Zavier tidak menemukan sebuah kekacauan. Dia juga melakukan hal yang sama seperti Eren. Dia mengikat salah satu keamanan di sana dan menukar pakaiannya. Saat ini, Zavier berjaga di depan pintu utama. Telinganya terpasang sangat sensitif.
‘Wah... Gila! Gadis itu terlihat masih kecil tapi sudah menjadi penyusup handal.’
‘Benar. Dia siapa namanya? Eren?’
‘Untung saja, dia tertangkap.’
‘Iya. Dia pasti jadi makanan harimau.’
‘Ketua Aliansi katanya datang?’
‘Habis sudah riwayatnya...’
Zavier mendengarkan celoteh dari para mulut keamanan yang berjalan keluar. Tidak peduli informasi itu benar atau salah, Zavier tidak bisa mengontrol dirinya jika hal itu bersangkutan dengan Eren.
Tak!
 
Renal bersama kepala keamanan Ryu mengetuk semua pintu tamu yang menginap di sana. Seluruh pintu keluar sudah ditutup tanpa ada yang bisa melewatinya. Semua itu perintah dari Teo. Siapa saja yang menjadi pengacau, akan dibuat tidak dapat keluar hidup-hidup.“PERHATIAN SEMUANYA! UNTUK PARA TAMU, DIHARAPKAN TIDAK KELUAR DARI KAMAR. ADA SEDIKIT GANGGUAN HINGGA KAMI SEMUA, PETUGAS SEDANG BERUSAHA MEMPERBAIKI SISTEMNYA.” Renal menggunakan pengeras suara supaya semua pengunjung mendengar titahnya. Renal menugaskan satu orang keamanan untuk setiap pintu kamar tamu. Jika mereka keluar tanpa mendengarkan perintah darinya, siap-siap mereka akan dipenggal kepalanya.“JANGAN SAMPAI KALIAN TIDAK MENTAATI PERINTAH INI SAMPAI ADA PENGUMUMAM SELANJUTNYA!” Pengumuman itu membuat para tamu semakin resah. Setiap pintu, dihalangi oleh scimita
Tidak ada lagi yang bisa Kiana harapkan. Semua rencana hancur. Kiana hanya ingin membongkar aktifitas gelap perusahaan kelima secara diam-diam. Namun, siapa yang akan menyangka kalau rekannya malah membuat rencana sendiri tanpa sepengetahuannya? Rekan-rekannya dikalahkan. Lalu, bagaimana Kiana akan memulai tindakannya? Yogas sudah berdiri disamping Teo. Mereka berdua menjadi satu kesatuan yang kuat. Cidera Kiana belum pulih dari pertarungan sebelumnya, sehingga ia harus menghemat energi tubuhnya.“Apa kau tidak malu? Aktifitas gelap yang kau lakukan, ternyata merugikan semua kalangan. Kau melakukan sesuatu yang kau sukai hingga kau menjadi terobsesi,” ucap Kiana. Kiana sudah melepaskan wig yang sedari tadi menutupi rambutnya yang indah. Tidak ada orang lain di sana kecuali Yogas dan Teo. Para tamu juga tidak memiliki pergerakan
“Kau cukup menekan pelatuknya saja, maka kau akan segera mati,” bisik Kiana.Brak! Semua orang menoleh. Pintu yang terbuat dari besi itu hancur bertapakkan sepatu seseorang. Sekuat apa tenaganya sampai pintu itu diledakkan dalam satu tendangan saja? Pikir Teo.Buagh! Brak!“Akh!” pekik Kiana. Teo memanfaatkan keadaan untuk menendang Kiana. Kiana yang tidak fokus pada Teo adalah kesempatan emas untuk dilukai, pikir Teo.“Beraninya kau mengalihkan pandanganmu dariku. Apa aku begitu remeh hanya karena kau bisa berkali-kali memukulku?” ujar Teo. Kiana mengusap mulutnya yang mengeluarkan darah. “Yeah! Itulah sebuah prestasi!” jawab Kiana. Zavier masih berdiri di depan pintu. Matanya menyapu bersih
Ravin diminta untuk mengganti pakaiannya. Ia memakai pakaian serba putih. Segala persiapannya, seolah-olah sudah diatur atau direncanakan sangat matang. Tidak ada bau dari pakaian yang Ravin kenakan. Hal itu membuat Ravin sedikit berfikiran buruk.“Apa kau siap? Bawa ini bersamamu!” perintah Tuan Don sembari memberikan pisau didada Ravin.“Sebenarnya, tugas apa yang Ayah berikan untukku?” tanya Ravin. Ia berusaha tenang. Ia tidak ingin dicurigai dan menghancurkan rencana Rael yang sudah tersusun rapi.“Buat pakaian yang kau pakai dan pisau yang kau pegang dipenuhi oleh darah.”Deg...“Ayah menginginkan aku membunuh seseorang?” tanya Ravin. Tuan Don mendekat. “Buat Rael semakin cacat!” bisik Tuan Don.*** Ra
Pak Aaron mengobati luka Rael bersama dokter pribadi yang setia bekerja dibawah kuasa Rael. Lukanya cukup dalam. Ditambah lagi, sayatan pada tubuhnya yang tidak terhitung jumlahnya. Andai saja Rael tidak menekan alarm darurat yang Pak Aaron berikan, mungkin Rael akan mati kehabisan darah. Pak Aaron, dia adalah pria misterius yang terkadang bersikap gila. Namun, dia patuh pada perintah Rael. Menjaga mulutnya untuk menutup rapat-rapat rahasia yang ia ketahui. Pak Aaron berada dipihak Rael. Tapi, posisinya sama dengan Rael. Ia tidak bisa melakukan apapun dibawah ancaman Tuan Don.“Akh!” teriak Rael. Sakit pada telinganya tidak terasa lagi. Namun, sekencang apapun dia berteriak, suaranya tidak dapat ia dengar. Indra milik Rael seakan-akan mati. Ia meraba apa saja yang bisa ia pegang. Namun, tidak terasa apa-apa. Tidak ada objek yan
Rael mencoba turun dari atas ranjang. Ia sama sekali tidak bisa merasakan apapaun, bahkan lantai yang dingin tidak terasa ditelapak kakinya. Tidak ingat, apakah ia mengenakan alas kaki atau tidak. Rael tertatih-tatih berjalan dan meraba dinding untuk menemukan pintu. Semua indranya mati untuk beberapa saat. Namun, setelah istirahat selama satu jam, indranya belum juga pulih.Duak!“Akh!” pekik Rael. Ia menabrak dinding. Entah karena perabanya tidak berfungsi, sehingga ia tidak bisa menemukan letak pintu, atau karena semua indranya mati, Rael tidak tahu apakah arah yang ia lalui benar atau hanya berputar disatu titik tanpa perubahan.“Selalu saja seperti ini. Apa aku tidak bisa lebih kuat sedikit saja?” gumam Rael. Di mana letak ton
Sam, Gracia, Delice, Naura, Loid dan Aretha, mereka berdiri tegap berjajar di depan pintu utama menunggu anak-anak kembali dengan gelisah. Sebagai seorang ibu, tentu saja mereka lebih cemas karena permainan di atas darah hanya diketahui oleh para ayah.“Apa kalian tidak akan mempertimbangkan tentang hal ini? Bukankah ini terlalu mengerikan untuk dunia anak-anak?” tanya Aretha.“Aku juga sependapat dengan Aretha,” sahut Gracia. Naura juga cemas tapi ia tidak bisa membantah kenyataan karena anak-anak memang harus melakukannya. Masuk ke dalam dunia yang selalu membuat nyawa mereka berada dalam ujung jurang kematian.“Naura, kenapa kau diam saja? Apa kau tidak mengkhawatirkan mereka?” tanya Gracia.“Memangnya, aku harus berpendapat apa? Kalau memang kalian tidak ingin anak-anak dalam bahaya, seharusnya kalian nenikah d
Entah kenapa, lapangan latihan yang biasanya menyenangkan dan menjadi tempat paling bercahaya, saat ini adalah tempat tersuram dari semua yang ada. Tidak hanya Zeki atau Leon, tapi semuanya mendapatkan bagiannya masing-masing. Sam mengawasi Zeki, Delice mengawasi Renza, Zavier dan Leon, Loid mengawasi dua pembuat onar, Eren dan Arta. Gracia maupun Aretha, mereka hanya duduk mengawasi pelatihan sembari bercengkrama. Lalu, Naura berjalan menuju gerbang utama untuk menunggu putrinya yang sampai detik ini, belum juga kembali.“Dimulai dari putaran lima puluh kali,” kata Delice.“Hah? Ayah!” pekik Renza. Delice memberikan tatapan mata yang tidak bisa dibantah. Semuanya langsung berlari seperti yang Delice perintahkan. Tubuh yang lelah, terluka, harus mendapatkan hukuman yang terbilang berat. Tidak. Melihat para pe
Generasi pertama naik ke atas panggung. Mereka jalan gontai tanpa membawa kesadaran seolah-olah mata mereka terpaksa terbuka dan seluruh tubuh mereka dipaksa untuk bergerak.Mereka mendekati Kiana dengan senjata yang mereka genggam. Tubuh mereka tercabik-cabik, hancur dan darah segar masih mengucur dari luka yang mereka dapatkan.'Bajingan itu menyiksa mereka sampai seperti ini?' batin Kiana.Kiana memenangkan pertandingan pertama. Para VVIP lemah lunglai tergeletak penuh luka di atas panggung.Kiana menggigit bibirnya sendiri. Ia merasa terlambat dan sangat berdosa. Seharusnya, dalam permainan gila tersebut tidak seharusnya melibatkan banyak orang. Jika HG Group menginginkannya, Kiana tidak akan menolaknya.Melihat generasi pertama yang kokoh dan kuat menjadi ternoda, hati Kiana sangat terluka. Tubuhnya yang sudah lelah, juga luka lama yang terbuka kembali, membuatnya semakin memanas.Pertarungan tersebut membuatnya gila dan semakin bergairah. Kiana yang menghadapi VVIP tidak serius,
Kiana mengerutkan keningnya. Bau amis darah segar dari celine membuatnya sedikit mual. Kiana memperhatikan tangan Celine yang membekas darah kering."Mora, acara sebentar lagi di mulai. Seharusnya kau sudah bersiap. Kenapa kau belum mengenakan seragammu?" tanya Celine sembari menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang berada di dalam ruang ganti khusus untuk Kiana."Saya hanya sedikit bingung," jawab Kiana."Apa yang kau bingung kan?" tanya Celine. Ia membersihkan pisau lipat tersebut. "Apa kau ingin membuatku marah?" lanjutnya sembari memberikan tatapan tajam yang tak terkontrol."Maafkan saya, Nona Celine."Di depan mata Kiana, ada beberapa kalung berlian, anting, gelang dan jumlahnya cukup banyak. Perhiasan untuk pria dan wanita yang jika di pakai akan menutupi tubuh Kiana.'Apa yang harus aku lakukan dengan ini?' batin Kiana."Kau kenakan berlian itu tanpa terkecuali. Tidak ada yang boleh tertinggal," ujar Celine. "Aku tidak menyewa model untuk memperagakannya karena acara malam ini
Sam tidak mungkin menentang elitisan Gracia. Ia tidak mungkin membiarkan Gracia melewati pedihnya jalan hidup yang akan membakar telapak kakinya setiap ia melangkah maju."Lakukan apa yang kau inginkan. Aku akan berada di belakangmu sebagai pendukung," ucap Sam.Gracia beranjak dari tempatnya. Ia menghampiri Tuan Don yang terkekang oleh rantai yang melilit pada tangan dan kakinya. Mereka bertiga berada di ruangan yang sama sehingga mudah untuk mencari celah kabur."Hei, Pak tua!" teriak Gracia. "Kalau kau membohongiku, aku pastikan kepalamu langsung terlepas dari lehermu!" ancam Gracia."Hahaha ..." Tuan Don terkekeh geli. Ia menertawakan dirinya yang sudah dibodohi oleh Naura, juga dua orang yang menjaga kepercayaan tapi menjadi tertuduh. Bukankah itu konyol? Pikir Tuan Don."Aku akan menempatkan kalian berdua di posisi tertinggi perusahaanku. Kalian bisa melakukan apa saja untuk dendam atau membuktikan kualitas kalian," ucap Tuan Don."Kali ini, aku percaya padamu. Kalau kau membuatk
Rael keluar dari perusahaan miliknya. Ia mendapatkan sebuah kesan pribadi tanpa nama. Sejenak, kisah-kisah kelam kembali terlihat Dan terkenang dalam benaknya."Apa yang akan akan Anda lakukan, Tuan?" tanya Tuan Aaron. Meski ia menilai semuanya rumit, tapi Tuan Aaron sama sekali tidak memiliki pikiran untuk pindah kepercayaan atau Tuan."Alu harus menyelesaikan tugasku dengan baik sampai akhir," jawab Rael."Anda akan bergabung lagi dengan tujuh jenius yang Anda besarkan?" tanya Tuan Vidor. "Bukankah mereka sudah sudah mengkhianati Anda? Bagaimana mungkin Anda masih masih percaya pada mereka?" imbuhnya."Aku tidak berpikir kalau mereka berkhianat. Mereka hanya melakukan apapun yang membuat hati mereka senang. Lagi pula, berTuankan aku yang cacat seperti ini, tidak akan mendapatkan keunggulan dan juga nama baik." Santai, tapi terdengar ada kekecewaan di dalam kalimat Rael. Di tambah lagi dengan dengan ekspresi wajah Rael yang tersakiti."Saya mengerti. Saya akan mengikuti Anda sampai a
Ugh ... Ugh ... Ugh ...Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ...Generasi pertama yang dijebak oleh Jordan karena menolak, mereka dijadikan tawanan yang akan memeriahkan puncak acara yang akan menghina harga diri mereka.Mereka semua terbatuk-batuk. Tubuhnya lebam-lebam bahkan ada punggung mereka hampir dibuat meleleh karena disulut oleh besi panas.Argh! Argh! Argh!Teriakan kesakitan itu menjadi nilai plus bagi Jordan. Ia puas karena mereka yang tidak menurut pada akhirnya bisa menjadi mainannya yang berharga."Bajingan kau, Jordan!" teriak Gerald yang tertangkap.Jordan hanya melepaskan Serchan meski Serchan menolak. Ia tidak ingin mengambil resiko karena yang Jordan tawarkan adalah kerjasama dengan bangsawan Inggris, bukan pengamdian dari Serchan. Dua hal tersebut sudah berbeda. Jika Jordan menangkap bangsawan Serchan, tentu saja ia akan dimusuhi oleh Inggris dan itu adalah sesuatu yang bisa dikatakan sebagai mimpi buruk."Bedebah sialan! Meski kau menjadikan kami meleleh bersama api, kami tida
Naura mendapatkan pesan singkat dari Delice. Ia harus memecahkan kode supaya bisa membaca pesan dari Delice.Naura menyipitkan matanya. "Dum? Siapa?" gumam Naura.Naura mendengarkan pesan suara yang terkirim melalui pesan pribadi yang akan otomatis terhapus beberapa detik setelah selesai di dengarkan.Naura tidak bisa melakukannya sendiri. Demi Rael, Delice menelusuri seluk beluk keberadaan Tuan Don. Untuk meruntuhkan sebuah menara, Delice harus menghancurkan pondasinya.Naura mendengarkan dengan saksama. Semua hal yang Delice sampaikan. Delice tidak akan membuat pesan pribadi hapus otomatis jika apa yang ia sampaikan tidaklah penting."Sayang, aku akan menjelaskan intinya secara singkat. Aku harap kau bisa mengerti. Aku tidak memiliki waktu untuk menjelaskannya secara langsung padamu. Yakinlah! Kalau kau melakukan sesuai yang aku rencanakan, kau akan berhasil hingga akhir tanpa terluka."Delice menjelaskan dengan rinci apa yang terjadi. Bagaimana awal mulanya sampai ia bertekad selam
Gedung tua yang ada di Rusia menjadi tempat pilihan yang cukup akurat untuk menjalankan semua rencana Jordan. Satu per satu tamu yang ia undang sudah mulai berdatangan.Tamu-tamu tersebut menatap heran ke arah gedung yang setengah rusak karena akibat kebakaran hebat beberapa bulan yang lalu.Mereka terdiri dari generasi awal yang membentuk organisasi damai. Jordan mengusik kedamaian yang sudah mereka perjuangkan."Mereka sudah datang tanpa terkecuali. Hah! Tingkat keyakinan yang aku miliki mencapai batasannya," ujar Jordan.Rion menjadi pengikut Jordan, begitu juga dengan Brandon. Mereka memiliki perhitungannya sendiri karena tali kekang HG Group sepenuhnya berada di tangan Jordan."Aku tidak tahu siapa yang menolak dan siapa yang menerima," ucap Jordan."Ah!" pekik Brandon tiba-tiba.Jordan mengundang mereka hanya mengandalkan persiapan insting dadakan. Tidak ada rencana bahkan persentase yang dibayangkan saja tidak ada. Bukankah Jordan terlalu berani untuk mempertaruhkan nyawanya se
Brak!"Kiana!" teriak Leon.Kiana melirik tajam. Ia sangat menunjukkan rasa tidak sukanya pada Leon yang masuk ke dalam kamar pribadinya saat Kiana baru saja merebahkan tubuhnya."Apa kau tidak memiliki sopan santun?" Kiana membalas bentakan Leon dengan kalimat pertanyaan yang tidak kalah sadis."Aku dengar kalau membunuh Zaila dan Rai, bahkan kau memberikan kelingking Rai sebagai bukti. Kiana, apa kau sudah gila?" bentak Rai.Kiana menyibakkan selimut yang baru saja menutupi tubuhnya. Kiana ingin istirahat sejenak untuk memulihkan diri dari beberapa darah yang keluar dari luka barunya."Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau kesulitan berdiri?" tanya Leon. Ia langsung mendekati Kiana untuk mengecek kondisinya.Kiana menepis tangan Leon. "Singkirkan tanganmu itu!" ujar Kiana."Aku memang tidak bisa memaksamu untuk bercerita, tapi aku yakin kalau kau bertarung hebat dengan Rai sebelum berhasil membunuh Zaila dan Rai. Kenapa kau membunuhnya?" tanya Leon lirih.Leon duduk di atas ranjang Ki
Tubuh Delice seperti menggigil kedinginan. Aura yang terpancar dari orang bertopi yang menyerangnya seperti tidak asing. Orang tersebut bahkan hanya diam dan tidak menyerang Delice lagi setelah Celine meninggalkannya."Kenapa tidak menyerang lagi? Kenapa hanya mematung, hah?" tantang Delice."Kenapa aku harus menyerang saat aku tidak ingin?" balas Kiana.Suara Kiana memang tidak asing bagi Delice. Sejenak, ingatan Kiana mulai merasukinya. Namun, Kiana menahan rasa sakit yang saat ini menyerangnya.Sret!Delice membuka paksa topi yang menutupi wajah Kiana. Rambut Kiana yang tertutup oleh topi juga menjadi tergerai karena penyangga hilang.Delice seperti diberikan kejutan yang tidak bisa ia bayangkan. Kiana, putri tercinta yang sedang ia cari ternyata berada di depan matanya."Kiana!" pekik Delice.Delice tidak ingat kalau beberapa menit yang lalu Kiana melukainya dengan luka yang cukup dalam. Meski luka tersebut bukan apa-apa bagi Delice, tapi tentu saja lukanya terasa berbeda karena p