Kuat, liar, tak mau ditolak, tapi juga lembut dan berhati-hati agar tidak menyakitiku. Itu yang kurasakan dari ciumannya. Saat bibir kami bertemu, seperti ada sebuah bom Molotov yang meledak dalam kepalaku, kesadaranku menghilang, entah berapa lamanya. Hanya ada dirinya dan diriku. Hanya Ada bibirnya dan bibirku yang saling lumat, bertaut dan bergumul. Ketika bibirnya berpindah dan menciumi sepanjang garis rahang dan leherku, ketika dia membenamkannya tepat di lekukan bawah telingaku, tanpa bisa kutahan aku mengerang, nikmat. Dia semakin liar bergerak, ketika kejantanannya dengan kuat bergerak menekan dan menggesek daerah kewanitaanku, secercah kesadaran menggugahku bangun dari selimut nafsu. Dinginnya udara malam
Read more