Semua Bab SI KEPALA BATU JATUH CINTA: Bab 11 - Bab 20

50 Bab

Diary#4

***Ketika aku sudah sampai di rumah, aku langsung menghubungi Grecia...!"Hallo, Grecia. Mulai besok, kamu sudah bisa bergabung di perusaha'an saya," ucapku."Baik, pak. Terima kasih banyak!" sahutnya terdengar senang.Setelah selesai bicara dengan Grecia lewat telfon, aku menuju teras lantai dua dekat kamarku. Aku memang suka bersantai di sana. Menikmati secangkir kopi, atau sekedar melamun saja. Sore ini angin bertiup dengan begitu kencang. Seperti akan turun badai. Aku menyaksikan pemandangan dari atas sini. Terlihat kota ramai kendara'an lalu lalang. Sungguh pemandangan yang membosankan bagiku. Lalu terlihat Mami sedang bicara dengan seseorang di seberang jalan...!"Siapa yang di temui Mami di sana?" gumamku pada diri sendiri.Terlihat, Mami menemui seorang laki-laki berbadan tegap. Entah apa yang di bicarakan Mami. Namun, terlihat cukup serius. Seketika laki-laki itu sudah pergi menggunakan mobil berwarna hitam miliknya.Aku yan
Baca selengkapnya

Diary#5

***Pagi ini aku kembali bersiap ke kantor. Ku hubungi Grecia agar segera datang ke rumahku terlebih dahulu.!! "Hallo, Grecia. Kamu sudah siap? Saya tidak suka ada keterlambatan, walau hanya satu menit," tanyaku tegas."Sudah, Pak. Saya akan berangkat lebih awal," sahutnya santai."Sebelum ke kantor, kamu mampir ke rumah saya terlebih dahulu. Ada yang mau saya bicarakan," ucapku."Baik, Pak. Saya segera ke sana, kirimkan saja lokasinya," sahutnya lagi.Aku pun mengirimkan alamat rumahku. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Grecia sampai..! Seperti biasa, Dara membukakan pintu."Permisi ... Saya ingin bertemu dengan Pak Riko," ucap Grecia saat Dara membukakan pintu."Oh, silahkan. Tuan muda sedang sarapan," sahut Dara tersenyum.Kemudian Grecia masuk dan menghampiriku."Cia ...." teriak Mami terkejut"Eh, Tante ...." sahut Grecia yang tak kalah terkejutnya."Kalian saling kenal?" t
Baca selengkapnya

Diary#6

***Aku masuk ke kamar dan mengambil diary yang diberi Oma. Aku menulis dengan begitu semangatnya, ku luahkan semua kekesalanku hari ini. Aku bahkan tidak tertarik sama sekali pada Grecia. Bagaimana mungkin aku bisa menerima perjodohan konyol ini.  Tok-tok-tok ....Terdengar ketukan dari pintu kamarku! Aku pun membukanya dengan langkah yang malas."Tuan, dipanggil Nyonya besar untuk segera makan malam," ucap Dara dengan lembut.Seketika aku punya ide cemerlang untuk menggagalkan rencana perjodohan antara aku dan Grecia...!"Tuan ...." Panggil Dara sambil melambaikan tangannya ke depan wajahku. Aku pun segera sadar dari lamunanku itu."Oh, iya ... Kamu kemarilah!" Aku menarik Dara masuk ke dalam kamarku, dan aku mengunci pintu kamar, agar tidak ada yang mengetahui ini."Jangan macam-macam, Tuan." Ucap Dara yang menepis kasar tanganku."Diamlah! Saya hanya butuh bantuanmu," ujarku de
Baca selengkapnya

Diary#7

***Aku melangkah meninggalkan Mami dan Papi. Ku gandeng tangan Dara tepat dihadapan mereka. Mami terlihat begitu syok dan nyaris pingsan! Bukannya sedih, aku malah merasa lucu dengan reaksi Mami itu."Tuan muda! Saya takut, jika nanti Nyonya besar benar-benar mengusir saya dan Ibu," ucap Dara."Tenang saja. Saya jamin, Mami tidak akan melakukan itu," sahutku santai."Tapi, Tuan muda ...." "Kamu terlalu banyak tapinya. Saya sudah bilang, jangan khawatir! Ah sudahlah. Saya ada urusan di luar." Aku berlalu meninggalkan Dara.Hari ini aku akan menemui Bram di Apartemennya! Sekalian berbagi kesialan yang kini sedang menimpa hidupku."Pak Tarjo. Antar saya ke apartemen Bram yang berada di jl. Kenanga itu," perintahku pada sopir andalan."Siap, Tuan muda!" jawabnya sigap.Pak Tarjo melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Karna Apartemen Bram tidak terlalu jauh dari rumahku, kini aku sudah tiba di depan apartemen mewah t
Baca selengkapnya

Diary#8

***Pagi ini aku berangkat ke kantor lebih awal. Aku sengaja menghindari perdebatan dengan Mami. Sampai di kantor ku lihat Grecia menatap sinis ke arahku. Namun, seketika ia mulai tersenyum."Tuan muda. Saya sudah siapkan semua berkas yang Tuan muda butuhkan," ucapnya sambil menyerahkan beberapa dokumen."Bagus!" pujiku singkat."Saya juga mau minta maaf tentang kejadian kemarin," ucapnya lagi dengan memasang wajah sedih."Saya tidak suka membahas hal pribadi di kantor," sahutku menatapnya serius.Grecia terlihat menahan rasa kesal namun, tidak berani melawan. Aku sangat suka membuatnya kepanasan. Hari ini aku akan bertemu dengan kalien penting dari Amerika untuk membicaran kontrak kerja sama.Grecia yang mengatur jadwal pertemuanku dan Mr. Jone! ***POV Mery (Mami Riko): Aku harus menemui Mas Brito. Aku tidak ingin Mas Brito murka dan membocorkan rahasia yang telah 30 tahun aku sembunyikan itu
Baca selengkapnya

Diary #9

***Aku melangkah keluar untuk segera makan malam. Sedari pulang kantor tadi aku tidak melihat keberada'an Dara. Mungkin dia terlalu sibuk mengurus pekerja'an rumah.Langkahku sudah semakin dekat menuju meja makan. Terlihat ada Mami dan Papi yang sudah duduk di sana. Aku pun segera menghampiri mereka."Hay, Mi!" sapaku basa-basi. "Hmmm ..." Mami hanya berdehem pelan."Riko berhasil mendapatkan kontrak kerja sama dengan Mr. Jone, Mi!" ucap Papi dengan bangga."Oh, baguslah!" sahut Mami terlihat jutek.Aku tau kenapa Mami bersikap demikian. Pasti Mami masih marah karna aku sudah mempermalukannya di depan sahabat kebangga'an Mami itu.Aku pun tidak bersuara lagi, hingga makan malamku selesai.Aku ingin menginap di apartemen malam ini. Sudah berapa hari, aku tidak pernah lagi menginjakkan kaki ke sana."Pak Tarjo! Antarkan saya ke apartemen," perintahku seperti biasa."Siap, Tuan muda." Pak Tarjo dengan s
Baca selengkapnya

Diary#10

*** Aku melihat Dara sangat cemas. Siapa yang jatuh dari tangga? Langkah Dara tergesa-gesa menuju sebuah kamar milik Mami dan Papi. Aku yang belum menerima jawaban yang jelas darinya, turut menuju ke sana. Sampai di dalam kamar, aku melihat Papi terbaring lemah, dan Mami sedang menangis. Sementara Si Mbok dan Dara mencoba memberikan segelas air putih. "Apa yang terjadi pada Papi?" tanyaku cemas.  "Papi jatuh dari tangga, Rik!" jawab Mami dengan Isak tangisnya. "Kenapa tidak dibawa ke rumah sakit?" Aku menaikan nada bicaraku. "Mami sudah meminta Dokter Hans untuk segera memeriksa ke sini," papar Mami. Tidak lama kemudian, Dokter Hans yang merupakan dokter langganan keluarga ini pun datang. "Dok, syukurlah anda sudah datang! Tolong periksa dengan baik kondisi Papi saya," perintahku dengan penuh kecemasan. "Baik, Tuan muda!" sahutnya sembari mendekat ke arah Papi. Dokter Hans, mulai memeriksa Papi. Aku
Baca selengkapnya

Diary# 11

***POV Mery (Mami Riko) Hari ini keadaan Rudy sudah membaik. Kecelakaan yang ku buat kemarin, tidak mengakibatkan luka serius pada dirinya. Sebenarnya aku tidak pernah benar-benar mencintai Rudy Pratama Suningrat ini. Namun, karena kurangnya ekonomi aku terpaksa harus menerima cintanya, walau pada saat itu aku sudah memiliki kekasih.Ketika Rudy yang terkenal sangat kaya raya itu datang meminangku, kedua orang tuaku langsung menyetujuinya. Mereka memang tidak merestui aku menjalin hubungan dengan Kevin. Alasan kedua orang tuaku menolak Kevin, tak lain karena Kevin hanya seorang pegawai bisa. Jika dibandingkan dengan Rudy, tentu saja Kevin tidak ada nilainya.Sehari sebelum pernikahanku dengan Rudy, aku mencoba menemui Kevin dan menjelaskan semuanya. Aku berkata akan tetap mencintai dirinya saja. Kevin pun memaksa dirinya sendiri untuk bisa menerima keputusanku.Setelah aku sudah sah menjadi istri dari pengusaha kaya ray
Baca selengkapnya

Diary#12

***POV Dara: Aku merasa tidak tenang menyembunyikan kebenaran ini. Tetapi aku juga tidak berdaya mengungkapkannya.Ketika aku sedang menyapu halaman, aku melihat, Nyonya Mery datang. Entah dari mana Nyonya itu. Akhir-akhir ini sering pergi sendirian tanpa diantarkan supir."Kenapa kamu menatap saya seperti itu?" tanya-nya sambil melototiku.Aku hanya langsung menunduk tanpa menjawab ucapannya.Kemudian ia pun berlalu. Aku kembali menyapu halaman hingga bersih.Setelah pekerjaanku selesai. Aku kembali masuk ke dalam. Aku menuju kamarku, dan merebahkan diri yang terasa lelah. Aku hendak memejamkan mata sebentar saja. Kemudian, bayangan Nyonya Mery yang ingin mencelakakan Tuan besar, kembali terlintas.Keringat dingin keluar membasahi wajahku. Aku tidak bisa menyembunyikan kebenaran ini. Aku harus mengatakannya pada Tuan muda.Cukup lama aku terdiam di kamar, sambil memperhatikan jam. Berharap waktu cepat berlalu, ag
Baca selengkapnya

Diary#13

POV Dara:Aku telah berada di dalam kamarku. Tuan muda menatapku dengan tajam. Aku menjadi salah tingkah dibuatnya."Apa kamu benar-benar demam?" tanya-nya sembari ingin menyentuh keningku.Aku menepis cepat tangan Tuan muda itu."Ti-tidak! Saya hanya kelelahan," ucapku gugup.Sebenarnya aku ingin memberitahui semua kejadian itu pada, Tuan muda. Namun, rasanya bibirku kelu. Berat sekali mengatakannya."Gadis aneh!" celanya sembari melangkah keluar.Aku hanya terdiam, lagi-lagi aku gagal mengatakan pada Tuan muda. Hari semakin gelap. Aku keluar kamar, untuk menyiapkan makan malam. Setelah semua hidangan tersedia, kini semua keluarga Tuan muda berkumpul di meja makan.Nyonya Mery menatap tajam ke arahku. Sementara Tuan besar, kembali mengajak aku makan bersama."Dara! Sini, makan bareng," ajak Tuan besar dengan tulus.Aku merasa gugup. Namun, kali ini aku menuruti perkataannya. Perlahan aku menarik kurs
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status