Home / Romansa / SI KEPALA BATU JATUH CINTA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of SI KEPALA BATU JATUH CINTA: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Alat sadap suara

***Aku melajukan mobilku ke kantor. Hari ini aku datang siang karena memang sengaja ingin mengintai ke mana perginya Mami.Sesampainya di kantor, Grecia menghampiriku dan bertanya, "Tuan muda kenapa baru datang? Apa ada sesuatu yang terjadi?"Aku melenggang dengan santai tanpa menjawab pertanyaannya. Namun, wanita satu ini tidak menyerah begitu saja, ia mengejar langkahku hingga ke dalam ruangan."Kenapa Tuan muda bersikap seperti ini pada saya? Apa karena perjodohan waktu itu? Jika benar, bukankah saya juga tidak memaksa! Saya sudah melupakannya." Aku terdiam, mungkin yang dikatakan Grecia ada benarnya juga. Grecia tidak pernah membahas perjodohan itu padaku, hanya Mami saja yang masih bersikeras memaksa kehendaknya.Jika difikir-fikir, aku memang sudah keterlaluan pada Grecia."Baiklah, saya minta maaf. Sekarang saya lagi banyak masalah, mohon jangan diganggu!" Aku berkata dengan lembut.Grecia mengangguk dan segera ke
Read more

Berduka

 ***Hari berlalu, perasaanku makin bertumbuh dengan subur pada Dara.Siang ini aku beristirahat sambil menyantap makan siang di Restoran dekat dari kantor.Kemudian alat sadapku terdengar Mami sedang bicara dengan laki-laki."Sabar sayang! Setelah usaha kita berhasil, maka kita akan bersatu lagi," ujar Mami.Pembicaraan itu terdengar jelas melalui alat yang aku pasang kemarin.Laki-laki yang tengah bicara dengan Mami hanya berdehem menanggapi ucapan Mami itu.Aku semakin kesal, ternyata Mami berselingkuh di belakang Papi. Keterlaluan! Diusia yang sudah tak muda lagi, Mami masih bisa bermain api.Aku akan mencari tahu siapa laki-laki tersebut. Setelah mendapatkannya aku pasti akan menghajarnya habis-habisan.Selera makanku menjadi hilang, aku bergegas balik ke kantor.Grecia menyapaku lagi, "Tuan muda.""Iya," sahutku cuek."Sudah selesai makan siangnya?""Sudah, saya s
Read more

Hubungan sebenarnya terjalin dengan Dara

***Setelah selesai mengantar Papi ke tempat istirahatnya yang terakhir. Aku kembali ke rumah dengan langkah yang lemah.Hatiku belum bisa menerima kepergian Papi, rasanya ingin segera membalas perbuatan orang yang telah menyebabkan Papi jantungan saat itu."Rik," ucap Oma menarik tanganku lembut.Aku duduk di sofa digiring oleh Oma. Kenapa air mata ini tak bisa terjatuh, rasanya sesak jika harus tertahan di dalam mata."Ikhlaskan, Nak! Papi sudah bahagia di sana," ujar Oma lagi.Aku menatap Oma tanpa mengeluarkan suara. Mami turut menghampiri kami."Mami tahu kamu sangat bersedih, Rik. Mami juga merasakan hal yang sama, tapi kita harus bisa merelakannya!" Mami meraih tanganku."Tidak!" Aku menepis tangan Mami.Oma tampak heran melihat sikapku pada Mami. "Rik!" Mami berteriak padaku.Aku berlalu menuju kamar dan meninggalkan mereka di ruang tengah.Perasaanku hancur, Mami masih saja berpura-pur
Read more

POV Mery

***POV Mery (Mami Riko) Aku sangat sedih mendapatkan perlakuan dingin dari putraku sendiri, padahal aku melakukan ini untuk dirinya, untuk masa depannya.Jika keluarga Suningrat mengetahui bahwa Riko bukan anak Rudy, maka warisan tidak akan jatuh padanya.Aku menyingkirkan Rudy selain untuk menguasai hartanya, juga karena ingin bersatu kembali dengan Mas Kevin."Mer, mau ke mana?" tanya Ibu saat melihatku ingin keluar."Ada urusan bentar Bu," jawabku gugup "Susana masih berduka, kenapa sudah ingin keluyuran di luar?" hardik Ibu dengan sorot mata tajam.Aku benci sekali wanita tua ini, ia selalu saja protes tentang apa pun yang ingin aku lakukan.Aku juga akan segera menyingkirkannya setelah harta warisan dipindahkan atas nama Riko."Saya hanya sebentar, Bu. Ada yang harus saya beli," ujarku dengan lembut.Ibu hanya berdehem pelan, aku langsung bergegas keluar.Saat di depan halaman, Dara
Read more

POV Riko

***Aku pergi bersama Grecia sore ini, ia tampak bahagia saat berdua denganku di dalam mobil. "Tuan muda, kita mau ke mana?" tanya-nya."Keliling aja temani saya berbagi kesedihan, saya tidak tahu harus bercerita pada siapa," sahutku bersandiwara."Saya dengan senang hati mendengarkan semua cerita Tuan muda, mulai saat ini Tuan muda tidak usah sungkan."Grecia sangat antusias mendengarkan keluhanku."Terima kasih banyak, kamu memang wanita idaman," godaku memancingnya."Ah, Tuan muda bisa aja," Grecia tertunduk malu.Aku akan memulai rencanaku, Grecia pasti mudah buka mulut dengan rayuan mautku."Oya, kemarin yang datang bersamamu dan Om Brito itu siapa?" "Om Kevin, dia sahabat Papa." Grecia menjawab dengan santai."Oh, Mami saya juga kenal dekatkah dengan Om Kevin?" Aku mencoba mengorek informasi."Iya, mereka bertiga sangat dekat. Setahuku Om Kevin itu ...." Grecia tidak melanjutkan uca
Read more

POV Dara

***Aku berjalan kaki menuju minimarket terdekat, Nyonya Mery sepertinya sengaja memberikan aku tugas.Aku berjalan dengan santai, ketika aku sampai di jalan yang lumayan sepi tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti di dekatku.Seseorang turun dari mobil itu, aku menatapnya sekilas, kemudian berlalu.Namun, orang itu meraih tanganku, dan dengan sigap membekap mulutku.Aku dibawa paksa masuk ke dalam mobil. Aku ingin teriak, tapi mulutku di sumpal olehnya.Wajah pria ini seperti tidak asing. Entah di mana aku pernah melihatnya.Tetapi apa alasan ia menculikku?"Tuan muda, tolong!" lirihku dalam hati.Air mataku mulai berjatuhan, aku takut ....Cukup jauh pria ini membawaku, hingga ia berhenti di sebuah tempat."Ayo turun!" ucapnya menarik tanganku.Seketika penutup mulutku dibuka olehnya."Siapa anda? Apa salah saya?" tanyaku gemetar."Nanti kamu akan tahu sendiri," sahutnya.Aku ditarik
Read more

POV Riko

***Aku pulang ke rumah. Namun, Dara tak ditemukan.Aku mencari ke sekeliling halaman, bahkan Si Mbok juga tampak sangat khawatir.Oma sedih dan cemas, Mami menjelaskan bahwa tadi Dara diminta untuk belanja tapi sampai sekarang belum kembali."Kenapa Mami menyuruh Dara berjalan kaki?" tanyaku curiga."Kan gak terlalu jauh, makanya Mami meminta Dara jalan kaki saja," ujar Mami.Aku semakin curiga. Oma dan si Mbok terlihat gelisah."Baiklah, aku akan mencari Dara."Aku mengajak Pak Tarjo menuju mini market itu. Aku juga meminta Pak Tarjo untuk mengecek ke dalamnya.Namun, Dara tak ada di sana. Aku semakin gusar.Kemana perginya Dara?Hari semakin gelap, aku dan Pak Tarjo masih berkeliling mencari keberadaan Dara.Lagi-lagi kami tidak menemukan apa-apa."Kita pulang dulu, Pak!" perintahku."Baik Tuan muda." Pak Tarjo memutar balik mobil menuju ke rumah.Sampai di rumah,
Read more

Berkunjung ke rumah Om Kevin

 ***Setelah kejadian kemarin, aku berangkat kerja dengan perasaan yang tak tenang.Aku menaruh beberapa kamera pengintai di area tersembunyi. Aku juga membawa alat hubung sadap suara itu lagi.Aku masih harus mengungkap kasus perselingkuhan Mami, tapi sekarang masalah bertambah satu lagi. Aku juga harus mengungkap kasus hilangnya Dara kemarin.Sampai di kantor aku diinterogasi oleh Grecia, iya bertanya kenapa kemarin aku tidak merespon panggilan serta pesan darinya."Kemana Tuan muda kemarin? Kenapa tidak membalas pesan pesan yang saya kirim?" tanya Grecia."Saya kemarin sibuk mengurus urusan keluarga saya, jadi tidak tahu jika kamu menghubungi saya berkali-kali," jawabku dengan tenang."Oh begitu, saya kira Tuan muda sengaja menghindar.""Mana mungkin saya sengaja.  Ya sudah, saya masuk ruangan dulu, kamu juga lanjutin pekerjaan kamu! ingat, jam kantor jangan dicampur dengan urusan pribadi!" paparku sembari be
Read more

Menghajar Om Kevin

***Waktu berjalan, malam sudah tiba. Grecia datang bersama Om Brito. Tak lama kemudian disusul oleh Om Kevin.Mami tampak cemas, sementara raut wajah Om Brito dan Grecia cukup cerah. Aku yakin Grecia sudah menceritakan tentang ucapanku tadi sore.Semua sudah berkumpul di meja makan. Dara masih di kamar, si Mbok tengah memanggilnya untuk turut keluar.Tadi aku juga sudah memperlihatkan photo Om Kevin. Dara ketakutan, dugaan diriku ternyata benar! Om Kevin dan Mami adalah dalang penculikan Dara."Selamat malam, Om! Mari duduk!" ujarku menyambutnya kedatangan Om Kevin.Mami semakin gelisah, wajahnya pucat berkeringat.Oma duduk manis di sebelahku, ia tak mengetahui rencanaku ini."Terima kasih banyak, Nak Riko," sahut Om Kevin."Oya, Tante. Mas Riko pasti belum memberitahu tujuannya mengundang kami makan malam bersama di sini." Grecia membuka suara dengan senyum bahagianya."Em, a-apa sebenarnya tujuan kalian? Kenapa
Read more

Kenyataan memalukan

 ***"Omong kosong apa ini Mer?!" Oma kini mendekat ke arah Mami."Katakan, Mi! Apa maksud ucapan Mami itu?" Aku juga mendekati Mami.Mami menunduk sambil menangis."Mas Kevin Ayahmu," lirih Mami terisak.Aku terdiam. Bagaimana mungkin?"Jangan menipuku! Ayahku cuma Papi Rudy Suningrat, pria terhormat serta orang tua terbaik yang ada di dunia ini! teriakku menepis ucapan Mami.Mami semakin terisak, Oma sudah tak bisa mengontrol emosinya.Plak!Plak!Dua tamparan mendarat di wajah Mami. "Keterlaluan kau, Mer!" bentak Oma dengan geram."Saya sudah berkata jujur! Terserah kalau kalian tidak mempercayainya! Saya sudah tidak peduli, Mas Rudy pria mandul! Saya tidak mencintainya!" teriak Mami dengan isakan tangis yang semakin menjadi."Cukup! Jangan bicara omong kosong lagi tentang Papiku! Jika Mami sangat mencintai pria brengsek ini, silakan Mami pergi bersamanya!" u
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status