"I-iya," jawab Tania terbata-bata. Ia tertunduk dengan tatapan sedikit merona malu,
"Sebenarnya aku yang menjauh darimu, Yud!" batin Tania.
Yudi menatap wajah Tania, dengan meminta sejuta penjelasan. Tania sudah menyiksa lahir dan batinnya, "Kenapa tidak ada kabar sekali pun, padaku? Dan nomer ponselku pun kamu blokir," cecar Yudi.
Ia memandang ke wajah Tania,
"Maafkan, a-aku! Aku begitu sibuk, hingga aku lupa mengaktifkan ponselku, lagi!" cicit Tania. Ia memherikan sebuah alasan yang tidak masuk logika,
"Hm, apakah begitu bencinya dirimu padaku Nia?" tanya Yudi. Ia mencoba ingin mengetahui semua perasaan Tania kepadany
Tania menelepon ayah, bunda, dan kakak-kakaknya, ~Tania "Bunda, aku sudah di rumahku dan besok aku akan kembali ke kantor." ~Noni "Ooh, syukurlah sayang! Apakah merajukmu sudah selesai?Bagaimana bila kelak kamu menikah? Kalau ada masalah langsung kabur, kamu harus berubah jangan seperti anak-anak terus!" ~Tania "Iya, Bunda. Apakah Ayah sehat? Bagaimana kabar Anya kecil, Farrel, Farhan, Bun?" ~Noni
Sudah diputuskan kedua belah pihak Keluarga, bahwa pernikahan Yudi dan Tania sebulan kemudian. "Kenapa ga besok saja sih, Yah pernikahanya?" tanya Yudi. Ia malah sudah tidak sabar untuk segera menjadi halal bersama Tania, kini malam-malam terasa panjang dan sangat dingin. Gulingnya sudah tidak terasa hangat lagi, ia merindukan dekapan hangat dari seorang wanita. Jam biologisnya sudah semangkin berdentang berulang kali, "Ini anak, kemarin ogah-ogahan mau nikah. Sekarang, mau dipercepat! Memang kenapa, sih?" tanya Rangga. Ia menoleh pada putranya, "Soalnya sudah kagak nahan, Yah!" jawab Yudi jujur. Semua tamu undangan dan keluarga tertawa serempak, Yudi tidak peduli.
"Giliran dia, pakai acara undangan. Lha, perasaan! Aku juga alumni yang sama dengan Yudi. Kenapa ya aku gak dapat, undangan?" sindir Soleh. Ia menoleh dengan tatapan sinis ke arah Amy,"Iya, kamu juga diundang ke acara itu. Berapa sih nomer ponselnya, Yudi?" tanya Amy. Ia mulai tidak sabaran atas semua sikap Soleh,"Mari ponsel, kamu!" ucap Soleh. Amy mengeluarkan ponselnya dan memberikan kepada Soleh,Ia mengetikkan nomer ponselnya dan memberikan kembali ponsel Amy.Amy mengecek kontaknya tetapi tidak ada kontak bernama Yudi,"Kamu save pakai nama apa, sih? Kenapa ga, ada!" tanya Amy. Ia masih terus mencari di layar ponselny
Semua itu karena, ia tidak ingin terdepak dari pekerjaan yang sudah ia lakukan beberapa bulan terakhir ini."Nak, berhati-hatilah! Berjanjilah pada ayahmu yang sudah tua ini?" ucap Hamzah."Iya, aku janji Ayah. Tidak akan terjadi apa pun, padaku! Dan Ayah belum terlalu tua," kata Tania.Ia mengedipkan sebelah matanya, Hamzah hanya tersenyum melihat tingkah putrinya yang selalu mampu meluluhkan hatinya.Di luar ruangan Tania bertemu dengan Putra ia menghampirinya,"Akh,Tania maaf. Bapak menyuruhku untuk mengerjakan kasus itu. Aku tahu kamu sudah bersusah payah mengerjakannya selama ini," ucap Putra.&nb
Akan tetapi belum sempat Yudi melintasi sebuah pohon besar, sebuah tangan membekuk lehernya dengan sebuah benda tepat di nadi lehernya."Siapa kau? Dan siapa yang mengirimmu? Katakan? Atau pisau ini menghujam tepat di batang lehermu?" Yudi terkesima,wanita mungil semampai yang selama ini selalu bertengkar dengannya dan beberapa bulan ini menjadi kucing manis. Kini, benar-benar menjadi singa liar lega satu kata di hatinya."Nia, apakah Kamu ingin menjadi janda sebelum menikah?" tanya Yudi."Mas Yudi ...?!" ucap Tania. Ia mengendorkan tusukan ranting kayu di leher Yudi,"Iya, aku calon suamimu! Kamu baik-baik sajakah?" tanyaYu
Keduanya makan dengan tenangnya, yudi memperhatikan Tania makan dan ingin menanyakan sesuatu tapi diurungkannya. Yudi tidak ingin mengganggu ketenangan Tania, hanya saja hatinya sedikit menciut. Mengingat kejadian beberapa jam lalu dan tanpa sepengetahuan Tania, Yudi mengirimkan pesan kepada calon mertuanya, dan mereka sepakat untuk menyembunyikan Tania sampai waktu persidangan tiba. Yudi sudah menghubungi beberapa teman lamanya juga menyewa beberapa bodyguard untuk menjaga keamanan Tania, "Nia, kamu bisa tidur di kamar mas yang tadi. Mas akan tidur di kamar tamu," ujar Yudi. Ia memperhatikan Tania, wajah tunangannya begitu cantik dan menggemaskan.
Drrrttt! Drrttt!Ponsel berdering~ Yudi"Halo .... " Yudi dengan malas mengangkat ponselnya.~Soleh"Hai, Bro. Apa, kabar? Ga ada kabar Lo, ya? Mentang-mentang sudah, sukses! Btw Lo mau kawinan, ya?" Samar - samar Yudi mengingat setiap pola suara di seberang sana.~ Yudi"Sehat Leh, alhamdulillah. Lu ini seperti ga ada hari esok saja. Kamu tahu nggak ini jam berapa? Ganggu istirahat gue aja Lo?" Yudi menggerutu. Namun, ia duduk dengan nyantainya.
Sudah seminggu Tania di dalam persembunyiannya, tetapi dia dan putra masih terus berhubungan mengenai perkembangan kasus mereka. Sementara Yudi setiap pagi pergi bekerja, Tania menghabiskan waktunya mengecek email dan bersih-bersih menikmati sejuknya pedesaan yang terpencil. Entah mengapa Tania merasa bosan, karena perkembangan kasusnya makin tak berujung dengan jelas. Sementara berita kematiannya semangkin santer di media-media elektronik. Dan berulang kali Tania melihat Wijaya masih dengan pongahnya melenggang di kancah politiknya, dan memiliki pendukung bejibun. Ia begitu luwesnya memanipulatif semua orang hanya karena uangnya, dan si pendukung begitu bodohnya digiri
Seorang wanita tua membawa bakul di punggungnya ingin mengutip sayuran, hujan deras telah mengguyur semalaman hingga pagi inilah ia berniat akan menjual sayurannya. Namun, saat ia ingin memetik kacang tanah ia melihat tiga anak yang terbaring di sana, "Anak siapa pagi buta di sini?" batinnya. Ia langsung berlari menggapai ketiganya dan memeriksa, "Mereka demam!" batinnya, ia berusaha membangunkan ketiganya dengan memberinya air minum, "Uhuk! Uhuk!" Adrian terbangun dan melihat seorang nenek tua melihat ke arahnya ia berusaha untuk beringsut dan menjauh, "Si-siapa kau! Tolong, jangan ganggu kami! Kami tidak mau dijadikan bakso!" ujar Adrian. "Hehehe, siapa yang mau jadikan kalian bakso? Ikan dan ayam masih lebih enak dari daging kalian!" cibir si nenek dengan gulungan tembakau fi mulutnya. Adrian beringsut sedikit berusaha untuk m
Adrian masih memeluk Salmi dengan tangan mungilnya, "Apakah kalian anak baru?" tanya seorang anak perempuan kecil yang tidak jauh dari Adrian. "Iya, kalian tahu ini di mana?" tanya Adrian penasaran menoleh ke setiap ruangan. "Aku tidak tahu! Kami dibawa kemari dengan keadaan pingsan! Apakah itu Adikmu?" tanyanya. "Iya, ini Adikku!" balas Adrian. "Namamu siapa?" tanyanya lagi. "Aku Adrian, ini Salmi!" balas Adrian. Entah mengapa ia banyak bicara, ingin rasanya dirinya mengurangi sedikit bebannya, "Oh, aku Rani," ujar Rani. "Ooo, apakah kau tahu ke mana mereka akan membawa kita?" tanya Adrian pena
Kedua sahabatnya masih menyusuri TKP bersama para polisi, mereka hanya menemukan jejak mobil dengan meninggalkan lokasi, keadaan menjadi heboh para wartawan Meliput berita dan memasukkan ke televisi dan laman media sosial lainnya. Sementara Amy menjalani operasi, Soleh menunggu di depan pintu ruang operasi. Tania dan Yudi langsung menuju ke rumah sakit begitu dengan seluruh keluarga Rangga, Hamzah, dan Basri juga Sudirman pergi ke rumah sakit. Mereka tidak menyangka dengan segala malapetaka yang sudah menimpa keluarga mereka Ibra masih menyelidiki seluruh rangkaian peristiwa ketiganya berpelukan menangis, "Bagaimana dengan Amy?" tanya Tania. "Dokter masih mengusahakan pengangkatan peluru di kepalanya, bagaimana dengan anak-anak?" tanya Soleh, ia memandang kedua sahabatnya berharap ada keajaiban untuk kedua buah hati mereka.Keduanya menggelengkan kepala, "Tapi, aku sudah mengerahkan segala yang aku bisa! Aku yakin kita pasti menemukan anak kita," kata Yudi.
"Ya, kamu benar, aku harus hati-hati! Bagaimanapun kita tidak tahu apa keinginan mereka yang sebenarnya, kamu hati-hati juga!" ucap Tania mengingatkan Amy. "Eh, besok beneran ada acara ulang ya, di rumah Dion? Sepertinya aku tidak bisa ikut ke sana, kamu mau 'kan bawa anak-anak ke sana. Besok aku ada sidang!" ucap Tania. "Iya, jangan khawatir. Aku pasti akan bawa anak-anak, lagian aku rasa besok aku libur, rasanya lelah jika terus-terusan bekerja," ujar Amy, "besok aku akan bawa anak-anak kesana! Sekalian bawa mereka berenang," lanjutnya. "Sip, aku titip anak-anak ya?" ujar Tania. "Iya, tenang saja!" balas Amy. Keduanya berpisah setelah makan siang.
Yudi di depan pintu bersalin sudah tidak sabar ingin melihat buah cintanya dengan Tania, "Selamat telah lahir bayi lelaki dengan berat 3,5 kg, panjang 50 cm. Putra pertama dari Bapak Yudi dan Ibu Tania," ujar Siska dengan menggendong seorang bayi dan memberikanya kepada Yudi, ia menerimanya dengan tetes air mata bahagia, "Selamat datang, putraku! Aku harap engkau menjadi pemenang di dalam kehidupan fana dan baka kelak," lirihnya diiringi rasa syukur seluruh keluarga. Rangga dan Hamzah saling rangkul begitu pun dengan Noni dan Rini, "Anak-anak yang hebat, cucuku pasti, luar biasa!" ujar Rangga bahagia menggendong cucunya setelah Yudi mengadzaninya. Yudi langsung menemui Tania yang masih lemah, "Terima kasih, Sayang! Aku tidak bisa mengatakan dengan apa pun rasa syukur dan cinta kasihku kepada kalian berdua," ucap Yudi, memeluk istrinya dengan penuh kasih sayang.
Tiga bulan kemudian Soleh dan Amy pulang dari bulan madu, Amy pun sudah hamil. Selama mereka di Papua berbulan madu, keduanya kerap berhubungan dengan Tania dan Yudi mereka saling bercerita banyak hal dan berbagi tawa dan duka mengenai pengalaman menjadi calon orang tua. Kedua pasangan tersebut mengunjungi Siska pun sudah menikah dengan Ibra sepupu Yudi seorang polisi.Mereka kerap berkumpul, cinta yang pernah ada di hati Amy kepada Yudi sudah terbang entah ke mana, begitu pun rasa cinta Siska kepada Soleh. Kini, ketiga pasangan bahagia itu sedangkan menantikan buah cinta mereka untuk pertama kalinya. Soleh dan Yudi selalu bersabar dan mengalah terhadap semua kemanjaan dan semua sensitif ibu hamil yang luar biasa.Namun, mereka begitu bahagia menjalani peran tersebut, tiada pernah mengeluh dan tak pernah sedikit pun menyakiti h
"Aku akan menjadi, ayah! Oh Tania, kita akan menjadi orang tua! Aku sangat bahagia, sekali! Terima kasih sayang," ucap Yudi dengan bahagia dan sumringah. Ia langsung memeluk Tania dengan penuh kasih sayang. Mencium seluruh wajah Tania, "Aku sangat bahagia, Yank! Tapi, tolong ... menjauhlah. Aku ingin muntah mencium, baumu!" balas Tania mengernyitkan hitungnya. Yudi tercekat, ia tidak menyangka akan mendapatkan balasan demikian dari istri tercintanya. Siska tertawa dan menepuk bahu Yudi, "Terkadang seorang istri yang sedang hamil muda mengalami sindrom demikian. Mengertilah, emosinya naik turun. Berusahalah untuk mengalah," ujar Siska. "Kayak kamu sudah pernah, saja" balas Yudi. Siska langsung berkacak pinggang, "Aku memang belum pernah, hamil! Menikah saja belum. Tapi,
Sementara Yudi dan Tania pun tidak mau kalah. Keduanya pun mengarungi lautan berlayar di tengah samudra cinta milik mereka berdua. Keduanya saling berpelukan dengan mesranya,"Semoga kita semua bahagia, ya Mas!" ujar Tania.Yudi menoleh ke arah istrinya mengecup sekilas kening Tania, "Amin. Pastilah, setiap doa dan usaha selalu diijabah Allah. Walaupun dengan berbagai liku dan rintangan tidak instan," balas Yudi dewasa."Mas, ngomong-ngomong instan. Kok aku jadi pengen mie instan, nih!" ucap Tania."Ya udah, masaklah! Apa perlu mas yang masak?" tanya Yudi."He-em!" balas Tania sedikit manja. Ia sendiri pun tidak mengetahui mengapa ia merasa sangat ingin makan mie instan
Acara pernikahan Amy dan Soleh digelar di sebuah hotel mewah milik keluarga Amy. Keluarga Soleh dari kampung pun berbondong-bondong datang. Sudirman, Aisyah, dan Santi juga Ipah menginap di rumah Soleh yang baru. Acara pernikahan begitu meriahnya. Semua teman, kolega, handai taulan semuanya berkesempatan datang dan bersilaturahmi. Tania dan Yudi sebagai WO, mengatur dan membantunya membuat acara berjalan dengan sangat baik. Tania mengerahkan semua kemampuanya untuk memperlancar semua acara pesta. Acara pernikahan keduanya begitu bahagia. Amy begitu cantik di saat ijab kabul dan Soleh begitu gagah dan tampan. Kedua keluarga Basri dan Dahlan sangat bahagia dan cepat akrab. Basri begitu senang dengan besa