Semua Bab Money And The Power: Bab 31 - Bab 40

316 Bab

31. Anak Perusahaan Kelima (4)

         Persiapan sangat matang. Eren bersama Zavier menemui Kiana. Zeki dengan Leon kembali menyelidiki gedung yang belum sepenuhnya dihancurkan. Malam akan terasa sangat panjang, juga melelahkan. Renza dan Arta, mereka memiliki rencana sendiri untuk memudahkan rencana rekannya yang lain.“Apa benar, ini tempatnya?” tanya Renza.“Kau ini, terlalu banyak bicara,” omel Arta. “Kita akan mendapatkan santapan yang sepadan,” imbuhnya.       Di depan mereka sudah ada sebuah gudang. Alamat itu Arta temukan setelah dia menjadi penyusup antara obrolan para wanita yang menjadi pemegang kandidat orang kepercayaan.“Selain merayu pria, kau ini pandai juga menghasut para wanita Kak,” kata Renza.“Aku anggap itu pujian.”“Aku berfikir kalau kau belok.”Plak!     &nbs
Baca selengkapnya

32. Anak Perusahaan Kelima (5)

Buagh! Buagh! Buagh!        Tidak cukup jika hanya dengan satu pukulan. Tuan Dogam kemudian mencekik leher Renza. Renza mencengkeram tangan Tuan Dogam. Ia tidak akan membiarkan dirinya terluka tanpa perlawanan."Anak muda jaman sekarang hanya seperti ini kemampuannya?" ujar Tuan Dogam.Buagh!"Argh!" teriak Renza. Ia dibuat kesal oleh Tuan Dogam.          Tuan Dogam mengusap hidungnya yang berdarah. Tubuh Renza yang sedikit lentur, meski lehernya dicekik hingga ia hampir mati, tapi Renza bisa menendang wajah Tuan Dogam.          Renza yang lepas dari cengkeraman, langsung mengambil kuda-kuda dan mengepalkan kedua tangannya. Matanya dipenuhi akan sebuah amarah yang terus disulut oleh api."Jangan meremehkan anak muda, Tuan beruang!" ujar Renza."Hahahahaha... Kau sangat menarik. Kenapa kau tidak pingsan saja seperti temanmu itu?" Tuan Dogam tertawa meremehk
Baca selengkapnya

33. Anak Perusahaan Kelima (6)

       Kiana memilih gaun yang berwarna hijau. Bagian atas gaun itu menutupi sebelah lengannya yang masih terluka dan sebelah lengan lagi terbuka. Bagian bawah gaun itu terbelah, menggaris dari paha sampai bawah. Menampakkan kaki jenjang Kiana yang sangat cantik.      Tiba-tiba saja, Teo datang memegang kedua lengan Kiana dari belakang. “Cantik!” pujinya.“Selamat malam, Presdir! Bisakah Anda sedikit menjauh? Aku sedang sibuk bersiap,” kata Kiana.       Sejujurnya Kiana merasa geli dengan kemesuman Teo padanya sejak mereka bertatap mata. Teo tidak menyingkir. Dia malah memakaikan kalung yang begitu indah dileher Kiana.“Lehermu terlalu kosong. Kau semakin cantik menggunakan kalung ini,” kata Teo.“Aku memiliki kalungku sendiri. Bisakah kau melepaskan kalungmu dari leherku?”“Kau adalah p
Baca selengkapnya

34. Anak Perusahaan Kelima (7)

         Eren memakai pakaian pelayan. Ia berdandan culun supaya tidak dicurigai. Para pelayan itu, bukan pekerja yang mengantarkan makanan atau minuman untuk para tamu, melainkan untuk membawa barang yang akan dilelang.        Bagaimana caranya Eren bisa masuk? Tentu saja ia menculik salah satu pelayan dan menukar pakaiannya. Meski usianya masih belia, tapi Eren memiliki postur tubuh yang tinggi."Mon, cepat!" teriak salah satu orang yang dipanggil Mrs. manager."Baik!" jawab Eren segera, supaya tidak menaruh curiga.        Selama menunggu giliran, tentu saja Eren tidak diam. Ia mencari petunjuk, entah dari bisikan mulut ke mulut atau pembicaraan yang sengaja ia dengar."Aku harus menemukan chip," gumam Eren.         Eren menyelina
Baca selengkapnya

35. Anak Perusahaan Kelima (8)

        Zavier tidak menemukan sebuah kekacauan. Dia juga melakukan hal yang sama seperti Eren. Dia mengikat salah satu keamanan di sana dan menukar pakaiannya. Saat ini, Zavier berjaga di depan pintu utama. Telinganya terpasang sangat sensitif.‘Wah... Gila! Gadis itu terlihat masih kecil tapi sudah menjadi penyusup handal.’‘Benar. Dia siapa namanya? Eren?’‘Untung saja, dia tertangkap.’‘Iya. Dia pasti jadi makanan harimau.’‘Ketua Aliansi katanya datang?’‘Habis sudah riwayatnya...’        Zavier mendengarkan celoteh dari para mulut keamanan yang berjalan keluar. Tidak peduli informasi itu benar atau salah, Zavier tidak bisa mengontrol dirinya jika hal itu bersangkutan dengan Eren.Tak!     
Baca selengkapnya

35. Anak Perusahaan Kelima (9)

     Renal bersama kepala keamanan Ryu mengetuk semua pintu tamu yang menginap di sana. Seluruh pintu keluar sudah ditutup tanpa ada yang bisa melewatinya. Semua itu perintah dari Teo. Siapa saja yang menjadi pengacau, akan dibuat tidak dapat keluar hidup-hidup.“PERHATIAN SEMUANYA! UNTUK PARA TAMU, DIHARAPKAN TIDAK KELUAR DARI KAMAR. ADA SEDIKIT GANGGUAN HINGGA KAMI SEMUA, PETUGAS SEDANG BERUSAHA MEMPERBAIKI SISTEMNYA.”       Renal menggunakan pengeras suara supaya semua pengunjung mendengar titahnya. Renal menugaskan satu orang keamanan untuk setiap pintu kamar tamu. Jika mereka keluar tanpa mendengarkan perintah darinya, siap-siap mereka akan dipenggal kepalanya.“JANGAN SAMPAI KALIAN TIDAK MENTAATI PERINTAH INI SAMPAI ADA PENGUMUMAM SELANJUTNYA!”        Pengumuman itu membuat para tamu semakin resah. Setiap pintu, dihalangi oleh scimita
Baca selengkapnya

36. Anak Perusahaan Kelima (10)

       Tidak ada lagi yang bisa Kiana harapkan. Semua rencana hancur. Kiana hanya ingin membongkar aktifitas gelap perusahaan kelima secara diam-diam. Namun, siapa yang akan menyangka kalau rekannya malah membuat rencana sendiri tanpa sepengetahuannya?       Rekan-rekannya dikalahkan. Lalu, bagaimana Kiana akan memulai tindakannya? Yogas sudah berdiri disamping Teo. Mereka berdua menjadi satu kesatuan yang kuat. Cidera Kiana belum pulih dari pertarungan sebelumnya, sehingga ia harus menghemat energi tubuhnya.“Apa kau tidak malu? Aktifitas gelap yang kau lakukan, ternyata merugikan semua kalangan. Kau melakukan sesuatu yang kau sukai hingga kau menjadi terobsesi,” ucap Kiana.        Kiana sudah melepaskan wig yang sedari tadi menutupi rambutnya yang indah. Tidak ada orang lain di sana kecuali Yogas dan Teo. Para tamu juga tidak memiliki pergerakan
Baca selengkapnya

37. Anak Perusahaan Kelima (Akhir)

 “Kau cukup menekan pelatuknya saja, maka kau akan segera mati,” bisik Kiana.Brak!        Semua orang menoleh. Pintu yang terbuat dari besi itu hancur bertapakkan sepatu seseorang. Sekuat apa tenaganya sampai pintu itu diledakkan dalam satu tendangan saja? Pikir Teo.Buagh! Brak!“Akh!” pekik Kiana.         Teo memanfaatkan keadaan untuk menendang Kiana. Kiana yang tidak fokus pada Teo adalah kesempatan emas untuk dilukai, pikir Teo.“Beraninya kau mengalihkan pandanganmu dariku. Apa aku begitu remeh hanya karena kau bisa berkali-kali memukulku?” ujar Teo.        Kiana mengusap mulutnya yang mengeluarkan darah. “Yeah! Itulah sebuah prestasi!” jawab Kiana.        Zavier masih berdiri di depan pintu. Matanya menyapu bersih
Baca selengkapnya

38. Kelemahan

        Ravin diminta untuk mengganti pakaiannya. Ia memakai pakaian serba putih. Segala persiapannya, seolah-olah sudah diatur atau direncanakan sangat matang. Tidak ada bau dari pakaian yang Ravin kenakan. Hal itu membuat Ravin sedikit berfikiran buruk.“Apa kau siap? Bawa ini bersamamu!” perintah Tuan Don sembari memberikan pisau didada Ravin.“Sebenarnya, tugas apa yang Ayah berikan untukku?” tanya Ravin. Ia berusaha tenang. Ia tidak ingin dicurigai dan menghancurkan rencana Rael yang sudah tersusun rapi.“Buat pakaian yang kau pakai dan pisau yang kau pegang dipenuhi oleh darah.”Deg...“Ayah menginginkan aku membunuh seseorang?” tanya Ravin.        Tuan Don mendekat. “Buat Rael semakin cacat!” bisik Tuan Don. ***         Ra
Baca selengkapnya

39. Kebencian

       Pak Aaron mengobati luka Rael bersama dokter pribadi yang setia bekerja dibawah kuasa Rael. Lukanya cukup dalam. Ditambah lagi, sayatan pada tubuhnya yang tidak terhitung jumlahnya. Andai saja Rael tidak menekan alarm darurat yang Pak Aaron berikan, mungkin Rael akan mati kehabisan darah.       Pak Aaron, dia adalah pria misterius yang terkadang bersikap gila. Namun, dia patuh pada perintah Rael. Menjaga mulutnya untuk menutup rapat-rapat rahasia yang ia ketahui. Pak Aaron berada dipihak Rael. Tapi, posisinya sama dengan Rael. Ia tidak bisa melakukan apapun dibawah ancaman Tuan Don.“Akh!” teriak Rael.        Sakit pada telinganya tidak terasa lagi. Namun, sekencang apapun dia berteriak, suaranya tidak dapat ia dengar. Indra milik Rael seakan-akan mati. Ia meraba apa saja yang bisa ia pegang. Namun, tidak terasa apa-apa. Tidak ada objek yan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
32
DMCA.com Protection Status