Share

Lima

Penulis: Ayunisaurus
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-18 15:53:36

Bahagia Usai Berpisah

5

🍁🍁🍁

"CUKUP MAS!"

Aku dapat merasakan getaran suaraku sendiri. Dari awal kenal, hingga menikah dan memiliki anak tak pernah satu kali pun aku berteriak di depan Mas Farhan. Mimik wajahnya seketika berubah. Ia tampak tak percaya jika aku baru saja meninggikan suaraku di hadapannya.

"Apa-apaan itu Hanin?!" Ibu mertuaku tergopoh-gopoh menghampiri aku dan Mas Farhan yang sama-sama diam. Utara bahkan terbangun akibat teriakan ku barusan.

"Kau ... sudah berani melawanku?" tanya Mas Farhan, tatap matanya begitu menusuk. Ada kekecewaan yang ku temukan di dalam sana.

"Aku capek Mas, aku lelah! Apa yang aku lakukan selalu salah di mata kamu, di mata Ibu. Aku ini istrimu Mas, wajib kamu nafkahi, kamu bimbing, kamu arahkan. Tapi apa? Apa yang aku dapat selama ini? Sejak kita pindah kemari, kamu berubah drastis. Tak lagi perhatian padaku, bahkan pada putramu sendiri. Kamu abai Mas ...," 

Tak ku lanjutkan ucapan ku, dadaku terasa akan meledak. Aku bahkan menggunakan kata 'kamu' padanya.

"Aku kurang apa Mas selama ini? Diminta mencari pekerjaan sudah aku lakukan, aku bahkan harus bersusah payah berjualan agar Utara tetap bisa jajan seperti temannya yang lain, saat kamu memintaku untuk tak menggunakan KB aku pun menurutimu, hingga akhirnya Utari lahir, kau pun tak peduli padanya ... aku masih diam Mas, menghormatimu apalagi Ibu, tapi apa ... apa balasannya? Kau malah ingin menduakan aku?" ku pandangi dengan lekat wajah Ibu dan suamiku yang tampak tak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.

Aku menengadahkan kepalaku ke atas, mataku terasa panas. Air mata mulai berkumpul di pelupuk mataku.

"Kamu dan Ibu tak apa menyakitiku berkali-kali, aku akan tahan demi Tara dan Tari. Aku tak ingin mereka kehilangan momen masa kecil yang seharusnya indah, tapi aku tak akan tahan jika ada yang menyakiti anak-anakku ...," aku berusaha keras menetralkan degup jantung yang tak beraturan.

Ibu tampak diam tak bergeming.

"Kau masih tak terima hanya karena Ibu mencubit Utara?" tanya Mas Farhan. 

Aku mengusap kasar sisa air mata yang ada di pipiku.

"Iya, orang tua mana yang rela anaknya disakiti orang lain Mas?! Aku juga tak suka kalian memarahi anakku hanya karena masalah sepele, aku tak suka Ibu yang seenaknya sendiri mengambil uang dagangan ku ...," 

PLAK!

Rasa panas dan perih segera menjalar di pipi kananku, perlahan rasa itu turun dan semakin terasa menyakitkan hingga ke dalam lubuk hati.

Mas Farhan ikut terkejut dengan perbuatannya sendiri, aku dapat menangkap ekspresi keterkejutannya.

"Ma--maafkan aku Hanin, aku tidak bermaksud menyakitimu ...." ia tiba-tiba memelankan volume suaranya.

"Selama hampir 12 tahun kita menikah, hari ini pertama kalinya kamu benar-benar mengecewakanku Mas ...," aku menatap sendu wajah Mas Farhan.

"Kamu sudah benar, wanita seperti Hanin tak pantas di jadikan istri. Mana ada istri yang berani mengkritik dan melawan suaminya? Besok-besok tak akan menutup kemungkinan dia akan mengajari anak-anak berani menentang mu juga Farhan!" Ibu yang sedari tadi diam dan menyimak akhirnya ikut bersuara.

Aku sudah sangat muak mendengar ucapan Ibu.

"Lantas, apa mau Ibu sekarang?" ku tatap mata Ibu lekat. Nafasku memburu.

"Aku ingin kalian berpisah! Tak sudi aku punya menantu pembangkang sepertimu. Jika dulu Farhan tak memaksa, tak mungkin aku menerima menantu yatim-piatu yang asal usulnya tak jelas sepertimu Hanin!" jawab Ibu berapi-api.

Ucapannya bagaikan seribu pisau yang menusuk jantungku sekaligus. Kaget, tak percaya, dan tak menduga jika wanita yang selalu ku hormati setelah mendiang Ibu kandungku bisa berbicara seperti itu.

"Apa maksud Ibu?" 

"Ceraikan dia Farhan, sekarang!" 

"Aku tak bisa, Bu."

"Kenapa? Kamu mau jadi anak durhaka? Mau kamu hah? Pergi kau dari rumahku Hanin, bawa anak-anakmu ikut denganmu!!!"

Aku meremas ujung bajuku, rumah ini telah menjadi neraka bagiku serta anak-anakku. 

"Mas ...," panggilku lirih.

Aku memantapkan hatiku, pernikahanku sepertinya tak akan lagi dapat dipertahankan.

Mas Farhan yang tengah berdebat dengan Ibu menoleh, ia bersikukuh mempertahankan pendapatnya. Tak ingin berpisah.

"Aku rasa hubungan kita sudah tak sehat lagi, tak ada yang bisa ku pertahankan dari hubungan seperti ini. Ini tak baik bagi Tara dan Tari ...," 

Aku mengelap air mata yang tak dapat ku tahan.

"Lebih baik kita berpisah saja, aku akan pulang ke rumah orang tuaku. Aku akan membawa anak-anak ikut denganku dan kau bebas menikahi Rita seperti keinginanmu." 

Mata Mas Farhan membulat mendengar ucapan ku.

"Apa maksudmu Han?" matanya tampak berkaca.

"Aku tak tahan lagi Mas, aku akan pergi sesuai permintaan Ibumu." ku lemparkan tatapan sinis ke arah Ibu.

"Ya, pergi saja dasar wanita sombong! Aku ingin lihat bagaimana caramu menghidupi anak-anakmu itu." Ibu mengangkat satu alisnya ke atas. Meremehkan ku.

Tak butuh waktu lama, segera ku kemasi beberapa pakaian milik Utara dan Utari, ku masukkan juga beberapa setelan pakaianku dan surat-surat berharga ke dalam tas lusuh milikku yang ku gunakan saat aku pertama kali datang kemari. Ku gendong Utari dan menyelimutinya dengan selimut bayi miliknya, serta ku gandeng Utara yang ternyata sudah terbangun namun menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Hatiku makin teriris saat ku lihat ia menangis menatapku yang kini dalam keadaan berantakan.

"Ikut Ibu ya, Nak ...," ajakku padanya, ia mengangguk cepat.

Aku dan anak-anakku berjalan melewati Ibu dan Mas Farhan yang hanya diam mematung.

"Kamu nggak akan bisa Han hidup tanpa aku, ingat kamu itu nggak punya siapa-siapa lagi!" ancam Mas Farhan saat aku telah bersiap keluar dari rumah. 

Aku berbalik ke arah Mas Farhan yang sepertinya berharap aku membatalkan rencana untuk pergi dari rumahnya.

"Aku akan lebih menyesal lagi Mas jika tetap bertahan dan membiarkan anak-anakku tinggal di dalam neraka seperti ini. Selamat tinggal Mas, semoga kamu bahagia dengan pilihanmu." ku lempar sebuah senyum tipis ke arahnya dan Ibu yang wajahnya tampak memerah seperti udang rebus.

"Dasar menantu kurang ajar, ceraikan dia Farhan, ceraikan dia sekarang!!!" titah Ibu yang tampaknya tak dapat menahan amarahnya lebih lama lagi.

Ada keraguan di wajah Mas Farhan, seakan separuh hatinya tak ingin memenuhi perintah Ibunya.

"Jika kamu tetap keluar dari rumahku maka jatuh sudah talak dariku atas dirimu Hanin ...," Mas Farhan bergumam lirih. Gurat wajahnya seolah memohon agar aku tetap tinggal.

Ku gandeng lengan Utara dan mempercepat langkah kami keluar, aku dapat mendengar dengan jelas Ibu yang mencaci diriku. 

"Aku jatuhkan talak untukmu Hanindita Az-Zahra Binti Suprapto, kini kau bukan lagi istriku ...,"

Air mata tak lagi dapat ku bendung, hatiku sakit, jiwaku terluka, ku eratkan pelukanku pada Utari serta genggaman tanganku pada Utara.

Ucapan terakhir Mas Farhan telah membebaskan ku dari jeratan penderitaan yang perlahan akan membunuhku serta anak-anakku.

Di subuh yang dingin itu aku resmi kehilangan separuh jiwa yang ku tinggalkan bersama Mas Farhan.

Bab terkait

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Enam

    Bahagia setelah Berpisah(POV Hanin)🍁🍁🍁Aku sedikit terkejut ketika merasa seseorang menepuk lenganku. Ku usap wajah dengan punggung tanganku cepat."Bu ...," panggil Utara lirih."Eh--iya, ada apa Nak? Maaf Ibu ngelamun tadi." jawabku.Utara tak menyahut lagi, ia hanya menunjuk ke arah sebelahku. Segera ku ikuti arah yang ia tunjukkan. Ternyata, di sampingku telah berdiri Mbak Sulis dan Mas Sunar, tetangga Ibu mertuaku."Kamu ngapain disini pagi-pagi sama anak-anak kamu Han?" tanya Mbak Sulis khawatir. Ia segera mengulurkan tangannya untuk menggendong Utari yang telah tertidur lagi."Eh--anu Mbak ...," lidahku kelu, bingung akan menjawab apa.Mbak Sulis tampak mengerti, ia meminta Mas Sunar membawa Utara agar kami dapat berbicara lebih leluasa."Kamu mau kemana Han?" tany

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Tujuh

    Bahagia Setelah Berpisah🍁🍁🍁Jam menunjukkan pukul 9 pagi saat Mas Sunar mengantar kami ke terminal Kota, ku ucapkan beribu terimakasih atas kebaikannya, Mbak Sulis serta yang lainnya. Tak butuh waktu lama untuk mendapatkan Bus yang ku tunggu.Setelah berpamitan pada Mas Sunar aku lantas segera naik. Ia bahkan masih memberikan sebuah kantong plastik besar berisikan air mineral dan beberapa camilan serta roti untuk anak-anakku.Dalam hati aku berjanji suatu saat nanti, aku akan kembali dan membalas kebaikan mereka semua."Bismillah, semoga ini akan jadi awal yang baik untuk kita semua ya, Nak." gumamku pelan saat kami telah mendapatkan tempat duduk.Mas Sunar melambaikan tangan ketika Bus mulai berjalan. Ku dekap tubuh Utari yang tengah memainkan sebuah snack di tangannya. Wangi minya

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Satu

    Bahagia setelah Berpisah***Hanin berjalan terseok sambil menggandeng lengan putranya yang berusia 6 tahun, dalam dekapannya menggeliat bayi 8 bulan yang sedang tertidur lelap. Sesekali mulut mungilnya bergerak-gerak seolah tengah menghisap susu dari pay*d*ra sang Ibu."Bu, Tara haus." rengek Utara putranya. Hanin berhenti sejenak, mengeluarkan botol air mineral yang isinya tinggal separuh. Ia berikan botol itu pada Utara dan bocah itu segera membuka tutup dan meneguk isinya cepat."Alhamdulillah," ucap Utara penuh rasa syukur.Melihat itu Hanin tersentuh, bawah matanya terasa panas. Ia menggigit kuat bibir bawahnya agar air mata tak jatuh membasahi pipinya."Yuk, kita jalan lagi Bu. Kasihan dede Utari." ajak Utara pelan. Ia kembali menggandeng tangan sang Ibu.Hanin mengangguk lemah lantas Ibu dan anak itu melanjutkan perjalanan mereka kembali.Hari semakin terang, matahari mulai menyinari jalan yang dilalui oleh Hanin bese

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Dua

    Bahagia Setelah Berpisah(POV Hanin)***"Bu, Tara minta uang mau beli es boba ... boleh?" tanya Putraku saat aku baru selesai menidurkan bayiku.Aku mengambil sebuah tas kecil yang telah usang, hadiah 2 tahun lalu saat Mas Farhan membelikan kalung di ulang tahun pernikahan kami yang ke sepuluh tahun. Hanya ada uang berwarna abu-abu 2 lembar di dalam sana."Harganya berapa Le?" aku bertanya balik pada Utara yang masih menunggu."Lima ribu Bu."Aku menghela nafas, jika meminta pada Mas Farhan tentu Utara akan dimarahi. Seingatku aku belum mengambil uang hasil menjual kue brownis di warung Mak Narti."Le, Ibu minta tolong dulu ya, coba kamu ke warungnya Mak Narti minta hasil penjualan kue Ibu yang kemarin." ucapku pada Utara. Pria kecilku itu mengangguk paham, dengan cepat ia segera keluar dengan wajah bahagia.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Tiga

    Bahagia Setelah Berpisah(POV Hanin)***Sore itu aku sama sekali tak keluar dari kamar, aku berdiam diri bersama dua buah hatiku. Sejak pertengkaran antara aku, Mas Farhan dan Ibu siang tadi, ku putuskan untuk mengurung diri di dalam kamar. Perubahan Mas Farhan dimulai sejak 2 tahun yang lalu saat aku dan Ibu bertengkar hanya karena Ibu meminta agar aku meminjamkan kalung emas milikku. Ibu bersikukuh akan menggunakan kalungku demi menambah modal warung kelontong, sementara sepengetahuanku penghasilan warung kelontong Ibu sudah sudah semakin maju.Aku tetap bersikeras mempertahankan hak milikku, bukannya aku pelit pada Ibu tapi aku hanya takut Ibu menggunakan kalung emas milikku demi membeli barang yang tidak penting, apalagi Ibu mertuaku selalu menindas aku dan anakku sejak hari pertama kami datang kemari. Berawal dari sana entah apa yang ia berikan dan ia katakan pada Mas Farhan hingga suamiku yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Empat

    Bahagia Usai Berpisah(POV Hanin)🍁🍁🍁Sejak saat itu Mas Farhan terus memaksa agar aku mengizinkannya menikah dengan Rita. Aku mengenal anak itu dan sering kali bertemu dengannya saat aku membeli beras. Ku akui, parasnya cantik serta tutur katanya lembut, namun disisi lain aku juga tak menyangka jika ia mau dinikahi oleh laki-laki yang sudah memiliki anak dan istri.Aku dan Mas Farhan sudah menikah hampir 12 tahun lamanya, kami tidak dijodohkan. Dulu, Mas Farhan adalah sosok Ayah yang perhatian, suami yang baik juga bertanggung jawab. Kami bertemu dan berkenalan saat sama-sama bekerja menjadi buruh pabrik. Sifat Ibu mertuaku dulu juga tak seperti sekarang, Ibu berubah saat Ayah tiri Mas Farhan meninggal dunia. Sejak dulu Ibu memang menunjukkan ketidaksukaannya padaku secara terang-terangan. Kala itu ia selalu mengeluh karena aku tak kunjung hamil. Aku dan Mas Farhan pun sempat putus asa karena di

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18

Bab terbaru

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Tujuh

    Bahagia Setelah Berpisah🍁🍁🍁Jam menunjukkan pukul 9 pagi saat Mas Sunar mengantar kami ke terminal Kota, ku ucapkan beribu terimakasih atas kebaikannya, Mbak Sulis serta yang lainnya. Tak butuh waktu lama untuk mendapatkan Bus yang ku tunggu.Setelah berpamitan pada Mas Sunar aku lantas segera naik. Ia bahkan masih memberikan sebuah kantong plastik besar berisikan air mineral dan beberapa camilan serta roti untuk anak-anakku.Dalam hati aku berjanji suatu saat nanti, aku akan kembali dan membalas kebaikan mereka semua."Bismillah, semoga ini akan jadi awal yang baik untuk kita semua ya, Nak." gumamku pelan saat kami telah mendapatkan tempat duduk.Mas Sunar melambaikan tangan ketika Bus mulai berjalan. Ku dekap tubuh Utari yang tengah memainkan sebuah snack di tangannya. Wangi minya

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Enam

    Bahagia setelah Berpisah(POV Hanin)🍁🍁🍁Aku sedikit terkejut ketika merasa seseorang menepuk lenganku. Ku usap wajah dengan punggung tanganku cepat."Bu ...," panggil Utara lirih."Eh--iya, ada apa Nak? Maaf Ibu ngelamun tadi." jawabku.Utara tak menyahut lagi, ia hanya menunjuk ke arah sebelahku. Segera ku ikuti arah yang ia tunjukkan. Ternyata, di sampingku telah berdiri Mbak Sulis dan Mas Sunar, tetangga Ibu mertuaku."Kamu ngapain disini pagi-pagi sama anak-anak kamu Han?" tanya Mbak Sulis khawatir. Ia segera mengulurkan tangannya untuk menggendong Utari yang telah tertidur lagi."Eh--anu Mbak ...," lidahku kelu, bingung akan menjawab apa.Mbak Sulis tampak mengerti, ia meminta Mas Sunar membawa Utara agar kami dapat berbicara lebih leluasa."Kamu mau kemana Han?" tany

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Lima

    Bahagia Usai Berpisah5🍁🍁🍁"CUKUP MAS!"Aku dapat merasakan getaran suaraku sendiri. Dari awal kenal, hingga menikah dan memiliki anak tak pernah satu kali pun aku berteriak di depan Mas Farhan. Mimik wajahnya seketika berubah. Ia tampak tak percaya jika aku baru saja meninggikan suaraku di hadapannya."Apa-apaan itu Hanin?!" Ibu mertuaku tergopoh-gopoh menghampiri aku dan Mas Farhan yang sama-sama diam. Utara bahkan terbangun akibat teriakan ku barusan."Kau ... sudah berani melawanku?" tanya Mas Farhan, tatap matanya begitu menusuk. Ada kekecewaan yang ku temukan di dalam sana."Aku capek Mas, aku lelah! Apa yang aku lakukan selalu salah di mata kamu, di mata Ibu. Aku ini istrimu Mas, wajib kamu nafkahi, kamu bimbing, kamu arahkan. Tapi apa? Apa yang aku dapat selama ini? Sejak kita pindah kemari, kamu berubah drastis. Tak lagi perhatian padaku,

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Empat

    Bahagia Usai Berpisah(POV Hanin)🍁🍁🍁Sejak saat itu Mas Farhan terus memaksa agar aku mengizinkannya menikah dengan Rita. Aku mengenal anak itu dan sering kali bertemu dengannya saat aku membeli beras. Ku akui, parasnya cantik serta tutur katanya lembut, namun disisi lain aku juga tak menyangka jika ia mau dinikahi oleh laki-laki yang sudah memiliki anak dan istri.Aku dan Mas Farhan sudah menikah hampir 12 tahun lamanya, kami tidak dijodohkan. Dulu, Mas Farhan adalah sosok Ayah yang perhatian, suami yang baik juga bertanggung jawab. Kami bertemu dan berkenalan saat sama-sama bekerja menjadi buruh pabrik. Sifat Ibu mertuaku dulu juga tak seperti sekarang, Ibu berubah saat Ayah tiri Mas Farhan meninggal dunia. Sejak dulu Ibu memang menunjukkan ketidaksukaannya padaku secara terang-terangan. Kala itu ia selalu mengeluh karena aku tak kunjung hamil. Aku dan Mas Farhan pun sempat putus asa karena di

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Tiga

    Bahagia Setelah Berpisah(POV Hanin)***Sore itu aku sama sekali tak keluar dari kamar, aku berdiam diri bersama dua buah hatiku. Sejak pertengkaran antara aku, Mas Farhan dan Ibu siang tadi, ku putuskan untuk mengurung diri di dalam kamar. Perubahan Mas Farhan dimulai sejak 2 tahun yang lalu saat aku dan Ibu bertengkar hanya karena Ibu meminta agar aku meminjamkan kalung emas milikku. Ibu bersikukuh akan menggunakan kalungku demi menambah modal warung kelontong, sementara sepengetahuanku penghasilan warung kelontong Ibu sudah sudah semakin maju.Aku tetap bersikeras mempertahankan hak milikku, bukannya aku pelit pada Ibu tapi aku hanya takut Ibu menggunakan kalung emas milikku demi membeli barang yang tidak penting, apalagi Ibu mertuaku selalu menindas aku dan anakku sejak hari pertama kami datang kemari. Berawal dari sana entah apa yang ia berikan dan ia katakan pada Mas Farhan hingga suamiku yang

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Dua

    Bahagia Setelah Berpisah(POV Hanin)***"Bu, Tara minta uang mau beli es boba ... boleh?" tanya Putraku saat aku baru selesai menidurkan bayiku.Aku mengambil sebuah tas kecil yang telah usang, hadiah 2 tahun lalu saat Mas Farhan membelikan kalung di ulang tahun pernikahan kami yang ke sepuluh tahun. Hanya ada uang berwarna abu-abu 2 lembar di dalam sana."Harganya berapa Le?" aku bertanya balik pada Utara yang masih menunggu."Lima ribu Bu."Aku menghela nafas, jika meminta pada Mas Farhan tentu Utara akan dimarahi. Seingatku aku belum mengambil uang hasil menjual kue brownis di warung Mak Narti."Le, Ibu minta tolong dulu ya, coba kamu ke warungnya Mak Narti minta hasil penjualan kue Ibu yang kemarin." ucapku pada Utara. Pria kecilku itu mengangguk paham, dengan cepat ia segera keluar dengan wajah bahagia.

  • Bahagia Setelah BerpisahΒ Β Β Satu

    Bahagia setelah Berpisah***Hanin berjalan terseok sambil menggandeng lengan putranya yang berusia 6 tahun, dalam dekapannya menggeliat bayi 8 bulan yang sedang tertidur lelap. Sesekali mulut mungilnya bergerak-gerak seolah tengah menghisap susu dari pay*d*ra sang Ibu."Bu, Tara haus." rengek Utara putranya. Hanin berhenti sejenak, mengeluarkan botol air mineral yang isinya tinggal separuh. Ia berikan botol itu pada Utara dan bocah itu segera membuka tutup dan meneguk isinya cepat."Alhamdulillah," ucap Utara penuh rasa syukur.Melihat itu Hanin tersentuh, bawah matanya terasa panas. Ia menggigit kuat bibir bawahnya agar air mata tak jatuh membasahi pipinya."Yuk, kita jalan lagi Bu. Kasihan dede Utari." ajak Utara pelan. Ia kembali menggandeng tangan sang Ibu.Hanin mengangguk lemah lantas Ibu dan anak itu melanjutkan perjalanan mereka kembali.Hari semakin terang, matahari mulai menyinari jalan yang dilalui oleh Hanin bese

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status