Semua Bab Bahagia Setelah Berpisah: Bab 1 - Bab 7

7 Bab

Satu

Bahagia setelah Berpisah***Hanin berjalan terseok sambil menggandeng lengan putranya yang berusia 6 tahun, dalam dekapannya menggeliat bayi 8 bulan yang sedang tertidur lelap. Sesekali mulut mungilnya bergerak-gerak seolah tengah menghisap susu dari pay*d*ra sang Ibu."Bu, Tara haus." rengek Utara putranya. Hanin berhenti sejenak, mengeluarkan botol air mineral yang isinya tinggal separuh. Ia berikan botol itu pada Utara dan bocah itu segera membuka tutup dan meneguk isinya cepat."Alhamdulillah," ucap Utara penuh rasa syukur. Melihat itu Hanin tersentuh, bawah matanya terasa panas. Ia menggigit kuat bibir bawahnya agar air mata tak jatuh membasahi pipinya."Yuk, kita jalan lagi Bu. Kasihan dede Utari." ajak Utara pelan. Ia kembali menggandeng tangan sang Ibu.Hanin mengangguk lemah lantas Ibu dan anak itu melanjutkan perjalanan mereka kembali.Hari semakin terang, matahari mulai menyinari jalan yang dilalui oleh Hanin bese
Baca selengkapnya

Dua

Bahagia Setelah Berpisah  (POV Hanin) ***"Bu, Tara minta uang mau beli es boba ... boleh?" tanya Putraku saat aku baru selesai menidurkan bayiku. Aku mengambil sebuah tas kecil yang telah usang, hadiah 2 tahun lalu saat Mas Farhan membelikan kalung di ulang tahun pernikahan kami yang ke sepuluh tahun. Hanya ada uang berwarna abu-abu 2 lembar di dalam sana. "Harganya berapa Le?" aku bertanya balik pada Utara yang masih menunggu. "Lima ribu Bu."  Aku menghela nafas, jika meminta pada Mas Farhan tentu Utara akan dimarahi. Seingatku aku belum mengambil uang hasil menjual kue brownis di warung Mak Narti. "Le, Ibu minta tolong dulu ya, coba kamu ke warungnya Mak Narti minta hasil penjualan kue Ibu yang kemarin." ucapku pada Utara. Pria kecilku itu mengangguk paham, dengan cepat ia segera keluar dengan wajah bahagia.
Baca selengkapnya

Tiga

Bahagia Setelah Berpisah  (POV Hanin) ***Sore itu aku sama sekali tak keluar dari kamar, aku berdiam diri bersama dua buah hatiku. Sejak pertengkaran antara aku, Mas Farhan dan Ibu siang tadi, ku putuskan untuk mengurung diri di dalam kamar. Perubahan Mas Farhan dimulai sejak 2 tahun yang lalu saat aku dan Ibu bertengkar hanya karena Ibu meminta agar aku meminjamkan kalung emas milikku. Ibu bersikukuh akan menggunakan kalungku demi menambah modal warung kelontong, sementara sepengetahuanku penghasilan warung kelontong Ibu sudah sudah semakin maju. Aku tetap bersikeras mempertahankan hak milikku, bukannya aku pelit pada Ibu tapi aku hanya takut Ibu menggunakan kalung emas milikku demi membeli barang yang tidak penting, apalagi Ibu mertuaku selalu menindas aku dan anakku sejak hari pertama kami datang kemari. Berawal dari sana entah apa yang ia berikan dan ia katakan pada Mas Farhan hingga suamiku yang
Baca selengkapnya

Empat

Bahagia Usai Berpisah  (POV Hanin) ๐Ÿ๐Ÿ๐ŸSejak saat itu Mas Farhan terus memaksa agar aku mengizinkannya menikah dengan Rita. Aku mengenal anak itu dan sering kali bertemu dengannya saat aku membeli beras. Ku akui, parasnya cantik serta tutur katanya lembut, namun disisi lain aku juga tak menyangka jika ia mau dinikahi oleh laki-laki yang sudah memiliki anak dan istri. Aku dan Mas Farhan sudah menikah hampir 12 tahun lamanya, kami tidak dijodohkan. Dulu, Mas Farhan adalah sosok Ayah yang perhatian, suami yang baik juga bertanggung jawab. Kami bertemu dan berkenalan saat sama-sama bekerja menjadi buruh pabrik. Sifat Ibu mertuaku dulu juga tak seperti sekarang, Ibu berubah saat Ayah tiri Mas Farhan meninggal dunia. Sejak dulu Ibu memang menunjukkan ketidaksukaannya padaku secara terang-terangan. Kala itu ia selalu mengeluh karena aku tak kunjung hamil. Aku dan Mas Farhan pun sempat putus asa karena di
Baca selengkapnya

Lima

Bahagia Usai Berpisah 5 ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ"CUKUP MAS!" Aku dapat merasakan getaran suaraku sendiri. Dari awal kenal, hingga menikah dan memiliki anak tak pernah satu kali pun aku berteriak di depan Mas Farhan. Mimik wajahnya seketika berubah. Ia tampak tak percaya jika aku baru saja meninggikan suaraku di hadapannya. "Apa-apaan itu Hanin?!" Ibu mertuaku tergopoh-gopoh menghampiri aku dan Mas Farhan yang sama-sama diam. Utara bahkan terbangun akibat teriakan ku barusan. "Kau ... sudah berani melawanku?" tanya Mas Farhan, tatap matanya begitu menusuk. Ada kekecewaan yang ku temukan di dalam sana. "Aku capek Mas, aku lelah! Apa yang aku lakukan selalu salah di mata kamu, di mata Ibu. Aku ini istrimu Mas, wajib kamu nafkahi, kamu bimbing, kamu arahkan. Tapi apa? Apa yang aku dapat selama ini? Sejak kita pindah kemari, kamu berubah drastis. Tak lagi perhatian padaku,
Baca selengkapnya

Enam

Bahagia setelah Berpisah  (POV Hanin) ๐Ÿ๐Ÿ๐ŸAku sedikit terkejut ketika merasa seseorang menepuk lenganku. Ku usap wajah dengan punggung tanganku cepat. "Bu ...," panggil Utara lirih. "Eh--iya, ada apa Nak? Maaf Ibu ngelamun tadi." jawabku. Utara tak menyahut lagi, ia hanya menunjuk ke arah sebelahku. Segera ku ikuti arah yang ia tunjukkan. Ternyata, di sampingku telah berdiri Mbak Sulis dan Mas Sunar, tetangga Ibu mertuaku. "Kamu ngapain disini pagi-pagi sama anak-anak kamu Han?" tanya Mbak Sulis khawatir. Ia segera mengulurkan tangannya untuk menggendong Utari yang telah tertidur lagi. "Eh--anu Mbak ...," lidahku kelu, bingung akan menjawab apa. Mbak Sulis tampak mengerti, ia meminta Mas Sunar membawa Utara agar kami dapat berbicara lebih leluasa. "Kamu mau kemana Han?" tany
Baca selengkapnya

Tujuh

Bahagia Setelah Berpisah  ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ Jam menunjukkan pukul 9 pagi saat Mas Sunar mengantar kami ke terminal Kota, ku ucapkan beribu terimakasih atas kebaikannya, Mbak Sulis serta yang lainnya. Tak butuh waktu lama untuk mendapatkan Bus yang ku tunggu. Setelah berpamitan pada Mas Sunar aku lantas segera naik. Ia bahkan masih memberikan sebuah kantong plastik besar berisikan air mineral dan beberapa camilan serta roti untuk anak-anakku.  Dalam hati aku berjanji suatu saat nanti, aku akan kembali dan membalas kebaikan mereka semua. "Bismillah, semoga ini akan jadi awal yang baik untuk kita semua ya, Nak." gumamku pelan saat kami telah mendapatkan tempat duduk. Mas Sunar melambaikan tangan ketika Bus mulai berjalan. Ku dekap tubuh Utari yang tengah memainkan sebuah snack di tangannya. Wangi minya
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status