Beranda / Romansa / Cinta Dalam Hati / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Cinta Dalam Hati: Bab 11 - Bab 20

61 Bab

Cemburu

Yudi masih sempat-sempatnya menghampiri Hamzah dan Rangga, yang masih terbengong di kursi meja makan hanya untuk permisi, membawa Tania.   Tania memejamkan matanya, gulungan rambutnya sudah lepas dan dia masih saja terus memukul-mukul punggung Yudi. Rini dan Noni pun masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Yudi,   "Ya, Allah. Ini anak kok, semakin kurang ajar. Maaf ya, Jeng. Kita harus menikahkan mereka secepatnya, apa kata orang-orang?" ucap Rini.   Ia malu setengah mati melihat kelakuan putranya,   "Iya, Mbak. Aku juga bingung," jawab Noni.   Sementara Hamzah dan Rangga malah saling tos,
Baca selengkapnya

Kepergian Tania

Yudi menuju rumah Tania mengetuk pintu kamar Tania tetapi, tidak ada sahutan. Yudi memberanikan diri, ia membuka kamar Tania. Di dalam kamar ia tidak menemukan Tania, ia telah pergi meninggalkan segalanya. Kesedihan tiba-tiba menyeruak di jiwanya, ia merasakan kekosongan yang dalam. Ia tidak menyangka Tania akan pergi meninggalkannya. Yudi hanya tertegun menyaksikan semua kehampaan itu, ingin rasanya Yudi menjerit sekuat tenaga. Ia sangat menyesali segala perbuatannya, ia begitu bodohnya telah menyia-nyiakan Tania, "Betapa bodohnya, aku!" umpat batinnya. "Tania .... " lirihnya. Yudi tanpa sadarnya, menyebut satu nama yang terucap dari bibirnya yang setajam silet. Ia masih saja termenung, men
Baca selengkapnya

Derita cinta tiada akhir

"Hmm, sebaiknya begitu. Biar mereka semua, jadi gembel!" omel Kakek Jatmiko. "Apakah Kakek akan tenang di Alam Baka? Bila mereka jadi gembel? Jangan- jangan, Kakek akan jadi hantu penasaran dan kembali menghantuiku. Untuk merevisi ulang surat warisan lagi, dan aku tidak mau Kakek!" jawab Tania bercanda. "Hahaha, dasar kamu ini! Baiklah, tidak usah revisi ulang lagi. Besok Kita bertemu di cafe X saja, Nak! Assalamu'alaikum," ucap Kakek Jatmiko riang. "Wa'alaikumsalam!" balas Tania tersenyum simpul. Ia sedikit lega, ia memandang sinar bulan yang indah di balik tirai kamarnya. Kesedihan bergelayut mesra di sanubari, mengenang seraut wajah yang sudah menorehkan luka di sana. Namun, Tania masih s
Baca selengkapnya

Sebuah nasihat

Tania semangkin dilema dan bingung, ada ketakutan di jiwanya. Ia takut harga dirinya akan dipandang rendah oleh Yudi, "Bagaimana bila dia menolakku, Kek?" tukas Tania. Ia sangat takut bila Yudi, menertawakannya juga mengejeknya. Tania takut bila hanya dialah yang setengah gila mencintai Yudi seorang. Sementara Yudi sendiri, tidak memiliki rasa apa pun kepadanya. Ia tidak percaya diri, ia takut akan banyak hal. Ia semangkin lekat menatap sang kakek, ia ingin sebuah pencerahan dari yang lebih tua yang telah banyak memakan asam dan garam kehidupan. Tania percaya bahwa yang tua lebih berpengalaman di dalam banyak hal, mereka ditempa oleh kehidupan yang telah mereka jalani.
Baca selengkapnya

Kepulangan Tania

"Akh, kamu selalu saja membuat aku tak mampu menjauh Yud. Kamu selalu saja ..., mampu memporak-porandakan hatiku.   Bagaimana aku bisa menjauh darimu?" batin Tania.   Air bening mulai meluncur dari kedua bola matanya, ia begitu sangat merindukan Yudi hingga ia tiada lagi kuasa untuk membendungnya.   Tania memasuki rumahnya mengamati bentuk rumahnya yang indah, semua perabot-perabot yang sudah ia pesan sebelum pembuatan rumah sudah tertata dengan apik. Semuanya tidak ada celanya, satu kata sempurna.   Tania melangkahkan kakinya ke dapur, kamar utama, ruang keluarga, semuanya sempurna dan luar biasa nyaman juga unik. Semuanya sesuai dengan keinginannya hanya, ada satu lagi penamb
Baca selengkapnya

Proposal Cinta

"I-iya," jawab Tania terbata-bata. Ia tertunduk dengan tatapan sedikit merona malu, "Sebenarnya aku yang menjauh darimu, Yud!" batin Tania. Yudi menatap wajah Tania, dengan meminta sejuta penjelasan. Tania sudah menyiksa lahir dan batinnya, "Kenapa tidak ada kabar sekali pun, padaku? Dan nomer ponselku pun kamu blokir," cecar Yudi. Ia memandang  ke wajah Tania, "Maafkan, a-aku! Aku begitu sibuk, hingga aku lupa mengaktifkan ponselku, lagi!" cicit Tania. Ia memherikan sebuah alasan yang tidak masuk logika, "Hm, apakah begitu bencinya dirimu padaku Nia?" tanya Yudi. Ia mencoba ingin mengetahui semua perasaan Tania kepadany
Baca selengkapnya

Anya sang ponakan

Tania menelepon ayah, bunda, dan kakak-kakaknya,   ~Tania   "Bunda, aku sudah di rumahku dan besok aku akan kembali ke kantor."   ~Noni   "Ooh, syukurlah sayang! Apakah merajukmu sudah selesai?Bagaimana bila kelak kamu menikah? Kalau ada masalah langsung kabur, kamu harus berubah jangan seperti anak-anak terus!"   ~Tania   "Iya, Bunda. Apakah Ayah sehat? Bagaimana kabar Anya kecil, Farrel, Farhan, Bun?"   ~Noni  
Baca selengkapnya

Lamaran

Sudah diputuskan kedua belah pihak Keluarga, bahwa pernikahan Yudi dan Tania sebulan kemudian.   "Kenapa ga besok saja sih, Yah pernikahanya?" tanya Yudi. Ia malah sudah tidak sabar untuk segera menjadi halal bersama Tania, kini malam-malam terasa panjang dan sangat dingin.   Gulingnya sudah tidak terasa hangat lagi, ia merindukan dekapan hangat dari seorang wanita. Jam biologisnya sudah semangkin berdentang berulang kali,   "Ini anak, kemarin ogah-ogahan mau nikah. Sekarang, mau dipercepat! Memang kenapa, sih?" tanya Rangga. Ia menoleh pada putranya,   "Soalnya sudah kagak nahan, Yah!" jawab Yudi jujur. Semua tamu undangan dan keluarga tertawa serempak, Yudi tidak peduli.
Baca selengkapnya

Kehadiran Amy

"Giliran dia, pakai acara undangan. Lha, perasaan! Aku juga alumni yang sama dengan Yudi. Kenapa ya aku gak dapat, undangan?" sindir Soleh. Ia menoleh dengan tatapan sinis ke arah Amy, "Iya, kamu juga diundang ke acara itu. Berapa sih nomer ponselnya, Yudi?" tanya Amy. Ia mulai tidak sabaran atas semua sikap Soleh, "Mari ponsel, kamu!" ucap Soleh. Amy mengeluarkan ponselnya dan memberikan kepada Soleh, Ia mengetikkan nomer ponselnya dan memberikan kembali ponsel Amy. Amy mengecek kontaknya tetapi tidak ada kontak bernama Yudi, "Kamu save pakai nama apa, sih? Kenapa ga, ada!" tanya Amy. Ia masih terus mencari di layar ponselny
Baca selengkapnya

Ancaman

Semua itu karena, ia tidak ingin terdepak dari pekerjaan yang sudah ia lakukan beberapa bulan terakhir ini. "Nak, berhati-hatilah! Berjanjilah pada ayahmu yang sudah tua ini?" ucap Hamzah. "Iya, aku janji Ayah. Tidak akan terjadi apa pun, padaku! Dan Ayah belum terlalu tua," kata Tania. Ia mengedipkan sebelah matanya, Hamzah hanya tersenyum melihat tingkah putrinya yang selalu mampu meluluhkan hatinya. Di luar ruangan Tania bertemu dengan Putra ia menghampirinya, "Akh,Tania maaf. Bapak menyuruhku untuk mengerjakan kasus itu. Aku tahu kamu sudah bersusah payah mengerjakannya selama ini," ucap Putra.&nb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status