Semua Bab Putra Naga: Aliansi Mematikan: Bab 61 - Bab 70

92 Bab

Bab 20.1 | Menuju Batas

Penjara Tujuh PintuAryanaga terengah-engah. Napasnya nyaris habis dan ia sudah kehabisan tenaga. Sementara itu Alter Ego masih segar bugar seolah-olah tenaganya tak pernah habis. Memang kekuatan mereka seimbang, apapun yang dilakukan oleh Aryanaga, dia juga bisa melakukannya. Bukan hanya bentuk fisik saja yang mirip, semua kepribadian dan cara menyerangnya juga sama. Aryanaga seperti melawan sosoknya yang lain. “Kenapa? Kau sudah kelelahan. Kau bisa beristirahat dan aku akan menunggumu untuk kembali bertarung,” ucap si Alter Ego. Aryanaga berbar
Baca selengkapnya

Bab 20.2 | Menuju Batas

Kerajaan PeriAprilia tersentak. Dia menoleh ke suatu arah. Seperti ada yang memanggilnya. Dia yakin ada yang memanggilnya, tetapi tak ada orang sama sekali. Sayup-sayup tadi terdengar suara Aryanaga memanggilnya. Dia mendesah. Mungkin karena perasaan rindunya kepada Aryanaga membuatnya seolah-olah merasakan kehadiran tunangannya itu. Kembali ia mengusap punggungnya, berharap tanda itu masih ada di sana. Dia juga berharap Aryanaga baik-baik saja sekarang. Ruangan tempat dia berada sekarang adalah ruangan yang cukup luas. Cuma ada Minotaur di ruangan itu terkapar tak berdaya. Mereka baru saja berlatih cukup keras, sampai-sampai membuat Minotaur tak bisa lagi berdir
Baca selengkapnya

Bab 21.1 | Sebelum Penyerangan

Raja Kora duduk di atas singgasananya. Dia sebenarnya tidak bersemangat. Pertempuran ini pun dia lakoni karena keterpaksaan. Para menteri dan penasihatnya pun memberikan jalan keluar dari ancaman Raja Azrael dan Raja Antabogo agar bisa bergabung dengan mereka. Alhasil mau tak mau ia harus ikut dalam pertempuran. Raja Kora sedang didampingi para pengawal dan penasihatnya hari itu, di tenda utama raja, di Pulau Angkara. Tinggal menunggu waktu saja sebelum ketiga pasukan menggempur Kerajaan Naga Laut Timur.Salah seorang prajurit memasuki tenda sambil memberi hormat, “Salam Yang Mulia.”“Ada apa?” tanya Raja Kora.
Baca selengkapnya

Bab 21.2 | Sebelum Penyerangan

“Ini adalah tembok utama Kerajaan mereka. Mereka punya tiga tembok tinggi mengelilingi istana utama. Kalau kita bisa menjebol tiga tembok pembatas, maka kita bisa menaklukkan mereka,” ucap Pangeran Darius. “Tiga tembok penghalang ini, sepertinya cukup kuat,” kata Brastapa. “Tentu saja, mereka membangun ini ada fungsi dan maksudnya. Armada yang paling kuat dimiliki oleh Kerajaan Naga Laut Timur adalah pemanah. Mereka punya ribuan penembak jitu dan apa kalian tahu kalau satu-satunya Kerajaan yang memiliki pasukan terlengkap adalah kerajaan mereka?” ucap Pangeran Darius. “
Baca selengkapnya

Bab 21.3 | Sebelum Penyerangan

40 tahun yang lalu, Dunia BawahRaja Belzagum berdiri di atas tanah berpasir. Di hadapannya bangkai-bangkai berserakan setelah pertempuran hebat yang telah ia lakoni selama tiga hari tiga malam tanpa henti. Kini dia lelah, bahkan saat berdiri pun ia lupa apakah di alam mimpi atau di alam nyata. Raja Belzagum kemudian mulai melangkah melewati tumpukan-tumpukan mayat. Asap mengepul dari bekas-bekas tanah yang terbakar. Tak ada lagi lawan di hadapannya. Raja Belzagum kemudian mengubah wujudnya menjadi naga. Perlahan-lahan ototnya terbungkus oleh sulur-sulur, kemudian membungkus seluruh badannya, hingga akhirnya menjadi wujud yang baru. Perubahannya masih menakjubkan.
Baca selengkapnya

Bab 22.1 | Ledakan Kekuatan

Kerajaan Naga Laut Timur, sekarang“Yang Mulia, kerajaan kita telah dikepung. Mau bagaimana pun juga untuk bisa bertahan akan sangat sulit. Apalagi untuk menggempur mereka,” ucap Pati Walaka. “Aku tahu. Tapi, kita tak boleh menyerah. Peperangan ini akan menentukan nasib kerajaan ini ke depannya nanti,” kata Raja Belzagum. “Ada yang punya usulan?”“Yang Mulia, hamba usul untuk memperkuat pertahanan di gerbang utama, kita ungsikan semua penduduk ke gerbang terakhir,” usul salah satu panglima.
Baca selengkapnya

Bab 22.2 | Ledakan Kekuatan

Penjara Tujuh PintuGedung-gedung pencakar langit saling bertumpang tindih. Langit menjadi daratan. Dari berbagai arah juga datang daratan yang lainnya. Alter Ego dan Aryanaga bertarung di antara gedung-gedung pencakar langit yang saling berbenturan satu sama lain. Mereka sudah tak kenal lagi yang namanya istirahat, waktu juga tinggal sedikit sebelum Aryanaga benar-benar ditelan oleh dunianya sendiri. Aryanaga menempelkan lutut kaki kanannya ke dinding gedung. Dia ingin mengatur napas sejenak. Berkali-kali ia melemparkan tombaknya, tetapi sama sekali tak mengenai Alter Ego. Bahkan yang lebih mengejutkan kembarannya itu bisa menangkis serangan tombaknya dengan tend
Baca selengkapnya

Bab 22.3 | Ledakan Kekuatan

Aryanaga mengibaskan sayapnya sama seperti yang dilakukan Alter Ego. Dia bisa merasakan kekuatan yang luar biasa dari sabetan sayap itu. Kibasannya membelah angin hingga membuat satu gedung yang ada di hadapannya terbelah menjadi dua. “Kalau begitu, kau siap untuk bertarung,” ucap Alter Ego. Dia kemudian mengumpulkan energi di mulutnya. Bola api berwarna merah mulai terbentuk.Aryanaga melakukan hal yang sama. Di mulutnya terdapat cahaya berwarna merah menyala. Kemudian secara bersamaan keduanya menyemburkan kekuatan api mereka. Kedua kekuatan bertemu kemudian terjadi ledakan hebat.
Baca selengkapnya

Bab 22.4 | Ledakan Kekuatan

Mata Aryanaga menatap tajam ke Alter Egonya. Sang Alter Ego makin mendekat ke Aryanaga. Sang Pangeran melihat tubuhnya akan membeku, karena kekuatan tombak itu. Dari luka tusukannya, mulai merembet ke seluruh tubuhnya. “Kau akan kalah, Pangeran. Sebentar lagi tubuhmu akan jadi milikku,” ucap Alter Ego. Aryanaga mengangkat tangan kanannya, kemudian ia arahkan telapak tangannya ke arah kembarannya. “Aku tak akan kalah.”“Kau percaya…., uhk!” Alter Ego terkejut. Karena tiba-tiba tombak api yang tadi di pegang Aryanaga kembali ke tangan
Baca selengkapnya

Bab 23.1 | Serangan Pertama

Fajar mulai menyingsing. Langit pun berubah warna. Kerajaan Naga Laut Timur menyerang lebih dulu. Sebab, mereka tahu menunggu digempur dulu sama artinya mereka akan kalah. Persiapan pun dilakukan dengan matang pada malam hari sebelum penyerangan di mulai. Raja Belzagum membagi pasukan untuk masing-masing wilayah istana pada setiap gerbang. Seluruh para penduduk sudah diungsikan ke dalam gerbang ketiga. Sementara itu di gerbang pertama para pemanah disiagakan di puncak-puncak benteng, berderet dengan mata panah siap ditembakkan. Di gerbang pertama ini para penyihir dan elemental langsung dikerahkan agar tidak musuh sampai mendesak ke gerbang kedua. Kalau misalnya musuh mampu menjebol gerbang pertama, maka pasukan penyihir dan pemanah harus segera mundur menuju ke gerbang kedua sementara pasukan darat akan menahan musuh sampai seluruh pasukan panah dan penyihir masuk ke gerbang kedua. Kalau mi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status