Semua Bab The Love MILLION tears: Bab 21 - Bab 30

43 Bab

Bab | 20

Hampir dua jam pria itu hanya duduk saja ditemani segelas kopi hangat. Ia melihat hujan turun tidak terlalu deras dari arah jendela. "I Miss You," ucap Ken berdiri menatap langit degan memegang segelas kopi. "Aku selalu melihat langit jika aku merindukan mu, dan aku pun merasa bahwa kau juga melihatku disini," Ken mengetuk jendela kaca dengan kuku-kuku di jarinya. Sudah hampir dua bulan pria itu hidup bersama istrinya, namun tak sedetikpun Ken ingin melupakan Jesseli, rasanya terlalu pahit jika melupakan kenangan yang mereka lewati. "Aku sudah membalas kematian mu dengan cara menikahi orang yang membunuhmu Jesseli, aku sudah menyiksanya sayang, apakah sekarang kau bahagia disana?" Tangan Ken keluar dari balik jendela menyentuh tetesan hujan. Itu semua membuat Ken teringat akan kematian Jesseli, ia berdosa telah sempat mempertaruhkan Jesseli saat bermain kartu. "Maafkan aku," lirih Ken pelan. Namun ke
Baca selengkapnya

Bab | 21

Hampir dua jam pria itu hanya duduk saja ditemani segelas kopi hangat. Ia melihat hujan turun tidak terlalu deras dari arah jendela. "I Miss You," ucap Ken berdiri menatap langit degan memegang segelas kopi."Aku selalu melihat langit jika aku merindukan mu, dan aku pun merasa bahwa kau juga melihatku disini," Ken mengetuk jendela kaca dengan kuku-kuku di jarinya.Sudah hampir dua bulan pria itu hidup bersama istrinya, namun tak sedetikpun Ken ingin melupakan Jesseli, rasanya terlalu pahit jika melupakan kenangan yang mereka lewati. "Aku sudah membalas kematian mu dengan cara menikahi orang yang membunuhmu Jesseli, aku sudah menyiksanya sayang, apakah sekarang kau bahagia disana?" Tangan Ken keluar dari balik jendela menyentuh tetesan hujan.Itu semua membuat Ken teringat akan kematian Jesseli, ia berdosa telah sempat mempertaruhkan Jesseli saat bermain kartu. "Maafkan aku," lirih Ken pelan.Namun kesediha
Baca selengkapnya

Bab | 22

"Roger, apa yang kau lakukan?" teriak Pete dari belakang. Pete membogem keras wajah Roger. "Kau benar-benar gila Roger," Pete menambah kembali pukulan demi pukulan di wajah Roger. Tangan Pete menarik kerah baju Roger lalu ia mendorong tepat di meja billiard. "Sudah berapa kali kubilang jangan pernah kau menganggu Grace lagi Roger," teriak Pete menonjok kembali rahang Roger. "Memangnya kenapa Pete? Apakah kau suka dengan Grace?" Ken mendekati mereka berdua yang sedang asyik bergulat. Pete melepaskan cengkeraman tangannya pada Roger. "Kau keterlaluan Ken, pantas saja firasat ku datang kemari selalu menghantui ku. Ternyata kau melukai Grace," ucap Pete menoleh ke arah Ken. "Kau suka dengan Grace? Katakan dimana salahku Pete. Dia pembunuh Jesseli, aku menikah dengan dia hanya untuk balas dendam," Ken tertawa sebal dan melirik tubuh Grace yang sedang terbaring di atas sofa. "Jalang it
Baca selengkapnya

Bab | 23

Memang saat ini kondisi Roger bisa dikatakan mabuk, tapi setidaknya ia masih mempunyai sedikit kesadaran entah berapa persen. "Aahh, memangnya apa yang kau dengar Ken?" Roger mengatur duduknya menghadap Ken sedikit grogi. "Tadi aku mendengar kau menyebut nama Jesseli, aku tidak terlalu mendengar tapi bisa kau ucapkan lagi Roger?" Ken duduk di sebelah Roger dengan mata yang sudah sedikit memerah. Roger mengatur nafas sedikit demi sedikit. "Tadi aku berkata bahwa Grace lah yang membunuh Jesseli Ken dan tentu aku juga turut bersedih bukan?" Roger berharap Ken memang tak pernah mendengar perkataan yang baru saja ia lontarkan. "Kau benar Roger, aku takkan pernah bisa lagi memaafkan jalang itu,"menepuk pelan pundak Roger. "Baiklah mari kita lanjut kan, aku ingin mabuk hingga pagi hari, "tawa Roger sedikit ketakutan bercampur perasaan lega. Ken hanya mengangguk menyetujui. Keesokan hari
Baca selengkapnya

Bab | 24

Pete terus berjalan memasuki mobilnya tak menghiraukan arah di sekeliling. "Petee," kata seseorang dari belakang. "Lepas," bentak Pete menepis kasar tangan yang menyentuh pundaknya. "Awwhh," kata Grace sedikit kesakitan. Tersadar mendengar suara wanita dari belakang pria menoleh dengan cepat. "Astaga Grace maafkan aku, aku menyakitimu. Mana yang sakit Grace?" Pete merasa bersalah karena berbuat kasar pada wanita itu. Ia memegang lembut lengan Grace. "Maafkan aku, aku tidak sengaja Grace kumohon maafkan aku," Grace mengangguk pelan mengerti bahwa memang Pete benar-benar tidak sengaja. "Bagaimana kau bisa kesini? Aku kan menyuruhmu untuk tetap di rumah?" tangan Pete terus mengelus tangan Grace. "Bagaimana bisa aku tetap di rumah saat mengetahui kau akan mendapat masalah?" mata wanita itu memperhatikan seluruh wajah Pete berharap tak ada satu pun bekas pukulan.
Baca selengkapnya

Bab | 25

1 bulan kemudian.. Hari demi hari begitu cepat dilewati oleh Grace, ia menghabiskan satu bulan penuh di kediaman Pete. Semuanya baik-baik saja antara mereka berdua, namun yang ditakuti oleh Grace saat ini hanya satu yaitu biaya pengobatan Chris yang semakin hari semakin bertambah. Apalagi saat ini wanita itu tidak bersama Ken tentu ATM yang ia dapatkan dari Ken bisa di dikatakan sirna. Itu cukup membuat wajah kalem nya berubah sedikit memucat karena memikirkan hal serumit itu. "Grace kau sedang memikirkan apa?" Pete yang mendekati Grace sedang duduk melihat televisi. Grace menoleh ke arah sumber suara yang tak lain adalah Pete. "Pete aku ingin mengucapkan terimakasih padamu karena selama ini kau benar-benar menolongku," ia berdiri menghampiri Pete. "Tak apa Grace, pintu rumahku selalu terbuka untukmu," pria itu meletakkan telapak tangannya di atas kepala Grace. Seolah wanita di depan itu adalah adikn
Baca selengkapnya

Bab | 26

"lepaskan aku Ken, apa yang kau lakukan padaku?" Teriak wanita itu terus-menerus saat sudah memasuki kamar. "Kau meminta uang bukan padaku? Maka beri aku kepuasan untuk harga yang harus aku bayar," tindas Ken membuka seluruh pakaian Grace dengan kasar. Grace tak bisa menolak, sama sekali tak bisa. Tangan kekar Ken selalu saja mengunci dengan erat, terlalu erat menekan pergelangan tangannya membuat wanita itu memekik keras merasa seperti tulang itu akan retak. "Aaahh," teriak Grace. Ken mendorong tubuh Grace hingga terjatuh di bawah lantai tanpa baju yang ia kenakan, wanita itu merasakan kedua putingnya begitu dingin ketika menyatu dengan lantai. "Ken, aaahhh... ini sangat dingin Ken," desis Grace mencoba mengangkat sedikit dadanya namun tangan Ken menekan punggungnya agar semakin dingin. "Diam, aku sudah bilang kau hanya cukup menuruti perintah ku!" ucap Ken terus menekan punggung Grace membuat rasa nyeri dan dingin berc
Baca selengkapnya

Bab | 27

Entah apa yang kini harus dirasakan Ken detik ini juga, ia masih bersembunyi di balik pohon dengan perasaan yang hanya bisa di rasakan olehnya sendiri. "Penghianat," satu ucapan yang sungguh menyesakkan dada mendengar semua itu. Ingin sekali rasanya pria itu meninju, menghancurkan habis seluruh organ tubuh Roger atau setidaknya memberi hukuman yang setimpal saat ini juga. Namun semua itu juga tidak mungkin membuat kerusuhan di tempat pemakaman Jesseli. "Nikmati sisa hidupmu Roger," Ken berjalan pergi menuju mobil. Pria itu memutar mobilnya dan melajukan cepat di persimpangan jalan yang terlihat sedikit sepi, ia berhenti sejenak dan menatap kosong jalanan di depan dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. Tak terasa air mata telah mengalir di kedua pipi Ken. "Akulah penjahatnya," Ken sama sekali tak bisa membohongi hati bahwa memang rasa cintanya masih ada untuk Jesseli bahkan saat ia melihat pemandangan yang baru saja mengg
Baca selengkapnya

Bab | 28

Drt...drt...drt.. Ponsel Ken bergetar, pria itu melihat nama Roger di layar ponselnya. Ia pun segera mengangkat dan mencoba mengatur nafas. "Hmm," ucap Ken. "Ken bisakah kita bertemu?"  "Hmm,"  "Baiklah aku akan menunggumu di apartemen ku"  "Hmm,"  "Oh aku lupa bertanya Ken, bagaimana dengan rencana kita? Apakah kau sudah berhasil membuat Grace hancur? Kau harus ingat Ken dia adalah pembunuh Jesseli," "Hmm,"  Ken menggenggam erat ponselnya, dan seperti itulah nanti yang akan ia lakukan pada Roger. "Baiklah aku menunggumu di apartemen" Roger merasa aneh karena jawaban Ken tidak seperti biasanya. "Hmm,"  Emosi Ken kian mendidih melihat Roger berbicara seperti itu, ia akan menyelesaikan Roger setelah proses p
Baca selengkapnya

Bab | 29

Grace tak ingin melepaskan pelukan itu, terhitung sudah dua menit ia tersandar di bahu Pete. "Tak perlu menangis lagi Grace, itu hanya membuatmu semakin sakit" Pete mengelus punggungnya dengan lembut. "Kau benar" kali ini Grace tersenyum dan melepas pelukan itu. "Ayo makanlah terlebih dahulu, aku sudah menyiapkan banyak makanan untukmu" tanpa menunggu persetujuan Grace pria itu menggendongnya ala bridal style. Tentu membuat Grace membelalakkan kedua bola matanya. "Hai... apa kau gila? Kau mengendong tubuhku hanya untuk ke meja makan. Aku bisa berjalan sendiri Pete" wanita itu sedikit salah tingkah. "Diamlah dan simpan tenaga mu agar kau tak pingsan lagi" ejek Pete tertawa sedangkan Grace ter
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status