagai TKW.} ucap Dewi sedih.Ada rasa sesak di dadanya, me
“Gue harus bagaimana, Ky?” tanya Nathan kepada Rizky sahabatnya. Iya, Nathan telah berada di ruangan kantor Rizky. Dirinya juga telah menjelaskan secara detail tentang Ayunda yang ingin mengundurkan diri dan dirinya yang mencegah Ayunda namun tidak berhasil. Rizky menghela nafasnya pelan, ada rasa sakit dan penasaran yang berkecamuk menjadi satu di hatinya. “Gue pikir, Ayunda, tidak akan pernah mengundurkan diri.” Cicit Rizky termenung. Nathan mengangguk cepat, membenarkan ucapan Rizky. “Benar, benar sekali. Gue juga berpikir seperti itu. Tapi apa yang kita pikirkan salah.” sahut Nathan. “Jadi lu sudah nyatain perasaan lu kepada, Ayunda?” tanya Rizky. Nathan mengangguk lemah, membenarkan ucapan Rizky dengan ragu. “Sudah, tapi ya begitu. Ayunda sepertinya tak percaya dengan apa yang gue ungkapkan. Dia suruh gue untuk bertanya pada hati gue.” ucap Nathan lesu. Rizky terkekeh pelan, menertawakan Nathan. “Mungkin ca
“Selamat siang, Tuan muda Mahes.” sapa Nathan saat ia baru saja membuka pintu ruang kerjanya. Devandra yang sebelumnya terduduk langsung berdiri dan tersenyum kepada Nathan. “Selamat siang, Tuan muda Abraham.” ucap Devan seraya menjabat tangan Nathan yang sudah berdiri di depannya. “Maaf membuat anda menunggu terlalu lama. Silahkan kembali duduk.” pinta Nathan kepada Devandra. “Terimakasih, Pak Nathan. Maaf mengganggu waktu anda, Pak Nathan. Saya tidak membuat janji sebelumnya untuk menemui anda.” ucap Devan yang merasa tak enak hati. Nathan duduk di sofa dan berhadapan dengan Devan. “Tak masalah, suatu kehormatan untuk saya mendapatkan tamu dari CEO Muda dari keluarga Mahes.” ucap Nathan seraya bercanda ringan. Devan terkekeh pelan. “Anda terlalu berlebihan menilai saya, Pak Nathan.” ucap Devan tersenyum. Nathan terkekeh. “Ada apa, Devan? Apa ada masalah dengan kerja sama kita? Sehingga k
The Power Of Love (28) Sinar surya terbit menghangatkan seluruh makhluk hidup di bumi. Ayunda dan Nathan telah terbangun pukul 07.00 pagi waktu jam Australia. Ayunda terbangun lebih dahulu karena ia ingin membantu para pelayan di Mansion untuk menyiapkan makanan dan beberapa cemilan yang akan ia bawa untuk piknik bersama si Kembar. Kini mereka telah bersiap dikamar mereka masing-masing, meski matahari begitu terik, namun udara masih terasa dingin. Ayunda mengenakan pakaian casual dipadukan dengan jacket tebal agar ia tak kedinginan. Begitu pula Nathan, ia mengenakan sweater tebal dan celana panjang. Ayunda masih harus memoleskan bibirnya dengan pewarna agar ia terlihat cerah dan cantik seperti biasanya. “Sempurna!” seru Ayunda, melihat bagaimana dirinya dari pantulan cermin membuat dirinya senang. Ayunda segera bergegas untuk keluar dari kamarnya dan menemui Nathan untuk segera bersiap ke Sydney Park.
30 Menit Perjalanan. Mobil mewah milik Kevin dan Gina telah sampai di sebuah Mansion besar dan mewah milik Kevin dan Gina. Selama perjalanan, Zoe dan Zia tak henti-hentinya berebut untuk berpangku di pangkuan Ayunda. Nathan yang menyaksikan itu semua hanya menyembunyikan rasa senangnya. Nathan sangat bahagia, Ayunda tak hanya mampu menaklukan hati Alson saja, namun ia juga mampu menaklukan hati keponakannya, Zia dan Zoe. “Yun, kamarmu seperti biasa bersebelahan dengan kamar Nathan. Aku sudah meminta staff disini untuk membersihkannya kemarin. Bersihkanlah dirimu dulu, jika kau merasa lelah beristirahatlah tapi akan lebih baik kita bisa makan malam bersama. Aku sudah siapkan masakan kesukaanmu.” ucap Gina kepada Ayunda yang tengah berdiri di ambang pintu kamar tamu. Ayunda tersenyum senang, rasa hangat keluarga selalu ia rasakan didalam keluarga Abraham. Tak hanya Haris dan Sisilia, Gina dan Kevin juga ikut memp
Ayunda membulatkan matanya, ia sangat terkejut. Ayunda bergegas hendak bangun dari pangkuan Nathan, namun Nathan dengan kuat mencekalnya. Nathan mengeratkan kedua tangannya memeluk pinggang Ayunda. “Biarkan seperti ini, sebentar saja.” ucap Nathan. Ayunda melemah, ia tak memberontak lagi. Ayunda membiarkan Nathan memeluk dirinya hangat. “Apa kau memiliki masalah?” tanya Ayunda dengan lembutnya. Nathan mendongakkan kepalanya menatap Ayunda. Nathan tersenyum dan mengangguk. Melihat wajah Nathan yang menatap dirinya serius membuat Ayunda penasaran. Masalah apa yang di miliki Nathan sehingga Ayunda harus menjadi tameng penghangat Nathan. “Apa masalahmu, ceritakan padaku. Aku yakin, aku bisa membantumu.” ucap Ayunda dengan antusias. “Masalahku itu kamu.” sahut Nathan seraya menatap manik mata hitam lelat milik Ayunda. Ayunda memincingkan matanya, “Apa kau masih memikirkan kepergianku sebagai Sekertaris? Apa kau seham
Hari berganti dengan begitu cepatnya. Tak terasa ini adalah hari yang ditunggy oleh Nathan. Membawa Ayunda ke Australia untuk berlibur selama 10 hari kedepan. Ayunda sebelumnya telah mengajukan permohonan pengunduran diri kepada HRD Abraham’company. Dan itu mengejutkan seluruh karyawan Abraham’Company. Haris dan Sisilia juga sangat terkejut atas berita ini, namun dengan tenang Nathan mengatakan jika semua akan baik-baik saja. Meski hati Haris dan Sisilia tidak menerima jika Ayunda harus pergi, namun ia tak bisa memaksa kehendak Ayunda. Haris dan Sisilia menyerahkan semua kepada Nathan.Bandara Udara International Soekarno Hatta. Haris dan Sisilia ikut adil mengantarkan Nathan dan Ayunda untuk bertolak ke Australia. Alson tak ikut, ia terpaksa tidak diikut sertakan untuk mengantar Ayunda dan Nathan. Karena jika tidak, Alson pasti akan merengek dan ingin ikut.“Kalian jangan lupa kaba
Sebulan berlalu telah berlalu dengan cepat. Project jam tangan Abraham’company juga telah berhasil launching tanpa hambatan. Bahkan, jam tangan tersebut berhasil menjadi trending topic dan laku keras dalam kurun waktu seminggu.Kini mereka ada disini, di ruang meeting. Dengan wajah gembira dan suka cita. Selama sebulan bekerja penuh dengan tekanan, hasilnya berbuah dengan sangat manis.“Saya sampaikan kepada seluruh team. Saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Terutama untuk Sekertaris Ayunda. Karena telah sigap menangani kasus pada project ini dengan sigap. Karena itu, project ini menjadi berhasil dan menguntungkan banyak pihak. Kita lihat disini, penjualan semakin meningkat setiap detiknya. Akan saya minta pada Bagian Devisi Sales dan Marketing untuk menguatkan promosinya.” ucap Nathan yang memimpin rapat sembari menunjukkan presentasi penjualan di depan layar Lcd.Seluruh team yang mengikuti meeting pagi ini terlihat sangat senang d
CklekPintu ruang rawat Ayunda terbuka, terlihat Haris, Sisilia, dan si kecil Alson yang berlari menuju brankar tempat Ayunda berbaring.Ayunda sedikit terkejut, karena kehadiran Tuan dan Nyonya Abraham untuk mengunjungi dirinya.“Mama!” isak Alson berlari menuju Ayunda dan memeluk Ayunda erat.“Hey, Son!” sapa Ayunda seraya mengelus rambut Alson.“Mama, dimana yang sakit? Mengapa, Mama, bisa sakit? Apa Alson nakal sehingga mama kelelahan?” tanya Alson beruntun, pria kecil itu sangat mengkhawatirkan Ayunda. Mendengar Ayunda masuk Rumah Sakit, si kecil Alson langsung mendesak Sisilia untuk mengantarkan dirinya bertemu dengan Mamanya.“Hey, Mama, baik-baik saja, Sayang. Bahkan, sebentar lagi, Mama, sudah boleh pulang.” jelas Ayunda menenangkan Alson.Alson mengangguk seraya melepas pelukannya kepada Ayunda. Bocah kecil itu mengelap ingusnya, membuat Ayunda s
Nathan melumat lembut bibir Ayunda, Ayunda hanya terdiam dan meremas kasar baju Nathan.PLAKAyunda memukul kasar dada Nathan dan membuat Nathan tersadar.Nathan membuka matanya, ia melepas ciuman di bibir Ayunda. Ayunda segera menjauh dari Nathan. Ayunda mencoba duduk perlahan di dalam lift tersebut agar tak menimbulkan guncangan.Sementara itu, Nathan terdiam dan merutuki kebodohannya.“Harusnya kita tidak begini.” ucap Ayunda membuka suaranya. Ada rasa tak enak di hatinya. Ini adalah kedua kalinya mereka berciuman tanpa status yang pasti.“Maafkan saya, Ayunda.” sahut Nathan.“Saya tak bermaksud, tapi itu semua murni atas kesadaran diri saya.” sambung Nathan seraya menghela nafas panjangnya.“Menikahlah denganku, Yun.” ucap Nathan lagi lalu memandang Ayunda yang tengah terduduk.Ayunda mendongakkan kepalanya, matanya menatap m
Pukul 8 petang, Nathan dan Ayunda masih berkutat sibuk dengan pekerjaan mereka. Keadaan kantor juga sudah semakin sepi hanya ada beberapa orang yang sedang lembur bekerja. Nathan merenggangkan badannya, ia melirik Ayunda yang tengah serius pada layar komputernya. Ucapan Devandra siang tadi begitu membekas di otaknya. “Benar yang di ucapkan, Devan. Aku akan merubah sikapku ini, aku akan membuat, Ayunda, terpesona padaku hingga ia benar-benar tak ingin pergi.” batin Nathan. Nathan bertekad menjerat Ayunda dengan pesona yang ia miliki hingga Ayunda tak mampu pergi untuk meninggalkan dirinya. Nathan segera mematikan laptopnya, merapikan meja kerjanya yang penuh dengan berkas. Terkahir, Nathan menutup curtain jendela kantornya menggunakan remote. Ayunda yang melihat keadaan kantor Nathan yang mulai gelap pun segera berberes juga untuk pulang. Cklek Pintu ruangan Nathan terbuka, Nat
“Selamat siang, Tuan muda Mahes.” sapa Nathan saat ia baru saja membuka pintu ruang kerjanya. Devandra yang sebelumnya terduduk langsung berdiri dan tersenyum kepada Nathan. “Selamat siang, Tuan muda Abraham.” ucap Devan seraya menjabat tangan Nathan yang sudah berdiri di depannya. “Maaf membuat anda menunggu terlalu lama. Silahkan kembali duduk.” pinta Nathan kepada Devandra. “Terimakasih, Pak Nathan. Maaf mengganggu waktu anda, Pak Nathan. Saya tidak membuat janji sebelumnya untuk menemui anda.” ucap Devan yang merasa tak enak hati. Nathan duduk di sofa dan berhadapan dengan Devan. “Tak masalah, suatu kehormatan untuk saya mendapatkan tamu dari CEO Muda dari keluarga Mahes.” ucap Nathan seraya bercanda ringan. Devan terkekeh pelan. “Anda terlalu berlebihan menilai saya, Pak Nathan.” ucap Devan tersenyum. Nathan terkekeh. “Ada apa, Devan? Apa ada masalah dengan kerja sama kita? Sehingga k