Share

Enam

Penulis: Ayunisaurus
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-18 15:54:52

Bahagia setelah Berpisah

(POV Hanin)

🍁🍁🍁

Aku sedikit terkejut ketika merasa seseorang menepuk lenganku. Ku usap wajah dengan punggung tanganku cepat.

"Bu ...," panggil Utara lirih.

"Eh--iya, ada apa Nak? Maaf Ibu ngelamun tadi." jawabku.

Utara tak menyahut lagi, ia hanya menunjuk ke arah sebelahku. Segera ku ikuti arah yang ia tunjukkan. Ternyata, di sampingku telah berdiri Mbak Sulis dan Mas Sunar, tetangga Ibu mertuaku.

"Kamu ngapain disini pagi-pagi sama anak-anak kamu Han?" tanya Mbak Sulis khawatir. Ia segera mengulurkan tangannya untuk menggendong Utari yang telah tertidur lagi.

"Eh--anu Mbak ...," lidahku kelu, bingung akan menjawab apa.

Mbak Sulis tampak mengerti, ia meminta Mas Sunar membawa Utara agar kami dapat berbicara lebih leluasa.

"Kamu mau kemana Han?" tanyanya lagi ketika kami telah duduk di sebuah bangku di depan warung kopi yang ternyata adalah milik Mas Sunar.

"Hanin mau pulang kampung Mbak." jawabku tanpa menatap Mbak Sulis.

Ia terdengar menghela nafas berat.

"Mbok Sima itu memang keterlaluan sekali. Bisa-bisanya dia ngusir kamu sama anak-anakmu. Terus suamimu itu juga ga ada gunanya, surganya anak laki-laki itu memang ada sama Ibunya tapi mbok ya mikir, anak istrinya dizalimi kayak gini kok dia diam saja ...," ucapnya panjang lebar.

Ia menatapku sebentar lalu kembali menghela nafas, kali ini lebih panjang.

"Kamu nggak usah kaget gitu Han, kami semua sudah pada tau sifat mertua sama suamimu itu. Kami cuma bingung harus nolong kamu kayak gimana, apalagi sekarang ada kabar kalau suamimu mau nikah sama si Rita." lanjutnya lagi.

Aku hanya menunduk. "Betul Mbak, Mas Farhan memang mau menikahi Rita." aku membenarkan letak jilbabku yang berantakan tertiup angin.

"Kok bisa Pak Wijaya punya istri kayak Mbok Sima ya? Jahatnya kayak mertua-mertua yang ada di film. Padahal dulu, istri pertamanya, Ibu kandungnya Kamila itu baik banget ... hmm, ayo masuk ke dalam dulu, kamu pasti belum makan apa-apa'kan?" ajak Mbak Sulis.

Aku mengekor di belakangnya, saat sampai di dalam warung yang tak seberapa besar itu aku melihat Utara tengah di suapi oleh Mas Sunar. Melihat pemandangan itu membuat hatiku sesak, selama ini Mas Farhan tak lagi pernah memperhatikan anak sulung kami, ia selalu sibuk bersama Ibunya. 

Mas Sunar dan Mbak Sulis adalah tetangga yang tinggal dalam satu gang dengan rumah Ibu. Mereka sudah menikah lama, tetapi sampai saat ini Gusti Allah belum mempercayai kehadiran seorang anak di antara mereka berdua. Aku jarang bertegur sapa dengan mereka, karena selain jarang bertemu aku juga jarang keluar rumah akibat sibuk membuat kue dagangan serta mengurus rumah.

"Eh, diminum dulu tehnya Dik Hanin." Mas Sunar menggeser segelas teh panas ke hadapanku.

"Makasih banyak Mbak, Mas." aku meneguk sedikit teh di dalam gelas itu. Rasa manis dan hangat segera memenuhi tenggorokanku. Tubuhku terasa lebih rileks.

"Sebelumnya, maaf kalau pertanyaanku ini agak lancang ya, kamu ada ongkos Han?" tanya Mbak Sulis tiba-tiba. 

Aku sedikit terkejut mendengar pertanyaannya. Ia memberikan Utari pada Mas Sunar. Terlihat binar kebahagiaan di wajah lelaki itu saat ia memeluk tubuh putriku.

"Nggak usah malu dan sungkan, aku yakin nggak mungkin Mbok Sima ngusir kamu sekalian ngasih ongkos buat pulang. Apalagi tadi pas lewat depan rumahmu kami dengar dia lagi teriak-teriak sambil maki nama kamu." Mbak Sulis menatap iba ke arahku.

Wajahku mungkin telah semerah udang rebus, perasaan marah, malu, kecewa bercampur jadi satu saat ini.

"Ini aku ada sedikit rejeki, ditambah ada titipan dari Ibu-Ibu yang lain. Diterima ya? Jangan ditolak ... kami cuma bisa bantu kayak gini Han," ia menyodorkan dua lembar uang berwarna merah serta amplop putih ke arahku.

Air mata tak lagi dapat ku tahan melihat ternyata betapa baik para tetangga yang selama ini ku kira hanya diam dan tak peduli pada aku dan anak-anakku.

"Makasih banyak Mbak Sulis, sampaikan juga ucapan terimakasih Hanin buat Ibu-Ibu yang lain," tanganku bergetar ketika mengambil uang dan amplop itu dari tangan Mbak Sulis, lantas ku peluk erat tubuh wanita yang umurnya lebih tua dariku itu. 

"Maafkan kami juga ya, Han? Kami selama ini hanya diam ... takut dikira ikut campur masalah rumah tangga kamu." ia mengelus lembut punggungku.

Aku mengangguk mengerti, "Iya Mbak, Hanin mengerti." 

Ku lepaskan pelukanku padanya, ia mengusap air mataku dengan tangannya.

"Ambillah ...," ia mengeluarkan sebuah telepon genggam dari saku celananya dan menyodorkannya padaku.

Aku menaikkan alis, bingung. Bukankah ini terlalu berlebihan?

Mbak Sulis sepertinya dapat membaca ekspresi wajahku, ia mengelus lembut lenganku.

"Ini titipan dari Kamila, ia menitipkan ini untuk kamu. Dari Kamila juga kami semua tahu sifat mertuamu yang ternyata jahatnya Nauzubillah itu." Mbak Sulis tersenyum sambil kembali menyodorkan telepon genggam itu padaku.

Ya Allah, sekelebat wajah ayu Kamila terbayang dalam benakku. Rasa rindu padanya semakin tak terbendung. Sudah lama kami tak berkomunikasi. Aku memang tak memiliki telepon genggam pribadi, hanya ada satu dan itu milik Mas Farhan. 

"Kamu makan dulu ya? Nanti, biar Mas Sunar yang antar kamu ke terminal." Mbak Sulis masuk ke dalam, tak lama kemudian ia keluar membawa sepiring nasi beserta lauk telur dadar yang sudah diberikan siraman sambal pecel lengkap dengan lalapannya.

"Makan, kasihan Utari kalau kamu kelaparan." sambungnya.

Aku kembali mengangguk, dalam hati ku panjatkan beribu-ribu rasa syukur pada Tuhanku. Saat aku sedang putus asa dan merasa tak ada yang mempedulikan nasib kami, tiba-tiba ia menunjukkan kebesaran dan kasih sayang-Nya. Diam-diam ternyata sangat banyak orang yang menyayangi diriku dan anak-anakku.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lail Maubile
tetangga yg berbaik hati akan mendapat berkat dari Tuhan,dan kau Farhan tunggu karma mu suatu saat akan menerima penyesalan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Tujuh

    Bahagia Setelah Berpisah🍁🍁🍁Jam menunjukkan pukul 9 pagi saat Mas Sunar mengantar kami ke terminal Kota, ku ucapkan beribu terimakasih atas kebaikannya, Mbak Sulis serta yang lainnya. Tak butuh waktu lama untuk mendapatkan Bus yang ku tunggu.Setelah berpamitan pada Mas Sunar aku lantas segera naik. Ia bahkan masih memberikan sebuah kantong plastik besar berisikan air mineral dan beberapa camilan serta roti untuk anak-anakku.Dalam hati aku berjanji suatu saat nanti, aku akan kembali dan membalas kebaikan mereka semua."Bismillah, semoga ini akan jadi awal yang baik untuk kita semua ya, Nak." gumamku pelan saat kami telah mendapatkan tempat duduk.Mas Sunar melambaikan tangan ketika Bus mulai berjalan. Ku dekap tubuh Utari yang tengah memainkan sebuah snack di tangannya. Wangi minya

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Satu

    Bahagia setelah Berpisah***Hanin berjalan terseok sambil menggandeng lengan putranya yang berusia 6 tahun, dalam dekapannya menggeliat bayi 8 bulan yang sedang tertidur lelap. Sesekali mulut mungilnya bergerak-gerak seolah tengah menghisap susu dari pay*d*ra sang Ibu."Bu, Tara haus." rengek Utara putranya. Hanin berhenti sejenak, mengeluarkan botol air mineral yang isinya tinggal separuh. Ia berikan botol itu pada Utara dan bocah itu segera membuka tutup dan meneguk isinya cepat."Alhamdulillah," ucap Utara penuh rasa syukur.Melihat itu Hanin tersentuh, bawah matanya terasa panas. Ia menggigit kuat bibir bawahnya agar air mata tak jatuh membasahi pipinya."Yuk, kita jalan lagi Bu. Kasihan dede Utari." ajak Utara pelan. Ia kembali menggandeng tangan sang Ibu.Hanin mengangguk lemah lantas Ibu dan anak itu melanjutkan perjalanan mereka kembali.Hari semakin terang, matahari mulai menyinari jalan yang dilalui oleh Hanin bese

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Dua

    Bahagia Setelah Berpisah(POV Hanin)***"Bu, Tara minta uang mau beli es boba ... boleh?" tanya Putraku saat aku baru selesai menidurkan bayiku.Aku mengambil sebuah tas kecil yang telah usang, hadiah 2 tahun lalu saat Mas Farhan membelikan kalung di ulang tahun pernikahan kami yang ke sepuluh tahun. Hanya ada uang berwarna abu-abu 2 lembar di dalam sana."Harganya berapa Le?" aku bertanya balik pada Utara yang masih menunggu."Lima ribu Bu."Aku menghela nafas, jika meminta pada Mas Farhan tentu Utara akan dimarahi. Seingatku aku belum mengambil uang hasil menjual kue brownis di warung Mak Narti."Le, Ibu minta tolong dulu ya, coba kamu ke warungnya Mak Narti minta hasil penjualan kue Ibu yang kemarin." ucapku pada Utara. Pria kecilku itu mengangguk paham, dengan cepat ia segera keluar dengan wajah bahagia.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Tiga

    Bahagia Setelah Berpisah(POV Hanin)***Sore itu aku sama sekali tak keluar dari kamar, aku berdiam diri bersama dua buah hatiku. Sejak pertengkaran antara aku, Mas Farhan dan Ibu siang tadi, ku putuskan untuk mengurung diri di dalam kamar. Perubahan Mas Farhan dimulai sejak 2 tahun yang lalu saat aku dan Ibu bertengkar hanya karena Ibu meminta agar aku meminjamkan kalung emas milikku. Ibu bersikukuh akan menggunakan kalungku demi menambah modal warung kelontong, sementara sepengetahuanku penghasilan warung kelontong Ibu sudah sudah semakin maju.Aku tetap bersikeras mempertahankan hak milikku, bukannya aku pelit pada Ibu tapi aku hanya takut Ibu menggunakan kalung emas milikku demi membeli barang yang tidak penting, apalagi Ibu mertuaku selalu menindas aku dan anakku sejak hari pertama kami datang kemari. Berawal dari sana entah apa yang ia berikan dan ia katakan pada Mas Farhan hingga suamiku yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Empat

    Bahagia Usai Berpisah(POV Hanin)🍁🍁🍁Sejak saat itu Mas Farhan terus memaksa agar aku mengizinkannya menikah dengan Rita. Aku mengenal anak itu dan sering kali bertemu dengannya saat aku membeli beras. Ku akui, parasnya cantik serta tutur katanya lembut, namun disisi lain aku juga tak menyangka jika ia mau dinikahi oleh laki-laki yang sudah memiliki anak dan istri.Aku dan Mas Farhan sudah menikah hampir 12 tahun lamanya, kami tidak dijodohkan. Dulu, Mas Farhan adalah sosok Ayah yang perhatian, suami yang baik juga bertanggung jawab. Kami bertemu dan berkenalan saat sama-sama bekerja menjadi buruh pabrik. Sifat Ibu mertuaku dulu juga tak seperti sekarang, Ibu berubah saat Ayah tiri Mas Farhan meninggal dunia. Sejak dulu Ibu memang menunjukkan ketidaksukaannya padaku secara terang-terangan. Kala itu ia selalu mengeluh karena aku tak kunjung hamil. Aku dan Mas Farhan pun sempat putus asa karena di

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Lima

    Bahagia Usai Berpisah5🍁🍁🍁"CUKUP MAS!"Aku dapat merasakan getaran suaraku sendiri. Dari awal kenal, hingga menikah dan memiliki anak tak pernah satu kali pun aku berteriak di depan Mas Farhan. Mimik wajahnya seketika berubah. Ia tampak tak percaya jika aku baru saja meninggikan suaraku di hadapannya."Apa-apaan itu Hanin?!" Ibu mertuaku tergopoh-gopoh menghampiri aku dan Mas Farhan yang sama-sama diam. Utara bahkan terbangun akibat teriakan ku barusan."Kau ... sudah berani melawanku?" tanya Mas Farhan, tatap matanya begitu menusuk. Ada kekecewaan yang ku temukan di dalam sana."Aku capek Mas, aku lelah! Apa yang aku lakukan selalu salah di mata kamu, di mata Ibu. Aku ini istrimu Mas, wajib kamu nafkahi, kamu bimbing, kamu arahkan. Tapi apa? Apa yang aku dapat selama ini? Sejak kita pindah kemari, kamu berubah drastis. Tak lagi perhatian padaku,

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18

Bab terbaru

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Tujuh

    Bahagia Setelah Berpisah🍁🍁🍁Jam menunjukkan pukul 9 pagi saat Mas Sunar mengantar kami ke terminal Kota, ku ucapkan beribu terimakasih atas kebaikannya, Mbak Sulis serta yang lainnya. Tak butuh waktu lama untuk mendapatkan Bus yang ku tunggu.Setelah berpamitan pada Mas Sunar aku lantas segera naik. Ia bahkan masih memberikan sebuah kantong plastik besar berisikan air mineral dan beberapa camilan serta roti untuk anak-anakku.Dalam hati aku berjanji suatu saat nanti, aku akan kembali dan membalas kebaikan mereka semua."Bismillah, semoga ini akan jadi awal yang baik untuk kita semua ya, Nak." gumamku pelan saat kami telah mendapatkan tempat duduk.Mas Sunar melambaikan tangan ketika Bus mulai berjalan. Ku dekap tubuh Utari yang tengah memainkan sebuah snack di tangannya. Wangi minya

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Enam

    Bahagia setelah Berpisah(POV Hanin)🍁🍁🍁Aku sedikit terkejut ketika merasa seseorang menepuk lenganku. Ku usap wajah dengan punggung tanganku cepat."Bu ...," panggil Utara lirih."Eh--iya, ada apa Nak? Maaf Ibu ngelamun tadi." jawabku.Utara tak menyahut lagi, ia hanya menunjuk ke arah sebelahku. Segera ku ikuti arah yang ia tunjukkan. Ternyata, di sampingku telah berdiri Mbak Sulis dan Mas Sunar, tetangga Ibu mertuaku."Kamu ngapain disini pagi-pagi sama anak-anak kamu Han?" tanya Mbak Sulis khawatir. Ia segera mengulurkan tangannya untuk menggendong Utari yang telah tertidur lagi."Eh--anu Mbak ...," lidahku kelu, bingung akan menjawab apa.Mbak Sulis tampak mengerti, ia meminta Mas Sunar membawa Utara agar kami dapat berbicara lebih leluasa."Kamu mau kemana Han?" tany

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Lima

    Bahagia Usai Berpisah5🍁🍁🍁"CUKUP MAS!"Aku dapat merasakan getaran suaraku sendiri. Dari awal kenal, hingga menikah dan memiliki anak tak pernah satu kali pun aku berteriak di depan Mas Farhan. Mimik wajahnya seketika berubah. Ia tampak tak percaya jika aku baru saja meninggikan suaraku di hadapannya."Apa-apaan itu Hanin?!" Ibu mertuaku tergopoh-gopoh menghampiri aku dan Mas Farhan yang sama-sama diam. Utara bahkan terbangun akibat teriakan ku barusan."Kau ... sudah berani melawanku?" tanya Mas Farhan, tatap matanya begitu menusuk. Ada kekecewaan yang ku temukan di dalam sana."Aku capek Mas, aku lelah! Apa yang aku lakukan selalu salah di mata kamu, di mata Ibu. Aku ini istrimu Mas, wajib kamu nafkahi, kamu bimbing, kamu arahkan. Tapi apa? Apa yang aku dapat selama ini? Sejak kita pindah kemari, kamu berubah drastis. Tak lagi perhatian padaku,

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Empat

    Bahagia Usai Berpisah(POV Hanin)🍁🍁🍁Sejak saat itu Mas Farhan terus memaksa agar aku mengizinkannya menikah dengan Rita. Aku mengenal anak itu dan sering kali bertemu dengannya saat aku membeli beras. Ku akui, parasnya cantik serta tutur katanya lembut, namun disisi lain aku juga tak menyangka jika ia mau dinikahi oleh laki-laki yang sudah memiliki anak dan istri.Aku dan Mas Farhan sudah menikah hampir 12 tahun lamanya, kami tidak dijodohkan. Dulu, Mas Farhan adalah sosok Ayah yang perhatian, suami yang baik juga bertanggung jawab. Kami bertemu dan berkenalan saat sama-sama bekerja menjadi buruh pabrik. Sifat Ibu mertuaku dulu juga tak seperti sekarang, Ibu berubah saat Ayah tiri Mas Farhan meninggal dunia. Sejak dulu Ibu memang menunjukkan ketidaksukaannya padaku secara terang-terangan. Kala itu ia selalu mengeluh karena aku tak kunjung hamil. Aku dan Mas Farhan pun sempat putus asa karena di

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Tiga

    Bahagia Setelah Berpisah(POV Hanin)***Sore itu aku sama sekali tak keluar dari kamar, aku berdiam diri bersama dua buah hatiku. Sejak pertengkaran antara aku, Mas Farhan dan Ibu siang tadi, ku putuskan untuk mengurung diri di dalam kamar. Perubahan Mas Farhan dimulai sejak 2 tahun yang lalu saat aku dan Ibu bertengkar hanya karena Ibu meminta agar aku meminjamkan kalung emas milikku. Ibu bersikukuh akan menggunakan kalungku demi menambah modal warung kelontong, sementara sepengetahuanku penghasilan warung kelontong Ibu sudah sudah semakin maju.Aku tetap bersikeras mempertahankan hak milikku, bukannya aku pelit pada Ibu tapi aku hanya takut Ibu menggunakan kalung emas milikku demi membeli barang yang tidak penting, apalagi Ibu mertuaku selalu menindas aku dan anakku sejak hari pertama kami datang kemari. Berawal dari sana entah apa yang ia berikan dan ia katakan pada Mas Farhan hingga suamiku yang

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Dua

    Bahagia Setelah Berpisah(POV Hanin)***"Bu, Tara minta uang mau beli es boba ... boleh?" tanya Putraku saat aku baru selesai menidurkan bayiku.Aku mengambil sebuah tas kecil yang telah usang, hadiah 2 tahun lalu saat Mas Farhan membelikan kalung di ulang tahun pernikahan kami yang ke sepuluh tahun. Hanya ada uang berwarna abu-abu 2 lembar di dalam sana."Harganya berapa Le?" aku bertanya balik pada Utara yang masih menunggu."Lima ribu Bu."Aku menghela nafas, jika meminta pada Mas Farhan tentu Utara akan dimarahi. Seingatku aku belum mengambil uang hasil menjual kue brownis di warung Mak Narti."Le, Ibu minta tolong dulu ya, coba kamu ke warungnya Mak Narti minta hasil penjualan kue Ibu yang kemarin." ucapku pada Utara. Pria kecilku itu mengangguk paham, dengan cepat ia segera keluar dengan wajah bahagia.

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Satu

    Bahagia setelah Berpisah***Hanin berjalan terseok sambil menggandeng lengan putranya yang berusia 6 tahun, dalam dekapannya menggeliat bayi 8 bulan yang sedang tertidur lelap. Sesekali mulut mungilnya bergerak-gerak seolah tengah menghisap susu dari pay*d*ra sang Ibu."Bu, Tara haus." rengek Utara putranya. Hanin berhenti sejenak, mengeluarkan botol air mineral yang isinya tinggal separuh. Ia berikan botol itu pada Utara dan bocah itu segera membuka tutup dan meneguk isinya cepat."Alhamdulillah," ucap Utara penuh rasa syukur.Melihat itu Hanin tersentuh, bawah matanya terasa panas. Ia menggigit kuat bibir bawahnya agar air mata tak jatuh membasahi pipinya."Yuk, kita jalan lagi Bu. Kasihan dede Utari." ajak Utara pelan. Ia kembali menggandeng tangan sang Ibu.Hanin mengangguk lemah lantas Ibu dan anak itu melanjutkan perjalanan mereka kembali.Hari semakin terang, matahari mulai menyinari jalan yang dilalui oleh Hanin bese

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status