Home / Romansa / SI KEPALA BATU JATUH CINTA / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of SI KEPALA BATU JATUH CINTA: Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

Diary#14

  ***POV Riko: Hari ini, Oma akan datang. Aku sudah tidak sabar menunggunya. Namun, aku harus tetap ke kantor terlebih dahulu. Seperti biasa aku duduk di meja makan untuk sarapan. Mami tak terlihat pagi ini. Mungkin Mami masih marah. Kini aku sarapan dengan Papi dan Dara saja. Sebagai calon istri bohonganku, Dara diharuskan ikut sarapan serta makan malam bareng kami. Papi menyetujui apa pun keputusanku, beda dengan Mami. Bagi Mami kehidupanku harus memalui campur tangannya. Aku selama ini selalu menurut saja. Namun, untuk perihal jodoh, aku tidak bisa menurutinya. Aku yang memang tidak mendambakan pernikahan, mana mungkin tertarik dengan perjodohan konyol itu. Apa lagi calonnya wanita seperti Grecia. Bagiku Grecia terlalu pasaran. Mudah saja aku temukan di mana-mana. Setelah selesai sarapan. Aku langsung bergegas ke kantor.  Dara tersenyum manis pagi ini.  Aku fikir gadis itu sudah tidak terlalu meresahkan lagi.
Read more

Keluarga ditimpa musibah, Mami malah tiada di rumah

***POV Riko: Aku bergegas pulang ketika mendapat kabar bahwa Papi tidak sadarkan diri. "Grecia, kamu handle semuanya! Saya akan pulang sekarang," perintahku sembari bergegas berlalu.Grecia hanya tercengang tanpa sempat berkata-kata. Aku sungguh tidak memperdulikannya.Aku meminta Pak Tarjo melajukan mobil dengan cepat. Hingga aku sampai di depan rumah sakit. Aku masuk dengan berlari, tak perduli orang-orang memandangku.Terlihat, Oma sedang duduk bersama Dara di ruang tunggu. Wajah keduanya tampak begitu cemas."Oma! Bagaimana keadaan Papi?" tanyaku sangat panik."Dokter sedang memeriksa kembali keadaannya."Oma tampak begitu sedih. "Dara! Katakan apa yang terjadi di rumah?" tanyaku serius."Saya tidak tau. Tadi saya mendengar ada suara ledakan yang sangat kerasa di arah kamar Tuan besar, lalu saya dan Ibu bergegas melihat ke sana. Tiba-tiba Tuan besar sudah tergelatak di lantai," paparnya
Read more

Dara menemukan jejak di halaman samping

***Aku sampai di rumah sakit, dengan langkah yang lemah. Aku sangat menyayangi Papi. Bagiku diri ini adalah cerminan dirinya. Walau wajahku tidak mirip dengan Papi, namun, tubuh serta kepintaranku menurun darinya.Selama ini Papi selalu mendukung langkahku. Bahkan aku lebih cocok bertukar pendapat dengan Papi ketimbang dengan Mami."Oma, sebaiknya makan dulu. Tadi Pak Tarjo membelikan makanan ini, dan kamu juga Dara!" ujarku sembari memberikan dua kotak nasi.Oma hanya menggeleng, begitu pun Dara. Dua wanita di hadapanku ini terlihat sangat sedih. Dara yang bukan siapa-siapa pun merasa sangat berduka, lalu kenapa Mami bisa tidak perduli. Lebih tepatnya tidak mengetahui tentang kondisi, Papi ini."Mana Mery?" tanya Oma datar."Belum kembali, Oma."Oma menyunggingkan bibir dan berdehem pelan. Sepertinya Oma sangat marah kali ini."Oma makan saja dulu. Nanti, Oma bisa sakit jika tidak mau makan," ucap Dara dengan men
Read more

Barang bukti jadi jejak untuk menyelidiki

***POV Riko: Aku duduk termenung bersama Oma. Papi sudah dinyatakan koma. Sungguh rongga dadaku semakin sesak menerima keadaan ini.Ketika aku dan Oma, tengah larut dalam fikiran masing-masing, terlihat Mami datang dengan wajah yang cemas."Riko, bagaimana keadaan, Papi?" tanya Mami panik.Aku diam, enggan menjawab pertanyaan itu."Riko! Kenapa kamu diam saja?" Mami kini berteriak padaku.Aku masih coba menahan amarahku yang sedari tadi memenuhi jiwa."Ibu, ada apa ini? tanya-nya pula pada Oma."Apa perdulimu? Kemana saja kau seharian hingga malam begini baru datang." Oma berkata dengan sinis."Ibu, maafkan saya, tadi saya pergi keluar untuk membeli sesuatu, tetapi mobil mogok dan saya menunggu lama untuk memperbaikinya," papar Mami mencoba menjelaskan.Menurutku itu sungguh bukan sebuah alasan yang masuk akal."Oya? Lalu kenapa handphone, Mami tidak bisa dihubungi?" tanyaku menatap tajam ke arah bola mata
Read more

Rekaman cctv

***Waktu berjalan dengan begitu cepat, kini Papi dialihkan dengan perawatan di rumah, agar kami lebih bisa menjaganya.Semua alat kesehatan yang terbaik dipesan oleh Oma."Jangan ada yang menyentuh Rudy, kecuali saya sendiri! Di rumah ini tidak ada yang bisa dipercaya mengurus anak saya lagi," papar Oma dengan sorot mata yang masih sangat terpukul."Jangan bicara begitu, Bu. Saya akan mengurus Papi Riko dengan baik." Protes Mami yang merasa tersindir."Saya bilang tidak ya, tidak!"Oma melangkah menuju kamar, Papi. Aku memaklumi sikap Oma tersebut, karena Papi adalah satu-satunya putra Oma, dan pewaris seluruh kekayaan yang Oma miliki.Aku tidak menginginkan apa pun kecuali kesembuhan Papi.Di teras lantai atas, aku kembali merenungi semua yang telah terjadi. Mencoba mencari tahu jejak si pembuat masalah, lewat barang bukti itu.Namun, kemana aku mencarinya?Si pemilik sandal, tentunya sudah menghilangkan jejak.
Read more

Diary diserahkan

***Hari ini, Oma memintaku untuk menyerahkan diary itu. Dengap gugup aku memberikannya."Ini, Oma ...." ucapku menyodorkan diary."Bagus! Sekarang kerjakan tugasmu, seperti mana mestinya! Oma akan membacanya nanti." Perintah Oma."Baik, Oma."Hari ini kan hari minggu, tugas apa yang harus aku kerjakan.Saat aku melangkah keluar, tiba-tiba aku melihat Mami sedang berdiri di halaman samping rumah.Mami sedang bicara dengan seseorang lewat telepon, aku mencoba mencari tahu."Baik,Mas!" Hanya kalimat itu yang tertangkap oleh pendengaranku."Siapa yang dipanggil Mas oleh Mami itu?" batinku.Aku masih memperhatikan gerak-gerik Mami dari sudut tembok, tak lama kemudian Dara lewat, Mami dengan sigap menangkap tangan Dara.Aku semakin penasaran, kini posisiku sedikit maju ke depan, agar dapat mendengar pembicaraan mereka."Heh, pembantu! Jangan pernah merasa puas dengan keputusan Anak saya yang
Read more

Oma membaca, diary#1

***Setelah mendapat informasi dari Dara, aku pun segera meminta Pak Tarjo untuk menjemput kembali.Selang berapa saat, Pak Tarjo sudah datang. Aku dan Dara bergegas masuk ke dalam mobil. Suasana hening, aku bukan tidak mempercayai Dara, hanya saja hatiku tidak bisa menerima kenyataan ini.Kenapa harus Mami yang ingin mencelakakan Papi?Rasanya sangat tidak masuk akal, tetapi Dara adalah gadis yang jujur, aku dapat melihat dari balik matanya ketika sedang bicara."Tuan muda, kita sudah sampai," ucap Dara menyadarkan lamunanku.Tak berkata-kata, aku langsung turun.Terlihat Oma sedang duduk di ruang tengah, sepertinya ia sedang menungguku."Riko, mari sini!" Perintahnya.Aku pun mendekat, "iya Oma.""Oma sudah membaca catatan diary kamu hari pertama," papar Oma."Lalu Oma?" Aku tidak mengerti untuk apa membahas ini."Di situ, kamu menulis bahwa Mamimu sedang memarahi Dara karena menuduhny
Read more

Kesalanku di catatan diary#2

***"Enggak kok, Oma. Aku masih mencari tahu tentang semua yang terjadi ini. Sekarang Oma istirahat ya, besok kita bicarakan lagi," ucapku menutupi kecemasan.Oma menatapku cukup lama, kemudian menurut dan beristirahat.Sementara aku tidak bisa tidur dengan tenang. Sekarang Papi masih tak sadarkan diri.Aku juga takut jika benar Mami yang berniat melenyapkan Papi, maka pastinya Mami akan mencari cara lain lagi untuk menuntaskan rencananya.Aku tidak boleh lengah, setiap gerak-gerik Mami harus aku pantau.Selama aku berada di kantor mungkin Dara bisa membantuku mengawasi langkah Mami di rumah.Ya, gadis itu sekarang bagai Dewi pelindung bagi keluargaku. Hatiku terasa tenang saat mengingatnya. Apa mungkin aku jatuh cinta pada Dara?Ah, tidak masuk akal.***Setelah pagi menyapa, aku bergegas untuk segera mempersiapkan diri sebelum berangkat ke kantor."Riko, sarapan dulu!" Perintah Mami.Aku m
Read more

Petasan di rak kosmetik Mami

***Aku melangkah ke kamar untuk beristirahat, sedangkan Oma sedang bersama Dara membahas diary-nya.Aku ingin memulai menyelidiki kasus Papi. Sore ini Mami tak terlihat di rumah, ke mana dia pergi?Bukankah aku sudah memerintahkan Dara untuk mengawasi Mami?Aku ingin bertanya padanya, tapi sekarang Dara masih bersama Oma.Sebaiknya aku periksa di kamar tamu yang Mami tempati.Dengan cepat aku melangkah, pintu kamarnya tidak terkunci. Mami tidak ada di dalam, dengan rasa curiga yang sudah membara, aku mencoba masuk ke dalam untuk mencari sesuatu. Aku melihat ada rak kosmetik Mami yang tergeletak di meja rias. Entah apa yang menarik hingga aku berniat memeriksanya.Aku membuka rak itu, terlihat banyak alat kecantikan perempuan. Mami memang suka berdandan. Namun, aku menemukan sesuatu yang lain di dalamnya.Yaitu, sebuah petasan. Jika diperhatikan bentuknya mirip dengan yang kemarin Dara temukan di halam
Read more

Mengikuti Mami

 ***Hari ini aku sendiri yang akan mengintai gerak-gerik Mami. Jika hanya mengandalkan Dara, itu sangat berbahaya. Mami bisa saja melukai siapa pun yang mencoba menghalangi tujuannya."Rik, sarapan sini!" Perintah Oma.Aku menurut."Kenapa berangkatnya agak telat hari ini?" tanya Mami mencoba terlihat tenang."Bosan lihat satu orang penjilat di kantor," sindirku."Siapa yang kamu maksud?" Mami melotot marah padaku. "Ah, Mami pasti tahu, kan orangnya sangat dekat sama Mami," sindirku lagi.Oma menahan tawanya melihat ekspresi Mami yang sudah seperti orang kebakaran jenggot."Keterlaluan kamu! Cia yang maksud kan? Asal kamu tahu ya, Rik. Cia jauh lebih baik dari pada perempuan kampung pilihanmu itu!" Teriak Mami yang sudah tidak bisa menahan emosi."Turunkan nada suaramu itu! Masih pagi sudah teriak-teriak di rumah," ujar Oma. "Oya, Rik. Kamu sudah ada pilihan?" Oma bertanya pa
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status