Kiana menatap cermin. Lebam-lebam pada wajahnya sudah tidak terlalu terlihat jika ia menutupinya menggunakan sedikit make up tipis. Gara-gara harus menghajar Kumey tanpa ampun, luka pada seluruh tubuhnya berdarah lagi. Bahkan luka terdalam yang Kiana miliki, terbuka kembali."Ugh!" Kiana meringis menahan sakit. Ia menjahit ulang luka pada lengannya yang terbuka lagi.Di atas meja rias, perban, obat, kapas, kasa steril, sudah berjejer. Kiana melempar satu per satu kapas yang sudah ia gunakan ke dalam kotak sampah."Lukanya terbuka lagi?" Bariton suara yang tiba-tiba saja muncul, sedikit mengejutkan Kiana yang kesulitan mengintai dirinya sendiri."Seperti yang kau lihat," jawab Kiana dingin.Leon menarik kursi dan meletakkannya di sisi kursi Kiana. "Biar aku membantumu," ujar Leon.Kiana menaikkan alisnya. Otaknya sudah rusak dan terisi oleh apapun yang dikatakan Celine. Leon bahkan tidak bisa mengembalikkan sedikit saja ingatan yang berarti bagi Kiana."Kenapa aku harus percaya padamu
Baca selengkapnya